Suatu hari di musim dingin di tahun 1994, saya terkagum-kagum melihat bulldozer yang mengeluarkan garam dari ‘pantatnya’. Bulldozer itu sedang membersihkan salju yang menumpuk di jalan raya. Setelah meminggirkan semua salju itu, buldozer lantas mengeluarkan garam. Ternyata garam itu berfungsi untuk mencairkan sisa-sisa salju yang masih ada di atas jalan aspal.
Dengan cara itu, jalan raya akan segera terbebas dari licin. Jalan pun menjadi enak untuk dilewati oleh kendaraan bermotor. Baru pertama kali itu saya menyaksikan hal seperti itu. Salju yang membeku berubah menjadi air yang mengalir ke parit. Garam yang asin itu membantu salju menjadi cair kembali.
Dalam salah satu pengajaranNya, Yesus mengatakan bahwa para muridNya adalah garam dunia. Kita tahu fungsi garam itu. Di dapur di rumah kita masing-masing biasanya tersedia garam untuk memasak. Makanan yang tidak diberi garam akan terasa hambar. Hanya bisa dimakan oleh mereka yang pantang makanan yang mengandung garam.
Karena itu, Yesus menekankan tentang pentingnya para murid hadir di dalam dunia seperti garam. Suatu kehadiran yang membuat suasana menjadi enak dan menyenangkan. Artinya, kehadiran orang beriman itu mesti membantu suasana di sekitarnya menjadi lebih baik. Kalau situasi di sekitar orang beriman itu kurang kondusif, orang beriman diajak untuk membuat situasi menjadi lebih baik. Kalau tidak ada damai, orang beriman mesti menjadi pembawa damai. Kalau ada kebekuan dalam membangun relasi, orang beriman kristiani diajak untuk mencairkannya dengan menampilkan kasih seluas-luasnya. Tentu saja tugas ini tidak mudah.
Pertanyaan bagi kita adalah mampukah kita menjadi orang-orang yang dapat mengubah situasi yang beku menjadi cair dan menyenangkan? Tentang hal ini, Yesus berkata, "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”
Tugas menjadi garam itu merupakan tugas semua orang di jaman sekarang ini. Di jaman sekarang ini, banyak peristiwa menyedihkan terjadi dalam hidup manusia. Ada kekerasan dalam rumah tangga. Ada permusuhan yang berlarut-larut bahkan terjadi di antara sesama saudara. Kurangnya semangat pengampunan menjadi salah satu sebab terjadinya berbagai peristiwa yang mengenaskan itu.
Karena itu, sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa menumbuhkan semangat untuk mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Perubahan lingkungan di sekitar kita dapat terjadi kalau kita masing-masing mengubah cara hidup kita. Mari kita berusaha untuk hidup lebih baik. Dengan demikian, dunia sekitar kita dapat menjadi lebih baik. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
425
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.