Suatu hari seorang anak datang kepada ibunya. Ia bertanya, ”Ma, apakah mama masih mencintai saya?”
Mamanya sangat terkejut mendengar pertanyaan itu. Lantas ia bertanya kepada anaknya, ”Kenapa kamu bertanya begitu? Apa kamu merasa bahwa selama ini mama tidak mencintaimu?”
Anak itu menjadi bingung. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia merasa bersalah atas pertanyaannya. Ia merasa sedih telah mengajukan pertanyaan seperti itu. Ia meminta maaf kepada mamanya, karena telah meragukan cinta sang mama.
Mamanya memaafkannya. Ia memeluknya dengan dekapan kasih. Suatu dekapan yang menguatkan dirinya. Ia semakin yakin akan kasih sang mama. Hidupnya dipenuhi dengan kegembiraan dan sukacita. Ketika mengalami persoalan, ia cepat-cepat mendatangi mamanya. Ia yakin, mamanya akan membantunya dalam mengatasi setiap persoalan hidup.
Kasih seorang ibu tidak akan pernah putus dalam hidup seorang anak. Meski anak itu tega melupakan kehadiran seorang ibu, sang ibu tidak akan pernah melupakannya. Ia menyayanginya. Ia memberikan kasihnya kepada anaknya itu dengan tulus. Bahkan dalam kondisi seperti itu, seorang ibu yang normal masih tetap mengharapkan yang terbaik bagi anaknya.
Tentu saja kita semua ingin, agar kasih ibu senantiasa menjadi bagian dari hidup kita. Kita ingin agar kita tetap berada bersama kasih seorang ibu. Kita ingin belajar tentang kasih yang tulus dari seorang ibu. Belajar tentang kasih yang tulus itu sangat penting dalam hidup kita. Mengapa? Karena dunia ini semakin menjauhkan kita dari kasih yang tulus itu. Yang kita temukan dalam dunia ini adalah kasih yang palsu. Orang mengasihi hanya untuk mencari kepentingan dirinya sendiri. Orang tidak berani mengasihi untuk kepentingan sesamanya.
Karena itu, belajar mengasih dengan tulus itu suatu panggilan dalam hidup kita. Ketika kita mengasihi sesama dengan hati yang tulus, kita akan menemukan sukacita dan damai. Kita akan mengalami betapa indah kasih yang tulus itu. Kita akan merasakan bahwa Tuhan begitu dekat dalam hidup ini. Tuhan ternyata tidak jauh dari hidup kita. Tuhan ingin agar kita mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini.
Sebagai orang beriman, kita mesti terus-menerus belajar untuk saling mengasihi dalam hidup ini. Mengapa? Karena kasih itu memampukan kita untuk hidup rukun dan damai dengan sesama. Kasih itu menjadi andalan bagi kita untuk meraih kesuksesan dalam hidup ini. Karena itu, mari kita hidup di dalam kasih yang memberi kita hidup yang lebih baik. Tuhan memberkati. **
Pertanyaan-pertanyaan Refleksi:
1. Masihkah Anda terus-menerus belajar untuk mengasihi dengan tulus?
2. Temukan buah-buah kasih yang tulus dalam diri Anda. Renungkan dalam perspektif hidup bersama.
3. Mengapa Anda mesti mengasihi dengan tulus?
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
407
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.