Pages

30 Juni 2010

Hati-hati terhadap Pujian

Selama musim kemarau, seorang gadis kecil membantu tetangganya. Ia menyiram bunga-bunga yang tumbuh di halaman tetangganya itu. Apalagi waktu itu tetangganya yang adalah seorang janda miskin sedang sakit. Bagi janda miskin itu, bunga-bunga itulah hartanya yang paling berharga. Gadis kecil itu tidak tega melihat bunga-bunga itu layu di senja hari. Ia lakukan semua itu tanpa sepengetahuan janda miskin itu.

Setelah sebulan sakit, janda miskin itu pun sembuh. Hal pertama yang ia lakukan ialah ia mendatangi bunga-bunganya. Dalam hati ia berpikir bahwa bunga-bunga itu sudah lama mati seperti dirinya yang terbaring lemah selama sebulan. Tetapi ia sangat terkejut begitu menyaksikan bunga-bunga segar yang tetap hidup di halaman rumahnya. Ia tidak habis pikir. Siapa yang telah memelihara bunga-bunganya itu.

Suatu sore ia mengintip dari lobang jendela, kalau-kalau ada orang baik yang telah menyiram bunga-bunganya itu. Benar. Ia menyaksikan seorang gadis kecil membawa sebuah ember berisi air. Setelah berada di halaman rumahnya, gadis kecil itu mulai menyirami bunga itu satu per satu. Janda itu tersenyum menyaksikan perbuatan baik gadis kecil itu.

Janda itu berdecak kagum akan kebaikan gadis kecil itu. Lantas ia membuka jendela yang membuat gadis itu terkejut. Ia berkata, “Hai gadis kecil, terima kasih. Kamu sudah baik sekali sama saya. Tuhan memberkati.”

Gadis kecil itu sangat terkejut mendengar suara janda tua itu. Ia pun tersenyum. Beberapa saat kemudian ia menyelinap pergi. Ia tidak ingin kebaikannya dipuji-puji oleh orang lain.

Kebaikan itu tidak mesti dilihat orang. Perbuatan baik itu juga tidak mesti diketahui oleh orang lain. Kisah gadis kecil yang peduli terhadap tetangganya itu dapat menjadi suatu inspirasi bagi kita untuk melakukan kebaikan dalam diam. Dalam ketersembunyian kita dapat melakukan berbagai hal yang baik bagi kepentingan sesama kita.

Kata orang, perbuatan baik yang dilakukan dalam diam biasanya membuahkan kebahagiaan yang berlipatganda bagi sesama. Perbuatan baik seperti ini biasanya jauh dari kepentingan-kepentingan pribadi. Orang melakukannya melulu demi kebahagiaan sesama. Tanpa suatu perhitungan untung rugi.

Persoalannya adalah banyak orang melakukan kebaikan untuk dipuji-puji oleh orang lain. Atau orang melakukan kebaikan hanya untuk dilihat orang. Padahal pujian itu sering membahayakan hidup manusia. Orang sering terpaku pada pujian itu. Orang merasa puas kalau dipuji. Kalau tidak ada pujian orang merasa hidupnya tidak berarti. Orang merasa bahwa apa yang dilakukannya itu tidak berguna apa-apa.

Karena itu, sebagai orang beriman kita mesti hati-hati terhadap setiap bentuk pujian yang dialamatkan kepada kita. Mengapa? Karena pujian itu mendatangkan kerugian besar bagi manusia. Pujian dapat membuat manusia lupa diri. Pujian membuat manusia berhenti untuk melakukan kebaikan bagi sesamanya. Mari kita tetap bertahan dalam berbuat baik tanpa mengharapkan pujian dari sesama. Dengan demikian, kita dapat semakin kreatif dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

424

Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.