Pages

Tampilkan postingan dengan label hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hidup. Tampilkan semua postingan

25 April 2016

Memilih Kebenaran untuk Hidup yang Damai

 

Sering orang tidak berani hidup dalam kebenaran. Mengapa? Karena sering hidup dalam kebenaran memiliki risiko yang besar. Namun bagi orang beriman, hanya kebenaran yang mampu memberi sukacita dalam hidup ini.

Ada seorang teman yang sering mendapat ancaman dari teman-teman kerjanya. Tidak jarang, ia sering mendapatkan perlakuan kasar dari orang-orang yang tidak menyukainya. Apa yang sudah ia lakukan, sehingga dirinya sangat dibenci oleh orang banyak?

Rupanya teman itu seorang yang jujur. Dalam setiap hal yang dia kerjakan dalam hidupnya, ia selalu mencerminkan bahwa dirinya selalu membawa kebaikan. Hal inilah yang membuat ia dibenci oleh banyak orang.

Bagi mereka, teman itu merupakan ancaman besar. Ia bisa melaporkan ketidakbecusan mereka kepada atasan. Mengapa? Karena ia tahu semua kebobrokan yang mereka lakukan. Ia tahu persis manipulasi yang mereka lakukan terhadap penjualan produk-produk perusahaan.

Suatu hari, ancaman kata-kata berwujud dalam ancaman fisik. Sejumlah rekan kerjanya memukuli dia babak belur. Ia tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya. Tiba-tiba saja ia dihajar babak belur seperti itu. Matanya lebam. Mulutnya mengalami luka memar. Dua giginya hampir rontok.

Meski ia sudah tidak berdaya, teman-teman sekerjanya itu masih juga mengancam agar dia tidak melaporkan kejadian itu kepada pemimpin perusahaan. Mereka mengatakan bahwa ia akan dihajar lagi kalau pemimpin perusahaan mengetahui kejadian itu.

Tidak mudah memperjuangkan kebenaran. Resikonya sangat besar bagi orang-orang yang memperjuangkan kebenaran. Hal ini bisa berakibat pada kehidupan diri seseorang. Namun kebenaran mesti selalu diperjuangkan dalam hidup ini, karena kehidupan yang harmonis hanya diperoleh melalui kebenaran.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk senantiasa memperjuangkan kebenaran dalam hidup ini. Memang, risikonya sangat besar. Namun bagi orang beriman, memperjuangkan kebenaran merupakan jalan menuju hidup yang sesungguhnya. Hidup dalam ketidakbenaran hanya suatu situasi semu. Orang selalu mengalami ketidaknyamanan dalam hidup ini.

Untuk itu, orang beriman mesti selalu berusaha untuk hidup dalam kebenaran. Artinya, orang berani memilih untuk hidup dalam kebenaran meski ada risiko yang mesti dihadapi. Hidup dalam kebenaran itu suatu hidup yang sesungguhnya. Bukan hidup dalam kepura-puraan. Suatu hidup yang mengandalkan Tuhan yang merupakan sumber kebenaran yang sejati.

Untuk itu, kesetiaan dan kesungguhan dalam mengikuti panggilan Tuhan mesti menjadi hal yang utama dalam perjalanan hidup kita. Tuhan menjadi sumber sukacita bagi orang yang terus-menerus memperjuangkan kebenaran. Memilih kebenaran berarti orang selalu mengikuti jalan Tuhan. Mengapa? Karena jalan Tuhan adalah jalan kebenaran. Jalan menuju kepada kebahagiaan sejati.

Mari kita memilih kebenaran untuk hidup yang lebih baik dan bahagia. Dengan demikian, kita boleh bersama-sama membangun hidup yang sesungguhnya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

1191

03 Desember 2013

Hidup Ini Memiliki Nilai yang Tinggi

 
Apa yang Anda lakukan terhadap kesehatan diri Anda? Anda biarkan saja ketika Anda mengalami sakit? Atau Anda berusaha untuk memperjuangkan hidup ini?

Guna meningkatkan kesadaran perempuan akan kesehatan payudara, PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) FORPUBLIK meluncurkan sebuah film televisi atau FTV berjudul Derita Dinda.

Film televisi ini bercerita tentang seorang perempuan yang berjuang melawan kanker payudara di tengah masalahnya dengan sang suami yang berselingkuh. Film ini merupakan bentuk upaya konkret untuk mengedukasi masyarakat, terlebih kaum perempuan, akan pentingnya menjaga kesehatan payudara.

Dokter Sonar berkata, “Masyarakat penting untuk memahami kesadaran kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. Salah satu solusinya adalah melalui kegiatan yang edukatif melalui FTV ini.”

Film yang ditayangkan di TVRI pada Sabtu (31/3/2012) lalu pukul 11.00 WIB itu, bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan yang tepat akan kanker payudara. Derita Dinda dibintangi Inez Tagor, Panca Prakoso, Tachia Naomi dan Lula Kamal.

Inez Tagor, artis yang sempat vakum dari dunia entertainment ini, mengaku sangat senang mendapat tawaran menjadi pemeran utama dalam FTV tersebut. Ia berkata, “Tawaran ini saya ambil, karena ceritanya yang berdasarkan realita. Banyak pesan moral yang ingin disampaikan kepada masyarakat dalam FTV ini.”

Selain itu, dia berharap agar FTV ini dapat diterima oleh masyarakat. Sehingga ke depannya nanti, dari FTV ini masyarakat tidak perlu cemas akan berobat ke rumah sakit, karena medis menyediakan pengobatan yang terbaik.

Ia berkata, “Masyarakat tidak perlu takut mahal. Masyarakat tidak perlu kuatir, karena banyak rumah sakit akan membantu mengurangi biaya pengobatan.”

Sahabat, sakit atau penyakit merupakan sesuatu yang mengganggu kehidupan manusia. Memang, orang yang hidup tidak lepas dari rasa sakit atau menderita penyakit. Saat seseorang sakit atau menderita penyakit akan mengalami sesuatu yang kurang dalam hidupnya. Kesehatannya terganggu, sehingga orang tersebut butuh penyembuhan bagi bagian tubuhnya yang sakit itu.

Kisah di atas mengatakan kepada kita bahwa kesehatan sangat penting dalam hidup ini. Orang mesti menjaga kesehatannya. Orang tidak boleh acuh tak acuh terhadap kesehatan dirinya. Ketika sakit, orang akan mengalami gangguan dalam hidupnya. Orang merasa tidak normal dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya.

Untuk itu, kesehatan dan hidup sehat mesti selalu dipromosikan melalui berbagai cara yang positif. Film Derita Dinda yang mempromosikan penyakit kanker payudara memberi kita semangat untuk memperjuangkan hidup ini. Hidup ini sangat bernilai. Hidup ini memiliki makna yang begitu luhur, sehingga mesti selalu diperjuangkan oleh setiap insan.

Bagi orang beriman, hidup ini titipan Tuhan. Tuhan telah menyerahkan tanggung jawab atas hidup ini kepada manusia. Karena itu, manusia mesti memperjuangkannya sebagai ungkapan terima kasih atas kebaikan Tuhan itu. Mari kita perjuangkan hidup ini. Dengan demikian, kita mengalami sukacita dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO

996

04 September 2013

Menghadapi Hidup dengan Penuh Iman

Apayang terjadi ketika Anda menghadapi hidup ini dengan penuh kecemasan? Saya yakin, ada banyak hal negatif yang akan terjadi dalam hidup Anda.

Pada suatu kali seorang pengusaha merasa takut melihat kondisi perekonomian negeri ini. Ia menilai, perekonomian negeri ini semakin lamasemakin buruk. Pemerintah selalu mengumandangkan tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi makro, tetapi faktanya di lapangan daya beli semakin menurun.

Ia berkata, “Harga-harga melambung tinggi. Uang yang masuk tetap sama,jika tidak malah berkurang. Harga daging sempat dikatakan tertinggi di dunia, lantas bandingkanlah pendapatan per kapita kita dengan negara-negara lain. Inibisa menimbulkan kekuatiran bagi banyak orang, terutama kalangan menengah kebawah yang akan terkena dampak terbesar dari situasi ini.”

Rasa kuatir terus-menerus timbul dalam hatinya. Tidak mau terus-terusanmerasa cemas, ia pun kemudian berdoa dan kemudian tertidur pulas. Ketikabangun, ia merasa lega. Tetapi kemudian ia mulai merasa cemas lagi, karena persoalanperekonomian nasional tidak juga membaik. Bahkan akhir-akhir ini nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok. Pengimpor tidak berdaya lagi untuk mengimpor kedelai yang menjadi bahan baku bagi tempe dan tahu.

Sahabat, sepertinya manusia mesti selalu berjudi atas kehidupanini. Manusia mesti berusaha untuk hidup baik dengan ekonomi yang memadai.Tetapi skala besar perekomonian negeri ini juga berpengaruh terhadap kehidupanpribadi manusia secara ekonomis. Daya beli semakin menurun, karena hargabarang-barang kebutuhan hidup semakin tinggi. Pertanyaannya, bagaimana manusiabias hidup sejahtera dengan kondisi ekonomi yang kian terpuruk?

Namun yang mesti dilakukan manusia adalah tidak cepat panik terhadap situasi perekonomian nasional yang tidak menentu. Orang mesti dengan hati-hati mencermati perkembangan, sehingga ketika ada peluang positif orang berani membenahi diri. Dengan demikian, orang tidak perlu cemas berkepanjangan.

Kisah pengusaha yang cemas tadi memberi kita peringatan bahwa orangmesti berani menghadapi kehidupan ini. Ada berbagai resiko yang mestiditanggung, namun orang mesti tetap tenang. Ketenangan akan membantu orang untuk terus-menerus memperbaiki kondisi kehidupannya. Tentu saja orang mestimenjalani kehidupan ini dengan penuh iman kepada Tuhan.

Orang beriman selalu tidak melupakan Tuhan dalam perjalanan hidupnya. Mengapa? Karena hidup ini adalah milik Tuhan. Tuhan yang empunya kehidupan ini. Karena itu, berserah diri kepada Tuhan berarti orang berani menghadapiresiko-resiko kehidupan ini. Orang berani mempercayakan hidupnya kepada Tuhanyang mahapengasih dan penyayang.

Memang, tidak gampang orang mau berserah diri kepada Tuhan. Banyak orang merasa gengsi. Banyak orang merasa bahwa dirinya mampu menghadapi berbagai gejolak kehidupan ini. Akibatnya, mereka dengan gagah perkasa mengandalkan kemampuan diri mereka.

Mari kita menyiapkan diri kita untuk menerima rahmat demi rahmat dari Tuhan, karena kita manusia lemah dan tak berdaya. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk menciptakan kebahagiaan dan kedamaian bersama Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales SCJ

10 April 2012

Membangun Cinta Sejati dalam Hidup


Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda mengalami hidup ini berjalan biasa-biasa saja? Apa Anda akan ikut saja terbawa oleh arus zaman ini? Atau Anda mau mengubah pola tingkah laku Anda untuk membangun hidup yang lebih bergairah?

Maria kecil yang berusia sepuluh tahun tinggal di sebuah desa pinggiran kota di Chili tengah. Ketika ibunya menginggal, Maria menjadi ibu rumah tangga, merawat ayahnya yang bekerja giliran malam di sebuah pertambangan lokal. Maria memasak, membersihkan rumah dan memastikan bahwa makanan ayahnya sudah siap saat ia meninggalkan rumah untuk bekerja setiap malam.

Maria mengasihi ayahnya. Ia kuatir melihat betapa ayahnya menjadi begitu sedih sejak kematian ibunya. Suatu malam, Maria menyiapkan makanan untuk ayahnya. Lantas ia menyaksikan kepergian ayahnya ke tambang sambil menenteng sebuah rantang. Ia berdoa demi keselamatan ayahnya.

Rupanya, itulah malam terakhir baginya untuk berjumpa dengan ayahnya. Pada pukul 01.00 pagi Maria tiba-tiba terbangun, karena suara yang mengerikan. Peluit darurat di pertambangan itu meraung-raung dalam kegelapan, memanggil para penduduk kota untuk segera datang dengan cangkul dan tangan yang siap untuk membantu menggali para penambang yang terjebak di gua bawah tanah.

Maria berlari ke tambang untuk mencari ayahnya. Beberapa orang dengan panik menggali reruntuhan terowongan yang ambruk dan mengurung delapan orang. Salah satunya adalah ayah Maria.

Para petugas penyelamat itu menemukan delapan orang itu meninggal dalam posisi duduk membentuk lingkaran. Para petugas menemukan sebuah surat buat Maria dari sang ayah.

“Maria yang terkasih, saat kau baca pesan ini, Ayah sudah berada bersama ibumu di surga. Harapan kami akan hidup ini memudar, tetapi tidak demikian dengan hidup yang akan datang. Ayah sangat menyayangimu, Maria. Suatu hari kelak, kita semua akan bersama-sama di surga.”

Sahabat, dalam kegalauan ternyata masih ada cinta bagi orang sangat dikasihi. Cinta yang sejati tak pernah luntur. Cinta yang sejati tak pernah berakhir. Cinta yang sejati tetap mempesona. Mengapa? Karena cinta yang sejati tidak hancur oleh hancurnya raga.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa cinta yang sejati memberi semangat hidup. Cinta yang sejati itu tetap hidup. Api dari cinta yang sejati itu tetap menyala-nyala. Tidak pernah memudar. Hal ini hanya bisa terjadi ketika orang punya iman yang besar kepada Tuhan. Orang yang punya iman itu orang yang berani menyerahkan seluruh hidup kepada penyelenggaraan Tuhan.

Pertanyaan bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini adalah apakah kita masih memiliki cinta yang sejati? Apakah cinta kita tetap bersemi, meski berbagai rintangan dan tantangan menghadang kita?

Tentu saja tidak mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Mengapa? Karena kita hidup di zaman yang penuh dengan godaan. Kita sering tergoda untuk meninggalkan komitmen yang telah kita buat. Kita tergoda untuk tidak peduli terhadap cinta dan kasih sesama terhadap kita.

Karena itu, kita mesti terus-menerus belajar untuk memiliki cinta yang sejati. Dengan demikian, kita dapat mengalami hidup yang damai bersama Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


887

01 April 2012

Melepaskan Dosa demi Hidup yang Tenteram

Kalau Anda melakukan dosa dan kesalahan, apa yang akan Anda lakukan? Anda biarkan saja dosa itu di dalam diri Anda? Atau Anda berusaha untuk melepaskan dosa itu untuk hidup yang lebih baik?

Suatu hari dua orang pendosa mendatangi seorang bijaksana untuk meminta nasehatnya. Mereka ingin agar dosa-dosa mereka diampuni. Mereka juga berjanji untuk tidak melakukan lagi dosa-dosa.

Kata mereka kepada orang bijaksana itu, “Kami telah melakukan suatu dosa. Akibatnya, suara hati kami terganggu. Apa yang harus kami lakukan?”

Sambil memandang wajah mereka, orang bijaksana itu berkata, ”Katakanlah kepadaku, perbuatan-perbuatan salah mana yang telah kamu lakukan?”

Pria yang pertama berkata, ”Saya melakukan suatu dosa yang berat dan mematikan.”

Pria yang kedua berkata, ”Saya telah melakukan beberapa dosa ringan, yang tidak perlu dicemaskan."

Orang bijaksana itu berkata, "Baik. Pergilah dan bawalah kepadaku sebuah batu untuk setiap dosa yang telah kamu lakukan.”

Mereka pun pergi dengan senang hati. Pria yang pertama kembali dengan memikul sebuah batu yang sangat besar. Pria yang kedua dengan senang membawa satu tas berisi batu-batu kecil.

Sambil tersenyum, orang bijaksana itu berkata, ”Sekarang, pergilah dan kembalikan semua batu itu tepat di mana kamu telah menemukannya.”

Pria yang pertama mengangkat batu besar itu dan memikulnya kembali ke tempat di mana ia telah mengambilnya. Pria kedua tidak dapat mengingat lagi tempat dari setengah jumlah batu yang telah diambilnya. Ia menyerah saja dan membiarkan batu-batu itu berada di dalam tasnya. Ia berkata, ”Itu pekerjaan yang sulit.”

Sahabat, dosa itu membebani hidup manusia. Dosa membuat hidup mengalami gangguan. Dosa bagai batu yang mengganjal hidup seseorang. Dosa membuat manusia loyo dalam hidupnya. Manusia tidak berdaya, karena banyaknya dosa dalam hidup seseorang. Karena itu, orang mesti melepaskan dosa itu, agar tidak membebani hidup manusia.

Kisah di atas mengatakan kepada kita bahwa orang mesti berani melepaskan dosa-dosanya untuk mengalami hidup yang lebih baik. Orang mesti menyesal atas dosa-dosanya itu. Namun tidak hanya menyesal. Orang juga mesti melakukan gerakan untuk melepaskan dosa-dosa itu.

Pemuda yang pertama berani melepaskan batu besar atau dosa besarnya itu. Ia tidak peduli betapa sakitnya menghilangkan dosa besarnya itu. Sedangkan pemuda yang kedua tidak berhasil melepaskan semua dosanya, meskipun dosa-dosa itu tampak ringan. Justru ia membawa dosa-dosanya itu ke mana-mana. Akibatnya, dosa-dosa itu mengganggu seluruh proses hidupnya.

Karena itu, kita diajak untuk melepaskan semua dosa yang ada dalam diri kita. Hanya dengan melepaskan semua dosa itu, kita dapat hidup dengan damai dan tenteram. Kita tidak perlu memikul beban dosa kita ke mana pun kita pergi. Dengan demikian, hidup ini menjadi lebih ringan dan damai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

886

27 Maret 2012

Menghadapi Masalah Hidup Bersama Tuhan

Apa yang menjadi penghalang bagi Anda untuk maju? Ketika Anda menghadapi persoalan hidup, apa yang akan Anda lakukan? Anda terpuruk dalam persoalan itu? Atau Anda bangkit untuk menghadapinya bersama Tuhan?

Namanya adalah Roger Crawford. Ia bekerja sebagai konsultan dan pembicara motivator bagi banyak perusahaan fortune 500 di penjuru Amerika. Ketika masih di universitas, ia adalah pemain tenis untuk Marymount Layola University dan menjadi pemain tenis profesional.

Roger dilahirkan dengan kondisi yang disebut ectrodactylism. Ketika masih dalam kandungan, dokter hanya melihat seperti ada jari jempol keluar dari lengan kanannya dan jari-jari tumbuh di lengan kirinya. Namun ia tidak memiliki telapak tangan. Kaki kirinya terus menyusut hanya memiliki tiga jari. Kaki ini diamputasi saat ia berumur lima tahun. Orangtuanya diberitahu bahwa Roger tidak akan pernah memiliki kehidupan yang normal

Namun orangtua Roger tidak menyerah. Mereka membentuk Roger menjadi manusia normal dan mengajarinya hidup mandiri. Ketika Roger telah siap, ia disekolahkan di sekolah umum. Mereka mengajarinya berpikir positif. Jadilah Roger seorang pribadi yang positif.

Roger tidak membiarkan kekurangannya menghambatnya untuk berhasil. Ia menjalani hidupnya dengan maksimal, karena ia mempercayai bahwa Tuhan memberikan kelebihan unik dalam dirinya di balik semua kekurangan yang ada dalam dirinya.

Sahabat, banyak orang sering merasa ada berbagai penghalang yang menghambat hidup mereka. Karena itu, begitu ada tantangan yang menghadang, hati mereka menciut. Mereka tidak berani menghadapi tantangan hidup itu. Yang mereka inginkan adalah hidup yang mulus tanpa kesulitan.

Kisah Roger tadi memberi kita suatu inspirasi bahwa cacat bukanlah akhir dari segala-galanya. Ketika kita mengalami kesulitan dalam hidup, yang mesti kita lakukan adalah berani menghadapi kesulitan itu. Dengan berani menghadapinya, kita mampu menemukan solusi atas kesulitan-kesulitan itu. Ketika kita tidak berani menghadapi kesulitan hidup, kita akan tumbuh menjadi orang yang tidak kreatif. Kita tidak punya strategi yang baik untuk mengatasi kesulitan hidup kita.

Tentu saja kita juga mesti memiliki iman yang teguh kepada Tuhan. Iman itu memberi kita motivasi untuk menghadapi berbagai kesulitan yang kita hadapi. Iman itu menjadi cahaya bagi kita dalam kegelapan. Beriman berarti menyerahkan hidup kepada Tuhan. Beriman berarti membiarkan Tuhan masuk ke dalam hidup kita. Dengan demikian, kita mampu menyelesaikan persoalan-persoalan hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan.

Mari kita tetap berani memperjuangkan hidup ini dalam situasi apa pun. Bagi kita, hidup ini sangat berharga. Hidup ini menjadi kekuatan yang membawa damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

882

26 Maret 2012

Memaknai Kesementaraan dalam Hidup


Di mata Anda, apa makna harta kekayaan bagi hidup Anda? Apakah harta kekayaan itu segala-galanya? Atau harta kekayaan itu hanya sementara yang bisa hilang setiap saat?

Ada seorang pengembara tiba di sebuah negeri di Timur Tengah. Orang ini mendengar ada seorang bijaksana di negeri itu. Ia sangat ingin menemui orang bijak itu. Pria bijaksana itu dikenal saleh dan baik hati, sehingga sangat dikasihi banyak orang. Untuk itu, tidak sulit menemukan pria bijaksana itu. Ketika pengembara itu bertanya di mana rumahnya, setiap orang yang ditemuinya langsung menunjuk ke arah ujung perkampungan di mana berdiri sebuah gubuk reyot.

Ketika ia mengetuk pintu gubuk itu, muncul seorang pria tua yang mempersilahkan ia masuk. Pengembara itu sangat terkejut mendapati bahwa pria bijaksana itu tinggal di gubuk reyot. Isi rumahnya hanya sebuah meja, sebuah kursi, satu kompor dan alat memasak saja.

Karena merasa tidak nyaman, pengembara itu bertanya, “Di mana perabot rumah Anda?”

Orang bijak itu balik bertanya dengan lembut, “Mana milik Anda?”

Pengembara itu menjawab, “Tentu saja di rumah saya. Kan saya sedang merantau. Tidak mungkin saya membawa perabotan saya.”

Sambil tersenyum, orang bijak itu berkata, “Saya juga. Saya kan sedang merantau di dunia ini.”

Pengembara itu tidak bisa berkata apa-apa. Ia tercengang mendengar kata-kata orang bijak itu.

Sahabat, sering kita merasa bahwa kita adalah pemilik dunia ini. Padahal kita hanyalah diberi pinjaman oleh Sang Pemilik, yaitu Tuhan untuk menggunakan hal-hal duniawi untuk kehidupan kita. Kita hanyalah pengembara yang bepergian ke mana-mana. Namun kita tetap dimiliki oleh Tuhan yang empunya kehidupan ini.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa kita mesti sadar akan perjalanan hidup kita di dunia ini. Yang mesti kita lakukan bukan menumpuk harta yang berlimpah-limpah untuk kehidupan kita. Yang mesti kita utamakan dalam hidup adalah mewujudkan iman kita. Caranya adalah dengan membagikan apa yang kita miliki untuk sesama yang sangat membutuhkan.

Orang yang hanya berpikir tentang mengumpulkan harta kekayaan hanyalah sibuk dengan dirinya sendiri. Akibatnya, orang menjadi resah, ketika harta kekayaannya berkurang atau hilang. Orang menjadi begitu posesif, sehingga tidak mampu lagi mengarahkan hidup bagi sesama.

Karena itu, orang beriman mesti selalu sadar bahwa pengembaraan di dunia ini akan berakhir. Hidup di dunia ini tidak ada yang abadi. Harta kekayaan akan lenyap, karena tidak bersifat kekal. Harta kekayaan tidak menjamin keselamatan jiwa-jiwa. Harta kekayaan hanyalah sarana bagi manusia untuk hidup lebih baik di bumi ini. Dengan demikian, manusia memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal baik bagi sesama.

Mari kita sadari bahwa kita hanyalah pengembara di dunia ini. Dengan demikian, kita mampu mengorbankan hidup bagi sesama yang membutuhkan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


881

21 September 2011

Hidup dengan Rencana yang Cermat



Ada seorang pemburu yang kecewa. Ia meluapkan kekecewaannya dengan membakar hutan di mana ia berburu rusa. Pasalnya adalah sudah lima hari ia berburu, tetapi rusa-rusa itu tidak muncul-muncul juga. Ia merasa ditipu oleh rusa-rusa itu. Padahal biasanya ia pulang membawa rusa yang besar-besar saat berburu rusa. Akibatnya, ia kecewa. Ia mengambil pemantik, menghidupkannya dan membakar hutan itu. Kebakaran besar pun terjadi.

Setelah satu minggu, pemburu itu baru menyadari kesalahannya. Kesalahan yang ia lakukan adalah ia mengambil posisi di mana angin bertiup dari belakangnya. Ia tidak melawan arah angin yang datang itu. Akibatnya, rusa-rusa itu mencium bau dari dirinya. Rusa-rusa itu tahu bahwa mereka sedang berada dalam bahaya. Karena itu, mereka pun lari terbirit-birit untuk menyembunyikan diri.

Pemburu itu sangat menyesal. Ia tidak menyadari hal itu. Ternyata ia tidak membuat survei lebih dahulu tentang arah angin. Akibatnya, apes baginya. Ia tidak berhasil membawa hasil buruannya pada hari itu. Ia pulang dengan tangan hampa. Ia tidak cermat dalam berburu.

Sahabat, kecermatan dalam hidup mesti selalu dikembangkan. Mengapa? Karena kecermatan itu akan membantu orang dalam meraih kesuksesan hidup. Orang yang cermat akan hidup dengan baik. Orang yang tidak cermat biasanya sering salah perhitungan. Akibatnya, kerugian demi kerugian akan menjadi bagian hidupnya. Sesal kemudian tidak berguna.

Kisah tadi mau mengajak kita untuk senantiasa memperhitungkan tindakan-tindakan yang akan kita lakukan. Karena itu, orang mesti memiliki rencana untuk hidupnya. Orang tidak bisa hidup begitu saja tanpa rencana-rencana yang cermat. Akibat yang akan dialami adalah ketidakpastian dalam hidup. Orang tidak punya pegangan hidup, karena tidak punya rencana hidup.

Sebagai orang beriman, kita mesti menjalani hidup ini dengan rencana yang cermat. Rencana itu kita buat bersama Tuhan. Kok mesti begitu? Karena Tuhan ingin agar kita hidup bahagia. Tuhan ingin agar hidup kita itu sungguh-sungguh bermakna. Hidup ini mesti memiliki kemampuan untuk berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Untuk itu, dibutuhkan suatu rencana yang cermat.

Kehadiran Tuhan dalam hidup kita membantu kita untuk tetap setia pada rencana-rencana yang telah kita buat. Tuhan memberikan semangat bagi kita, agar kita dapat menjalani hidup ini dengan baik. Mari kita hidup dengan rencana-rencana yang cermat. Dengan demikian, hidup ini kita alami sebagai sesuatu yang damai dan indah. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


784

10 September 2011

Ketika Orang Berani Menghadapi Konsekuensi



Siapa bilang hidup itu tidak memiliki konsekuensi? Kalau orang sungguh-sungguh memaknai kehidupan ini, orang akan mengatakan bahwa hidup ini penuh dengan konsekuensi. Orang yang mau maju dalam usaha, misalnya, harus berani berkorban. Ia mesti bangun pagi-pagi untuk menyiapkan segala sesuatu, agar usahanya hari itu berhasil dengan baik. Atau ia mesti pergi tidur larut malam, agar usahanya tetap bertumbuh dan berkembang dengan baik.

Orang juga mesti berani mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya. Orang tidak bisa melarikan dari dari tanggung jawab atas suatu perbuatannya. Abdee Negara, gitaris Slank, mengalami hal ini. Menjadi seorang musisi ternama membawa konsekuensi yang besar dalam kehidupannya.

Menurut Abdee, demi penampilan bermusik terbaik, ia terus mempelajari keterampilan dan pengetahuan tenang musik. Bahkan hingga sekarang, setelah ia menjadi seorang gitaris yang populer. Sebenarnya rasa bermusik itu sudah ia latih sejak masih SMA. Selepas SMA, keseriusan bermusik memuncak. Banyak waktu dia habiskan untuk berlatih di studio musik.

Ia berkata, ”Saya belajar gitar otodidak. Tapi karena tak ingin sekadar bisa main musik, pengetahuan wajib saya cari. Untuk itulah saya kursus musik, agar praktik dan teori bisa dikuasai.”

Menurutnya, bersama Slank, dia mendapat popularitas. Namun, popularitas menuntut konsekuensi berkurangnya waktu bersama keluarga. Abdee merindukan waktu jeda untuk berkumpul bersama keluarga. Ia berkata, ”Jarang saya bisa kumpul bareng keluarga.”

Sahabat, tentu saja Anda semua akan setuju, kalau setiap dari kita mesti mengorbankan diri kita untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Ada konsekuensi yang mesti kita hadapi, agar apa yang kita usahakan dapat berhasil dengan baik.

Tidak ada orang yang sukses dalam hidupnya tanpa kerja keras. Ada banyak waktu yang dikorbankan. Tak terhitung banyaknya tetes-tetes keringat yang bercucuran. Bahkan mungkin ada begitu banyak tetes air mata yang mesti dicucurkan demi kehidupan yang lebih baik.

Untuk itu, orang mesti memiliki iman yang kuat dan teguh. Artinya, dengan iman itu orang terus-menerus menumbuhkan tekad untuk dapat maju dalam kehidupannya. Iman itu mendorong seseorang untuk tidak putus asa dalam berusaha. Iman yang kuat dan teguh itu membantu seseorang untuk tetap setia pada pilihan hidupnya. Orang tidak mudah digoyahkan oleh berbagai tantangan dan rintangan.

Karena itu, orang beriman mesti senantiasa memiliki fokus dalam hidupnya. Abdee Negara, sang gitaris populer itu, memusatkan perhatiannya sungguh-sungguh pada apa yang dikerjakannya. Nah, sering banyak orang mengalami kesulitan dalam hal ini. Untuk itu, kita belajar dari gitaris sukses ini, agar kita pun dapat berhasil dalam hidup ini.

Mari kita memusatkan hidup kita pada usaha-usaha kita. Dengan demikian, kita dapat menemukan hidup yang bahagia. Hidup ini menjadi sesuatu yang indah bagi kita. Hidup ini bukan menjadi suatu beban. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


777

11 Juli 2011

Hidup dalam Proses untuk Meraih Sukses



Kata orang, manusia yang meraih kesuksesan dalam waktu singkat dan instan itu mesti dipertanyakan. Mungkin saja orang tersebut adalah orang yang sangat jenius. Atau orang tersebut baru saja mendapatkan warisan triliunan rupiah. Tetapi kalau hidup biasa-biasa saja, tentu saja orang tidak akan bisa meraih kesuksesan dalam waktu singkat secara instan. Orang mesti berusaha terus-menerus dengan berbagai strategi untuk meraih kesuksesan itu.

Karena itu, dalam benak orang mesti selalu ditanamkan bahwa suatu kesuksesan mesti diraih melalui suatu proses. Dalam proses itu orang dapat saja mengalami jatuh dan bangun. Orang mungkin mengalami kegetiran dalam hidupnya, karena kesuksesan belum juga diraih. Orang mungkin harus mengubah strategi untuk meraih kesuksesan secara maksimal.

Penyanyi dan pencipta lagu populer Melly Goeslaw, misalnya, mengalami bahwa ia tidak meraih kesuksesannya secara instan. Perempuan yang berusia 37 tahun ini memulainya sejak masih sekolah dasar dengan kebiasaan menuliskan kemarahan dan keinginan hati yang malu dia sampaikan kepada orangtuanya.

Ketika membentuk band Potret, lagu-lagunya belum diterima masyarakat. Album pertama mereka hanya laku 3.000 keping. Namun, dia tak berhenti. Potret lalu mengusung konsep minimalis dan lirik nyeleneh. Musik Potret pun mulai diapresiasi para kritikus. Band ini dianggap berani beda, baik musik maupun vokalisnya. Ketika itu, vokalis band umumnya lelaki.

Ia berkata, ”Adakalanya secara finansial kita gagal, tetapi secara konsep diakui bagus. Tak selalu kita bisa mendapatkan kedua hal itu sekaligus.”

Dari band yang awalnya tidak laku, kemudian Potret menjadi pembuka konser band Slank. Setelah itu, Potret terus berproses hingga lagu-lagunya dikenal masyarakat.

Sahabat, banyak orang bermimpi untuk sukses dalam waktu yang serba cepat. Kalau seseorang membuka usaha tambak ikan, misalnya, ia bermimpi dalam waktu beberapa bulan ia akan meraup hasil yang berlimpah.

Harus dikatakan bahwa orang boleh bermimpi tentang hal ini. Namun orang mesti sadar bahwa bisa saja sebagian besar ikan yang ditabur di dalam tambak itu hilang. Bisa saja di dalam kolam ada predator yang memangsa ikan-ikan yang baru ditabur itu. Karena itu, orang mesti belajar untuk mencermatinya.

Apa yang dialami oleh Melly Goeslaw menjadi pelajaran bagi kita semua untuk menjalani hidup ini dalam suatu proses. Ketika kita menjalani hidup ini melalui suatu proses, kita akan menemukan berbagai kesuksesan dalam hidup ini.

Ketika kita gagal, kita berusaha untuk mencari strategi-strategi baru untuk mengatasi kegagalan itu. Dengan demikian, kita akan meraih sukses bagi hidup kita. Hidup kita menjadi lebih baik dan bahagia. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

726

08 Juli 2011

Berani Memberi Hidup bagi Sesama




Ia tergolong siswi yang tangguh, cerdas, dan tegas. Betapa tidak? Baru SMA ia sudah menjadi pramusaji di sebuah restoran. Menurut pengakuan gadis berusia 15 tahun ini, ia harus melakukan pekerjaan itu untuk menghidupi keluarganya. Ia datang dari keluarga tidak mampu. Apalagi ayahnya sudah tidak bisa bekerja lagi. Ayahnya mengalami suatu kecelakaan yang menyebabkan kedua kakinya diamputasi.

Ketika pertama kali menyaksikan kondisi ayahnya yang tak berdaya, ia tidak tahan. Ia berbisik kepada ibunya, “Bu, saya yang harus menggantikan peran ayah dalam keluarga kita. Ibu tidak usah kuatir.”

Sang ibu hanya sedih memandangnya. Sebenarnya ia tidak tega menyaksikan anak yang masih kecil itu banting tulang bekerja untuk keluarga. Namun demi kelangsungan hidup keluarga, ia pun rela. Ia masih punya dua orang anak yang mesti ia hidupi. Dua anak itu masih kecil-kecil. Mereka masih butuh pendampingan darinya.

Si sulung mesti berkorban untuk keluarganya. Ia pergi ke kota yang terdekat. Di sana ia mulai bekerja di sebuah restoran. Setiap bulan ia pulang ke rumahnya dengan segepok uang di tangan. Uang itulah menjadi biaya hidup bagi orangtua dan kedua adiknya. Ia merasa bahagia. Ia merasa senang menjalani pekerjaan itu. Hidupnya pun tetap ugahari. Tidak berubah.

Sahabat, kita hidup dalam dunia yang begitu menantang. Tantangan itu bisa saja datang dari orang lain di sekitar kita. Tantangan itu juga datang dari diri kita sendiri. Soalnya adalah bagaimana orang menghadapi tantangan-tantangan itu?

Kalau orang tidak berani menghadapi tantangan, ia akan terpuruk dalam kehidupan ini. Namun kalau ia kuat dan berani menghadapi tantangan, ia akan tegar menjalani kehidupan ini. Ada kreativitas yang akan tumbuh dalam perjalanan hidupnya. Ada cara-cara yang baik yang dapat ditemukan untuk keluar dari persoalan-persoalan hidup.

Gadis dalam kisah di atas mengatakan kepada kita bahwa tantangan hidup mesti ia jawab. Ia tidak bisa menghadapi kehidupan ini dengan menyerah begitu saja pada keadaannya. Ia mesti bangkit. Ia mesti mengambil alih tanggung jawab. Yang ia pikirkan bukan dirinya sendiri lagi. Yang ia pikirkan adalah keselamatan keluarganya. Karena itu, ia berani berkorban. Ia memberikan dirinya demi cinta yang besar kepada sesamanya. Cinta itu menjadi nyata dalam tindakan. Cinta itu tidak hanya di mulut saja.

Sebagai orang beriman, kita mesti sadar bahwa kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri. Kita juga hidup untuk orang lain. Kita memberikan hidup kita untuk orang lain.

Ketika kita menyatakan kita mencintai sesama kita, yang mesti kita lakukan adalah berbuat baik kepada sesama itu. Kita mesti berani melakukan hal-hal yang berguna bagi kehidupan bersama. Dengan demikian, hidup ini menjadi bermakna bagi sesama. Mari kita berusaha untuk memberi hidup kita bagi kesejahteraan bersama melalui cinta yang nyata. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


723

06 Juli 2011

Hidup Ini Anugerah Cuma-cuma


Awal April tahun lalu diberitakan hilangnya seorang anak cacat bernama Paulette Gebara Farah di kota Meksiko. Lenyapnya anak berusia emnpat tahun ini menjadi pembicaraan banyak orang di seluruh kota. Orang membicarakan peristiwa itu di jalan-jalan, restoran. Media massa di negeri itu memberitakan peristiwa menyedihkan itu. Bahkan jejaring sosial pun ikut sibuk membicarakan hilangnya anak yang tidak bisa bicara dan berjalan itu.

Gadis cilik itu tinggal bersama orangtuanya di sebuah apartemen mewah. Ibu gadis cilik yang seorang pengacara itu mengalami penderitaan atas peristiwa itu. Ia memasang poster di berbagai tempat. Ia memohon agar kalau ada orang yang menemukan putrinya segera mengembalikannya.

Ia berkata, ”Satu-satunya yang saya inginkan adalah mendapatkan anak saya kembali. Dia bocah khusus yang memerlukan orangtuanya, yang tak bisa bertahan sendiri. Dia mempunyai keluarga yang sangat mencintainya dan mau memberikan nyawa mereka untuknya.”

Namun para penyelidik polisi menemukan sesuatu yang aneh. Setelah menyelidiki seluruh isi apartemen itu, polisi menemukan jenazah anak itu terbungkus seprei dan terjepit di antara kasur dan tempat tidur. Masyarakat sangat marah mendengar berita itu. Pihak polisi menduga bahwa orangtua anak itu berusaha melenyapkan anak mereka yang cacat itu.

Sahabat, kehidupan manusia adalah segala-galanya. Karena itu, kehidupan itu tidak boleh dilenyapkan. Seorang anak cacat yang membutuhkan bantuan mesti diberi bantuan untuk mengalami sukacita dan damai dalam hidupnya. Anak-anak seperti ini mesti mendapat dukungan yang khusus. Mereka mesti diperhatikan secara istimewa, karena mereka adalah buah hati dari orangtua sendiri.

Karena itu, orang akan marah begitu mengetahui kehidupan itu disepelekan. Kehidupan yang begitu berharga itu tidak boleh dilenyapkan. Martabat manusia mesti dijunjung tinggi. Ketika martabat manusia itu tidak dijunjung tinggi, yang ada hanyalah penodaan terhadap kehidupan itu sendiri.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa ada penolakan terhadap kehidupan manusia. Mengapa orang sampai hati menolak kehidupan? Karena orang tidak mau repot mengurus kekurangan yang ada dalam dirinya. Orang mau lepas tangan. Orang mau menikmati hidup ini hanya untuk diri sendiri.

Karena itu, mereka merasa bahwa hidup ini hanya untuk mereka sendiri. Akibatnya, kehidupan orang lain tidak dipikirkan. Atau kehidupan orang lain dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk meraih kenikmatan dalam hidup.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa memberikan penghargaan yang tinggi terhadap hidup ini. Mengapa? Karena hidup ini adalah anugerah. Tuhan memberi kita hidup ini dengan cuma-cuma. Tuhan menghendaki agar kita memperjuangkan hidup ini dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan bersama. Dengan demikian, hidup ini menjadi sesuatu yang berguna. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


721

Berani Mengambil Keputusan untuk Hidup


Seorang gadis sedang bingung. Apa yang mesti ia lakukan antara mengikuti kehendak orangtua atau mengikuti suara hatinya. Kehendak orangtua terhadap dirinya adalah ia harus menerima lamaran dari seorang pria yang bukan menjadi pilihannya. Sedangkan suara hatinya berkata lain. Ia tidak mau menerima lamaran pria yang tidak dicintainya. Ia ingin agar urusan cinta itu menjadi urusan pribadinya. Bukan urusan orangtuanya. Apalagi dalam memilih seorang kekasih.

Karena itu, terjadi keguncangan dalam diri gadis itu. Ia seorang yang setia kepada orangtuanya. Ia mengalami dilema. Mana yang mesti ia dahulukan. Apakah kehendak orangtuanya atau suara hatinya sendiri. Ia merasa, ia dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama sulit. Memilih salah satu berarti ia mesti mengorbankan yang lain. Ini yang sulit ia lakukan. Ia tidak ingin kehilangan orangtuanya. Ia ingin tetap membaktikan dirinya kepada orangtuanya. Namun ia juga tidak ingin kehilangan dirinya sendiri. Ia ingin memiliki kebebasan dalam hidupnya.

Apa yang kemudian gadis itu putuskan? Ia tidak mengambil keputusan apa-apa. Ia membiarkan semuanya berlalu. Ketika ditanya oleh orangtuanya, ia tidak mau memberikan pendapat. Ia juga tidak mau menyerahkan keputusan pada orangtuanya. Ia membiarkan persoalan itu tetap mengambang.

Sahabat, dalam hidup ini manusia memiliki kesempatan-kesempatan untuk memutuskan sesuatu. Banyak orang mengalami kesulitan untuk membuat keputusan yang tepat bagi hidupnya. Mengapa? Ada berbagai aspek yang mesti dipertimbangkan. Ada berbagai hal yang harus dilakukan untuk membuat keputusan yang sangat penting bagi hidup.

Namun orang juga mesti punya sikap yang jernih dalam membuat suatu keputusan atas hidupnya. Orang mesti mendahulukan suara hatinya yang murni. Orang mesti berani mengambil langkah, apa pun resiko yang akan dihadapi. Banyak orang tidak berani mengambil keputusan, karena takut menanggung resiko. Orang enggan untuk bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya.

Untuk itu, orang membiarkan suatu persoalan tetap mengambang. Tentu saja hal ini kurang baik bagi kehidupan. Mengapa? Karena suatu persoalan yang tidak segera diselesaikan akan menjadi duri dalam daging. Persoalan itu dapat terus-menerus menghantui hidup seseorang.

Karena itu, orang beriman mesti berani membuat keputusan atas hidupnya. Caranya adalah dengan mempertimbangkan antara suara hatinya yang jernih dengan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Akan ada resiko bila orang mengambil suatu keputusan. Namun orang beriman mesti berani menanggung resiko atas apa yang diputuskannya.

Mari kita berusaha untuk mengambil keputusan atas hidup kita. Orang beriman tentu saja menyertakan Tuhan dalam mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, kita akan mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


720

28 Juni 2011

Berani Pertaruhkan Hidup bagi Orang lain




Peristiwa ini terjadi terhadap seorang bapak di Pintu Satu Senayan, Jakarta, tahun lalu. Saat itu ia sedang mengendarai mobil. Sekitar dua puluh meter sebelum berbelok ke Jalan Pintu Satu Senayan, ia menyalakan lampu sinyal. Tetapi beberapa pengendara sepeda motor seakan tak perduli. Mereka tetap memaksa dan menerobos. Satu, dua, sepeda motor berhasil lolos. Tetapi sepeda motor ketiga gagal. Tabrakan tak terhindarkan.

Sepeda motor yang dikemudikan dengan kencang itu akhirnya membentur mobil bapak itu dengan keras. Sang pengemudi terpental lalu terhempas di trotoar. Bapak itu menepi dan berhenti.

Sejumlah orang yang menyaksikan peristiwa itu menyuruhnya jalan terus. Menurut mereka, pengendara motor itu yang salah. Sementara ia melihat pengendara sepeda motor bangkit dan dengan terpincang-pincang berusaha mendorong motornya ke pinggir jalan. Hati kecilnya memerintahkannya untuk turun dari mobil.

Mulanya pengemudi sepeda motor tersebut menolak tawarannya untuk diperiksa di Rumah Sakit Djakarta, yang jaraknya tak jauh dari lokasi tabrakan. Dia mengaku hanya butuh waktu sebentar guna memulihkan kondisi tubuhnya. Bapak itu mendesak dan mengatakan akan menanggung biaya pengobatan termasuk kerusakan motornya. Akhirnya dia bersedia.

Setelah membawa pengemudi motor itu ke rumah sakit, meninggalkan uang untuk perbaikan motornya, dan meninggalkan kartu nama, barulah mereka berpisah. Jika harus menghitung “kerugian” dalam peristiwa itu, bukan cuma karena mobil bapak itu yang rusak, tetapi juga banyak waktu yang terbuang.

Menurut bapak itu, sebagai manusia biasa, ada waktunya ia merasa jengkel pada ulah sebagian pengendara sepeda motor di Jakarta. Banyak yang ugal-ugalan dan merasa merekalah “raja jalanan”. Mereka seakan tidak perduli pada keselamatan jiwa sendiri dan orang lain. Terlalu banyak pengalaman tidak menyenangkan berhadapan dengan pengendara sepeda motor yang seperti itu.

Sahabat, dalam suatu peristiwa kecelakaan biasanya orang mempersoalkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Orang tidak langsung berpikir tentang korban yang mesti dibantu terlebih dahulu. Orang lebih mementingkan keselamatan dirinya sendiri.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa dalam kondisi apa pun keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama. Karena itu, bapak itu tidak pertama-tama memikirkan siapa salah, siapa benar. Yang ia pentingkan adalah siapa yang harus diselamatkan terlebih dahulu. Tindakan seperti ini merupakan suatu tindakan yang heroik. Ia berani berkorban untuk keselamatan orang lain. Ia bahkan tidak memikirkan kerusakan dan kerugian yang diderita oleh dirinya.

Tentu saja sikap seperti ini adalah sikap orang yang memiliki iman yang dalam kepada Tuhan. Orang yang berani mengorbankan hidupnya demi keselamatan orang lain menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan. Tuhan telah memberi hidup ini kepadanya. Karena itu, ia mesti meneruskan hidup ini kepada orang lain.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa berani mempertaruhkan hidup kita bagi keselamatan sesama. Dengan demikian, dunia ini menjadi tempat yang aman dan damai bagi semua orang. Tuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ

712

27 Juni 2011

Menghayati Iman dalam Hidup


Seorang ibu bercerita bahwa suatu waktu ia mengalami sakit tenggorokan sampai suaranya hilang. Sakit itu ia alami selama satu tahun. Ketika ia berobat ke rumah sakit, dokter mengatakan bahwa ia mengalami radang tenggorokan yang akut. Dokter menganjurkan dirinya untuk beristirahat selama satu minggu.

Anjuran itu tidak bisa dilaksanakan oleh ibu itu, karena profesinya sebagai guru TK yang menuntutnya untuk mengeluarkan suara. Ibu itu tidak bisa meninggalkan tugasnya. Ia tetap masuk ke kelas untuk mengajar anak-anak. Ia memaksakan diri untuk mengeluarkan suara, karena tuntutan profesinya. Akibatnya, penyakit radang tenggorokan itu malah menjadi-jadi sampai mengeluarkan darah.

Ia tidak tinggal diam. Seribu satu langkah ia ambil untuk menyelamatkan tenggorokannya. Ia terus mengobatinya. Namun ia juga memohon bantuan kepada Tuhan. ia yakin, mukjijat akan terjadi dalam hidupnya. Ia yakin, Tuhan akan selalu membantunya untuk kesembuhan tenggorokannya. Keyakinannya ini meneguhkan semangatnya untuk terus maju dalam hidup ini. Ia berhasil. Kombinasi antara usaha diri sendiri dan bantuan Tuhan telah menyembuhkan tenggorakannya.

Ibu itu berkata, “Melalui peristiwa tersebut, iman saya menjadi semakin kuat. Saya menyediakan waktu setiap hari untuk membaca Kitab Suci, berdoa dan beramal.”

Sahabat, banyak orang mengaku beriman kepada Tuhan. Namun kenyataan hidup mereka sering bertentangan dengan iman itu. Misalnya, ada orang yang rajin beribadat, rajin membaca Kitab Suci, namun ternyata ia seorang koruptor kelas kakap. Ada orang yang punya semangat sosial yang tinggi seperti memberi sumbangan untuk kegiatan-kegiatan sosial. Namun kemudian orang ini berurusan dengan polisi, karena menjadi bandar narkoba.

Tentu saja contoh-contoh tadi merupakan kehidupan yang menyimpang dari iman. Kehidupan iman ternyata tidak selaras dengan hidup sehari-hari. Iman yang luhur dan mulia itu tidak diimbangi dengan penghayatan hidup yang baik dan benar. Ada ketimpangan antara iman dan kenyataan hidup sehari-hari.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa kita masih tetap butuh iman yang hidup. Iman yang hidup itu tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Suatu sikap iman yang selaras dengan penghayatan iman. Orang tidak bisa hanya mengharapkan mukjijat. Orang juga mesti berusaha untuk menghayati imannya dalam hidup sehari-hari.

Karena itu, sebagai orang beriman, kita senantiasa diajak untuk terus-menerus menghidupi iman kita dalam perjalanan hidup ini. Hanya dengan menjadikan iman kita nyata dengan melaksanakan ajaran-ajaran agama kita masing-masing, kita mampu menjadi orang beriman yang baik.

Mari kita berusaha untuk menyerahkan hidup kepada Tuhan. Dengan cara ini, kita memiliki iman yang kuat dan tahan uji. Iman kita tidak hanya tampak dalam ibadat dan doa-doa. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


711

19 Juni 2011

Membuat Perhitungan yang Cermat bagi Hidup Rata Penuh




Ada seorang mahasiswa yang terpaksa memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya. Setelah dua tahun kuliah, ia menyadari bahwa ilmu yang sedang didalami itu bukan bidangnya. Ia tidak bisa mengikuti matakuliah yang diberikan.

Ia mengatakan bahwa ia lebih baik berhenti kuliah. Ia tidak tega membiarkan orangtuanya mengeluarkan uang untuk biaya kuliahnya. Terlalu berat bagi mereka. Lagi pula ia belum tentu menyelesaikan kuliahnya dengan baik.

Lantas ia meminta ijin kepada orangtuanya untuk berhenti kuliah. Kepada mereka ia menjelaskan semua persoalan yang dihadapinya. Mereka bisa mengerti. Lalu ia meminta kesediaan orangtuanya untuk memberi dia dana untuk buka usaha perbaikan hand phone dan jualan alat-alat elektronik. Orangtuanya terkejut mendengar permintaan anaknya. Mengapa? Karena selama ini anak itu menjalani kuliah ekonomi.

Anak itu meyakinkan mereka bahwa ia akan lebih berhasil dengan usaha barunya. Mereka pun memberi dana untuk buka usaha baru itu. Apa yang terjadi kemudian? Mahasiswa putus kuliah itu berhasil dalam usahanya! Melalui kerja kerasnya memperbaiki hp yang rusak dan jualan alat-alat elektronik, ia dapat menghidupi dirinya dan orangtuanya.

Tentang hal ini, ia berkata kepada orangtuanya, “Kalau saya tidak banting setir, tentu ayah dan ibu akan buang uang tanpa hasil yang jelas. Sekarang saya berada di jalur yang benar.”

Sahabat, dalam hidup ini orang mesti berani untuk banting setir. Orang mesti berani beralih dari kehidupan yang tidak menentu menjadi hidup yang terarah kepada kehidupan yang lebih baik.

Orang mesti berani bertaruh. Ini menunjukkan bahwa orang punya iman. Orang yang memikirkan dengan matang apa yang akan diperbuatnya. Orang yang juga menyertakan Tuhan dalam perjalanan hidupnya.

Tentu saja hal seperti ini tidak mudah. Orang dituntut untuk menemukan peluang-peluang baru dalam hidupnya. Orang mesti berani menangkap peluang-peluang itu bagi hidupnya.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa peluang yang dipergunakan dengan baik akan membawa manusia kepada kebahagiaan. Orang mempertaruhkan sesuatu yang sangat tinggi nilainya bagi hidupnya. Orang mesti berani mempertanggungjawabkan apa yang telah dipilihnya itu.

Banting setir tidak hanya berarti orang memulai sesuatu yang baru bagi hidupnya. Namun yang lebih penting adalah orang sungguh-sungguh memperhitungkan apa yang telah dipilihnya itu dengan cermat. Perhitungan yang salah akan menjadikan orang frustrasi dalam hidupnya. Orang akan mengalami hidup ini kurang begitu bernilai.

Sebagai orang beriman, mari kita berusaha untuk memperhitungkan lebih cermat atas apa yang akan kita perbuat. Dengan demikian, kita akan menemukan suatu hidup yang lebih baik. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


703

08 Mei 2011

Hidup Ini Sangat berharga


Kepedulian terhadap mereka yang miskin dan menderita kembali diungkapkan. Kali ini yang mendapatkan perhatian adalah seorang bayi berusia 17 bulan bernama Bilqis Anindya Passa. Ia mesti menjalani cangkok hati di RS Dokter Kariadi Semarang, Jawa Tengah (Februari 2010). Bilqis menderita kegagalan fungsi saluran empedu. Penyakit yang terdeteksi dari kotoran berwarna putih pekat seperti dempul itu diketahui diidap Bilqis sejak berumur dua minggu.

Namun biaya untuk cangkok hati itu sangat besar, satu miliar rupiah. Sebenarnya, ibu-bapak Bilqis, yaitu Dewi Farida dan Donny Ardianta Passa, bukan orangtua yang masuk kategori keluarga miskin. Namun, penyakit Bilqis telah mengubah segalanya. Kebutuhan dana satu miliar rupiah sulit terpenuhi. Sejak Bilqis lahir hingga kini sudah ratusan juta rupiah yang dikeluarkan untuk pengobatan sang bayi.

Sekali dalam sebulan, Bilqis harus dirawat di rumah sakit. Bilqis dirawat 16 hari pada Desember 2009 lalu dan 6 hari pada Januari 2010 lalu. Hampir semua perawatan dilakukan di unit perawatan intensif (ICU). Bukan membaik, kondisi bocah ini malah semakin merosot. Uang makin menipis. Sampai kemudian pada 25 Januari Dewi mulai terpikir untuk mengumpulkan koin bagi pembiayaan cangkok hati anak keduanya itu.

Awalnya, perjalanan koin masih tersendat. Namun ada juga orang yang bersedia menjadi relawan untuk mengumpulkan koin bagi Bilqis. Untuk kasus Bilqis, koin tidak diartikan harfiah berupa mata uang logam, tetapi donasi untuk biaya pengobatan Bilqis. Setelah berusaha keras, akhirnya terkumpul 900 juta rupiah untuk biaya operasi cangkok hati bagi Bilqis.

Sahabat, kesetiakawanan senantiasa mesti menjadi bagian dari hidup manusia. Manusia dapat hidup hanya melalui kesetiakawanan itu. Kepedulian terhadap sesama yang menderita ternyata meringankan beban penderitaan. Orang yang tadinya berurai air mata dapat mengalami kegembiraan dalam hidupnya. Hal itu berkat uluran tangan sesamanya.

Karena itu, kehadiran sesama di sekitar kita bukan ancaman. Kehadiran sesama merupakan dukungan bagi hidup kita. Ketika kita mengalami kegalauan dalam hidup, kita dapat memohon bantuan sesama. Dengan demikian, penderitaan kita dapat diringankan.

Kisah tadi menuturkan usaha Dewi Farida yang pantang menyerah mendapatkan perhatian dari sesamanya. Usahanya tidak sia-sia. Ia boleh memiliki pengharapan bahwa anaknya dapat memperoleh kesembuhan berkat operasi cangkok hati itu. Kepedulian dari sesama tentu saja menguatkan hati Dewi dan suaminya bahwa masih ada cinta dari sesama bagi putrinya.

Sebagai orang beriman, kepedulian itu mesti menjadi andalan hidup kita. Hanya melalui kepedulian itu, kita dapat menemukan kegembiraan dan harapan dalam hidup kita. Tuhan ternyata terus-menerus membantu manusia melalui tangan-tangan yang mau mengulurkan bantuan bagi yang menderita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

674

16 Maret 2011

Hidup Ini Butuh Perencanaan



Banyak dari Anda pasti tahu dan kenal dengan Jennifer Aniston. Perempuan berusia 40 tahun ini adalah seorang bintang film serial friends yang populer di dunia. Di tahun 2010 lalu ia punya rencana besar. Aktris yang bermain dalam film He’s Just Not That Into You dan The Break-Up ini kabarnya berencana membuka sebuah restoran.

Ia ingin membuka sebuah restoran Meksiko di kota New York, Amerika Serikat. Sebenarnya keinginannya itu berasal dari harapannya untuk bisa mewujudkan kecintaannya pada makanan pedas. Kita tahu bahwa banyak orang Amerika tidak bisa makan makanan pedas. Mereka akan menghindari makanan dengan cabe yang kental. Kalau mereka sampai makan makanan pedas, mulut mereka akan terasa seperti sedang terbakar.

Menurut Aniston, saat itu dia sudah sampai pada tahap negosiasi untuk segera merealisasikan rencana itu. Aniston, yang juga main dalam film The Object of My Affection dan Along Came Polly, berkata, ”Bila semua berjalan lancar, aku berharap bisa membuka restoran Meksiko di New York tahun 2010 ini. Aku sangat menyukai makanan Meksiko. Aku akan berbaur dengan para pelanggan dan akan dengan senang hati menjadi pelayan bagi mereka.”

Sahabat, hidup ini membutuhkan perencanaan. Orang tidak hanya hidup seperti angin yang bertiup, tidak tahu dari mana datangnya dan ke mana perginya. Orang yang tidak punya rencana dalam hidup ini bagai tubuh tanpa roh. Akan cepat aus dimakan zaman. Tidak akan bertahan, ketika ada tantangan dan godaan datang menghadang.

Sebaliknya, orang yang punya rencana hidup memiliki kepastian hidup. Ia tidak hanya sekedar hidup. Ia punya arah yang jelas. Ia dapat mengelola hidupnya dengan baik dan benar. Segala sesuatu dipikirkannya masak-masak. Ia tidak melakukan sesuatu asal jadi, tetapi dengan perhitungan yang mendalam.

Kisah Jeniffer Aniston di atas mau mengatakan kepada kita bahwa untuk memiliki hidup yang lebih bermakna orang mesti punya rencana. Ia merencanakan untuk membuka sebuah restoran Meksiko. Tentu saja ia tidak hanya munculkan rencananya itu dalam sekejap saja. Ia telah memikirkannya baik-baik. Ia ingin menjadi pelayan bagi sesamanya. Tentu saja hal itu membutuhkan banyak waktu.

Karena itu, mengawali tahun 2011 ini kita semua semestinya telah memiliki rencana-rencana besar untuk hidup kita. Kita tidak bisa hanya mau hidup dibawa oleh angin ke mana ia mau.

Kita ingin mengendalikan setiap kecenderungan kita dengan membuat rencana hidup itu. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin bermakna. Kita dapat menimba semakin banyak hal baik dari hidup kita. Hidup ini dapat lebih berguna bagi sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


633

06 Maret 2011

Cinta Yang Sejati Itu Memberi Hidup

Sudah bertahun-tahun seorang gadis jatuh hati terhadap seorang pemuda di kampungnya. Namun tampaknya ia hanya bertepuk sebelah tangan. Pemuda itu tidak menanggapi cinta gadis itu. Hal itu membuat gadis itu patah semangat.

Setiap kali ada pemuda lain yang mendekatinya, ia selalu menolak. Ia berkata kepada mereka, “Saya sudah ada yang punya.”

Padahal ia masih tetap menaruh hati pada pemuda yang tidak mencintainya itu. Ia masih tetap mencintai pemuda itu bahkan pemuda itu telah menikahi seorang gadis dari kampung yang lain. Tentang hal ini ia berkata, “Saya memiliki cinta yang sejati yang tidak akan padam. Cinta yang sejati tidak akan berhenti saat menghadapi rintangan demi rintangan.”

Namun suatu hari gadis itu pun sadar bahwa ia tidak bisa mencintai orang yang tidak mencintainya. Cinta yang ia miliki itu hanyalah cinta semu. Sebuah cinta yang tidak berbuah apa-apa, karena orang yang dia cintai itu sama sekali tidak mencintainya. Kesadaran itu membuat ia membuka hatinya untuk cinta seorang pemuda dari kampung tetangganya. Cinta mereka saling bersahut-sahutan. Mereka merajut cinta itu. Ternyata itulah cinta sejati yang dia miliki.

Ia pun mengalami sukacita dan damai dalam hidupnya. Ia pun boleh mengekspresikan daya cinta yang dimilikinya untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia. Anak-anak yang lahir dari perkawinannya itu merupakan buah dari cinta yang sejati itu.

Sahabat, banyak orang merasa bahwa mereka memiliki cinta yang sejati dalam hidup ini. Banyak orang bertindak seolah-olah cinta yang mereka berikan itu cinta yang tulus dan murni. Namun kalau orang sungguh-sungguh menukik ke dalam batinnya, orang akan menemukan bahwa sebenarnya cinta mereka hanyalah semu. Cinta yang tidak berbuah, karena lengketnya egoisme dalam cinta itu.

Orang mencintai sesamanya untuk memilikinya. Bukan demi kebahagiaan orang yang dicintainya itu. Atau ada orang yang merasa putus asa dalam hidupnya, karena cintanya tidak bergema. Ia berkata, “Saya tidak menemukan cinta dalam hidup ini. Untuk apa saya hidup, kalau tidak ada cinta?”

Karena itu, orang yang memiliki cinta yang sejati itu tidak mengunci cinta dalam hidupnya. Cara tercepat untuk mendapatkan cinta adalah dengan memberinya. Sebaliknya, cara tercepat untuk kehilangan cinta adalah dengan menggenggamnya seerat-eratnya untuk diri sendiri. Orang yang mencintai itu orang yang berani berkorban bagi sesamanya. Orang yang berani membuka hidupnya untuk sesamanya.

Sebagai orang beriman, kita mesti berani membuka hati kita untuk sesama kita. Artinya, kita mau memberikan hidup kita untuk digunakan oleh orang lain. Kita tidak ingin hidup ini menjadi milik kita sendiri. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk bersukacita, karena kita memiliki cinta yang sejati. Hidup ini memiliki makna yang mendalam bagi sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


626



Juga dapat dibaca di:

http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/

http://forumm.wgaul.com/showthread.php?t=85079&page=100

http://www.facebook.com/katolik.webgaul.net

18 Februari 2011

Memaknai Simbol-simbol dalam Hidup



Suatu hari seorang ibu kehilangan cincin perkawinannya. Siang harinya ia diajak oleh seorang perempuan yang tidak dikenal untuk pergi ke suatu tempat di kota itu. Ia ikut saja semua yang dikatakan oleh perempuan itu. Ketika perempuan itu memintanya untuk melepaskan cincin perkawinannya, ia ikut saja. Ketika diminta untuk memberikann cincin itu kepadanya, ibu itu pun menyerahkan benda yang sangat berharga itu.

Ibu itu baru sadar ketika perempuan muda itu meninggalkannya. Ia menangis. Ia berteriak histeris. Namun cincin kesetiaan itu telah lenyap. Nasi sudah menjadi bubur. Apalagi wajah perempuan muda itu pun tidak ia ingat lagi. Rupanya ia kena hipnotis. Beberapa saat kemudian ia pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari tempat kejadian. Ia menumpahkan kepedihan hatinya dengan menangis dan menangis.

Sang suami heran menyaksikan kondisi istrinya. Ia berusaha untuk membujuk istrinya, agar berhenti menangis. Namun sang istri tidak mau berhenti juga. Malam harinya baru ia tahu kalau sang istri menangis karena cincinnya telah lenyap. Suaminya berkata, ”Tidak usah terlalu bersedih hati. Saya yakin, kesetiaanmu tetap tinggi padaku. Kamu masih mencintai saya dan saya masih mencintaimu.”

Dengan wajah yang masih sedih, sang istri menjawab, ”Cinta saya kepadamu tidak akan hilang. Namun cincin perkawinan itu sangat berharga bagi saya. Itulah tanda ikatan perkawinan kita. Itulah tanda kesetiaan saya kepadamu. Ketika engkau melihat cincin yang saya kenakan, engkau yakin saya tetap mencintaimu.”

Sahabat, manusia itu hidup dengan tanda-tanda atau simbol-simbol. Cincin yang dikenakan suami istri menandakan cinta yang tak pernah lekang. Cinta yang terus-menerus hadir dalam hidup perkawinan. Cinta yang tetap membara, meski usia sudah uzur.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa ibu yang kehilangan cincin itu ingin tetap mempertahankan bahtera perkawinannya. Ia ingin mengatakan kepada suaminya bahwa cintanya masih tetap membara. Ia ingin mengatakan bahwa kehadiran cincin di jarinya itu menandakan cintanya yang tulus kepada sang suami.

Manusia dapat tetap bertahan dalam hidup, karena cinta. Tentu saja cinta yang sejati yang senantiasa menjadi andalan hidup manusia. Cinta sejati itu tumbuh dan berkembang dalam keseharian hidup manusia. Cinta sejati itu bukan cinta yang dibuat-buat. Tetapi cinta yang ditumbuhkan dari kesahajaan hidup.

Karena itu, ketika cinta yang sejati itu hilang orang akan mengalami kegalauan dalam hidupnya. Orang akan mengalami hidup ini menjadi hambar tak bermakna. Orang menjadi linglung dan tidak tahu mau ke mana hidup ini diarahkan. Orang hidup bagai layang-layang putus.

Untuk itu, cinta yang sejati mesti selalu dipupuk. Cinta yang sejati mesti selalu dibangkitkan, agar memiliki buah-buah yang baik bagi kehidupan. Hidup ini memiliki makna yang mendalam bagi hidup. Dengan demikian, orang mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

618