Pages

01 Juni 2010

Masih Ada Orang Baik




Beberapa tahun yang lalu saya mengalami suatu kecelakaan kecil. Waktu itu saya sedang mengendarai motor dengan muatan tabloid di belakangnya. Ada sekitar 300 eksemplar tabloid yang saya bawa. Ketika itu baru saja hujan lebat mengguyur kota Palembang. Yang tersisa hanyalah rintik-rintik hujan. Genangan air tampak di berbagai tempat. Saya sedang dalam perjalanan menuju Talang Semut.

Ketika saya mau menyeberang jembatan di perempatan Jalan Radial dan Rumah Susun, motor saya tergelincir dan jatuh. Kaki saya tertimpa motor. Tetapi tabloid yang ada di belakang tidak lepas dari ikatan. Dalam keadaan begitu, saya berusaha untuk tenang. Saya berusaha melepaskan kaki kanan saya dari tindihan motor. Setelah lepas, saya berusaha berdiri dan mendirikan kembali motor saya.

Tetapi ternyata berat. Apalagi kaki saya terasa sakit, karena lecet. Tiba-tiba dari belakang ada seorang bapak yang menghentikan motornya lalu menarik setang motor saya. Dalam sekali tarik, motor saya langsung berdiri. Lantas bapak itu langsung pergi. Saya belum mengucapkan terima kasih atas pertolongannya, dia sudah menghilang di kegelapan malam. Saya mau mengejarnya tetapi tidak bisa, karena motor saya tidak bisa hidup. Saya mesti tuntun motor saya itu sampai di Talang Semut.

Dalam hati, saya berpikir-pikir bahwa ternyata masih ada orang baik di dunia ini. Masih ada orang yang peduli terhadap sesamanya yang jatuh. Masih ada yang mau menolong, meskipun orang yang ditolong itu tidak dikenal. Perbuatan baik seperti itu tentu suatu perbuatan yang sangat mulia yang patut mendapat penghargaan.

Kata orang teman yang sejati adalah teman yang mampu merasakan penderitaan temannya. Teman yang tidak lari, ketika sahabatnya mengalami penderitaan. Tetapi justru teman yang mau peduli dan berkorban untuk temannya yang sedang menderita itu.

Dalam dunia ini selalu saja muncul orang-orang baik yang menawarkan bantuan bagi kita. Karena itu, sebenarnya kita tidak perlu kuatir akan kehidupan kita. Coba lihat burung-burung di udara yang tidak pernah menanam. Apakah mereka mati kelaparan? Tidak! Mereka justru mendapatkan makanan dan minuman yang secukupnya. Mereka juga boleh bebas terbang ke mana pun mereka mau.

Karena itu, manusia itu lebih berharga dari burung-burung di udara. Pasti kita sudah diberi kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat oleh Yang Mahakuasa. Tuhan sudah memberi kita bekal yang secukupnya untuk kita kembangkan dalam hidup sehari-hari. Tuhan begitu baik kepada kita. Tuhan tidak pernah menyakiti kita. Kalau toh kita mengalami luka atau sakit itu bukan karena Tuhan tidak mencintai kita. Kasih Tuhan itu tak terbatas. Setidaknya itulah yang saya alami dalam peristiwa kecelakaan kecil itu.

Setiap hari kebaikan Tuhan itu kita timba melalui orang-orang yang ada di sekitar kita. Mereka mau membantu kita dengan berbagai cara, agar kita boleh menikmati makna hidup ini. Mereka telah memberikan sentuhan-sentuhan indah bagi kita, sehingga kita merasa hidup ini menjadi lebih berarti dari hari kemarin. Mari kita syukuri semua itu. Mari kita bawa dalam hidup kita, agar menjadi kekayaan bagi hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

395


Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.