Ada seorang pengusaha kentang yang menggarap 16 hektar kebun kentang. Daun-daun kentang sudah menguning. Artinya, kentang harus segera dipanen. Namun penguasa itu masih mau menunggu naiknya harga kentang. Dengan demikian, ia akan mendapatkan hasil yang lebih banyak.
Ketika seorang temannya datang untuk membelinya, ia berkata, “Tunggu dulu. Saya masih ingin menunggu harga yang lebih baik lagi.”
Temannya itu kemudian pulang. Sekitar dua jam sesudah temannya itu pulang, hujan deras menerpa bumi. Hujan itu tidak hanya sebentar. Tidak tanggung-tanggung. Lima jam lebih hujan itu turun. Pengusaha kentang itu sangat kuatir. Kentang-kentang yang masih ada di dalam tanah itu akan membusuk. Pengusaha kentang itu semakin cemas, ketika keesokan harinya hujan kembali turun dengan deras. Hujan yang deras itu hanya berlangsung selama satu jam. Tetapi gerimis terus turun hingga sore hari.
Beberapa hari kemudian, kentang-kentang itu pun membusuk. Pengusaha itu semakin stress. Ia mengalami kerugian yang begitu besar. Ia menyesal atas kesahalannya. Mengapa ia tidak memanen begitu kentang-kentang itu sudah tua? Ia menyayangkan hal itu. Namun nasi sudah menjadi bubur. Menyesali hal yang telah terjadi tidak berguna apa-apa.
Sering orang mengharapkan sesuatu yang lebih besar daripada yang sesungguhnya ada. Orang mengharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi usaha-usahanya. Meskipun keuntungan yang besar itu kadang-kadang berubah menjadi buntung.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa kesempatan untuk meraih untung yang sebesar-besarnya itu datang sekali. Kalau orang tidak menyambut kesempatan itu, orang akan kehilangan apa yang dimilikinya. Untuk itu, orang mesti memiliki kejelian. Orang tidak bisa mengikuti arus jaman. Orang harus benar-benar menghitung berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
Sebagai orang beriman, kita ingin agar kesempatan yang kita miliki tidak sia-sia. Tidak hilang begitu saja. Apalagi kesempatan itu adalah rahmat dari Tuhan sendiri. Setiap hari Tuhan memberikan rahmatNya untuk kita. Tidak terhitung banyaknya rahmat Tuhan itu. Namun manusia sering kurang menyadarinya. Manusia lupa bahwa Tuhan begitu baik. Bahkan manusia berdosa melawan Tuhan. Manusia tidak berterima kasih atas rahmat Tuhan itu.
Karena itu, kita butuh kesadaran yang terus-menerus. Kita mesti sadar bahwa hidup kita ini tergantung pada Tuhan. Tanpa Tuhan, kita tidak berdaya. Kesempatan untuk dibimbing dan dilindungi oleh Tuhan itu mesti kita gunakan sebaik-baiknya untuk kelangsungan hidup kita. Dengan demikian, kita dapat mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
410
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.