Pages

03 Juni 2010

Menyerahkan Hidup kepada Tuhan



Sudah sangat lama saya tidak berjumpa dengan teman saya di SMA dulu. Suatu hari Minggu malam kami bertemu dalam suatu acara keluarga. Secara sangat kebetulan dia hadir pada acara itu. Demikian juga saya. Di sela-sela acara, kami saling melepas kangen.

“Sekarang saya punya lima orang anak,” kata teman saya itu. “Empat anak saya sehat-sehat. Tetapi satu mengalami cacat. Ia hanya bisa tidur di tempat tidur. Segala aktifitas ia lakukan di atas tempat tidur itu.”

Teman saya itu bercerita dalam suasana yang riang gembira. Tidak ada beban berat yang terpancar dari matanya. Sesekali ia melempar senyum khasnya.

“Yah, ini yang namanya pengabdian. Saya dan istri saya mesti mengabdi kepada anak saya yang cacat ini. Kami dituntut untuk memberikan perhatian dan kasih yang tak mengenal batas,” tutur teman saya itu, masih dalam suasana riang gembira.

Sebagai orang cacat, anak ketiga dari teman saya itu sungguh-sungguh membutuhkan uluran tangan dari keluarganya. Bukan hanya kedua orangtuanya. Tetapi juga kedua adik dan kedua kakaknya. Menurut teman saya itu, keempat anaknya yang lain juga turut memberikan perhatian yang sangat besar kepadanya.

“Orang yang cacat itu sungguh membutuhkan kasih sayang dari mereka yang paling dekat. Karena itu, kami tidak mau mengirim dia ke panti asuhan atau semacamnya. Dia mesti mendapatkan cinta yang total pula,” kata teman saya itu.

Cinta yang total menjadi kunci pengabdian sebuah keluarga terhadap sesama anggotanya. Setiap hari ada banyak peristiwa menarik terjadi dalam hidup kita. Ada senyum kasih yang terukir indah di bibir seorang ibu terhadap anak-anaknya. Ada rangkulan mesra seorang ayah bagi anak-anaknya. Ada peristiwa sukses yang diraih oleh anggota keluarga. Tetapi ada juga kisah sedih orangtua yang kehilangan anak-anaknya, karena diculik. Barangkali mereka dapat juga menimba makna dari peristiwa seperti ini, yaitu suatu sikap waspada terhadap lingkungan sekitar. Namun semua peristiwa itu dapat dirangkum dalam tiga kata, yaitu God Is Good (Tuhan Itu Baik).

Tuhan yang telah memanggil keluarga-keluarga untuk mengabdi kepadaNya adalah Tuhan yang baik. Ia tidak meninggalkan manusia berjuang sendirian di dunia ini. TuntutanNya untuk suatu pengabdian yang total disertai dengan penyertaan yang penuh kasih. Karena itu, perjalanan hidup manusia merupakan ziarah panjang kasih Allah akan manusia.

Setiap hari kita yang telah kita lewati dapat menjadi berkat bagi hidup kita, kalau kita memaknainya dengan rasa syukur. Syukur atas anugerah-anugerah Tuhan yang begitu banyak kita peroleh sepanjang hari ini. Tuhan telah menyertai kita dengan rahmat dan kasih karuniaNya. Tuhan yang begitu baik itu ingin tetap menyertai kita setiap hari. Tuhan mau menjaga kita dari segala marabahaya. Karena itu, serahkanlah hidupmu kepada Tuhan. “Serahkanlah hidup dan matimu. Serahkanlah pada Allah semata, agar damai senantiasa hatimu….” Tuhan memberkati. **





Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com


397
Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.