Ada seorang istri yang percaya bahwa sesungging senyum akan mengubah hidup suaminya yang berhati keras dan ganas. Setiap kali suaminya pulang kerja, ia siap menyambutnya di depan pintu rumah. Seutas senyum telah ia siapkan. Meski wajah suaminya kadang-kadang tidak menyambut senyum itu, ia tetap tersenyum menyambut kedatangan suaminya.
Disenyumi terus-menerus setiap hari seperti itu, sang suami pun membalas senyum sang istri. Hatinya pun menjadi lembut, tidak keras dan ganas lagi. Suaminya itu belajar untuk mendekati segala sesuatu dengan kelembutan hati. Suami itu berkata, “Hati yang lembut ternyata mampu mengubah pandangan orang. Orang yang semula keras ternyata dapat menjadi lembut.”
Sang istri menemukan damai dalam hidupnya. Ia tidak perlu mengalami kekerasan dalam hidup. Ia merasakan bahwa hidup yang tenang dan damai itu begitu berharga baginya. Ia merasa beruntung. Karena itu, dalam perkumpulan ibu-ibu ia menceritakan pengalamannya. Kaum ibu yang lain pun mengikuti cara yang telah dibuatnya. Hasilnya sungguh luar biasa. Rumah tangga mereka tidak perlu dilanda oleh percekcokan. Damai menaungi keluarga mereka berkat seutas senyum yang meluncur dari hati yang tulus.
Damai ternyata dapat dimulai dari seutas senyum tulus yang tersungging di bibir kita. Mereka yang mendapatkan senyum itu mengalami kasih yang terpancar dari senyum yang tulus itu. Karena itu, senyum ternyata sangat berharga bagi hidup manusia. Orang yang sulit senyum menemukan dunia ini begitu keras dan kejam. Bagi mereka, dunia ini mesti ditaklukan dengan kekerasan.
Sayang, banyak orang kurang peduli terhadap senyum. Banyak orang mengabaikannya. Akibatnya, perang dapat terjadi karena hati yang keras. Hati yang membatu dapat menjadi sumber matapetaka bagi hidup bersama. Karena itu, tersenyumlah dalam hidup ini. Tersenyumlah lima kali sehari kepada orang-orang yang Anda cintai. Yakinlah bahwa senyum Anda akan mengubah suasana yang beku. Seutas senyum Anda akan membawa sukacita bagi sesama Anda.
Ada pepatah Latin yang berbunyi, ‘Si vis pacem, para belum’. Artinya, kalau Anda ingin damai, siapkan perang. Bagi orang beriman, ungkapan ini tidak berlaku. Orang beriman mesti mengandalkan kelemahlembutan untuk menciptakan damai. Karena itu, seutas senyum yang tersungging di bibir kita menjadi awal damai. Mulailah hari-hari Anda dengan senyum. Hanya dengan cara itu, Anda akan merasakan kasih Tuhan yang hidup dalam diri Anda. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
448
Bagikan
Disenyumi terus-menerus setiap hari seperti itu, sang suami pun membalas senyum sang istri. Hatinya pun menjadi lembut, tidak keras dan ganas lagi. Suaminya itu belajar untuk mendekati segala sesuatu dengan kelembutan hati. Suami itu berkata, “Hati yang lembut ternyata mampu mengubah pandangan orang. Orang yang semula keras ternyata dapat menjadi lembut.”
Sang istri menemukan damai dalam hidupnya. Ia tidak perlu mengalami kekerasan dalam hidup. Ia merasakan bahwa hidup yang tenang dan damai itu begitu berharga baginya. Ia merasa beruntung. Karena itu, dalam perkumpulan ibu-ibu ia menceritakan pengalamannya. Kaum ibu yang lain pun mengikuti cara yang telah dibuatnya. Hasilnya sungguh luar biasa. Rumah tangga mereka tidak perlu dilanda oleh percekcokan. Damai menaungi keluarga mereka berkat seutas senyum yang meluncur dari hati yang tulus.
Damai ternyata dapat dimulai dari seutas senyum tulus yang tersungging di bibir kita. Mereka yang mendapatkan senyum itu mengalami kasih yang terpancar dari senyum yang tulus itu. Karena itu, senyum ternyata sangat berharga bagi hidup manusia. Orang yang sulit senyum menemukan dunia ini begitu keras dan kejam. Bagi mereka, dunia ini mesti ditaklukan dengan kekerasan.
Sayang, banyak orang kurang peduli terhadap senyum. Banyak orang mengabaikannya. Akibatnya, perang dapat terjadi karena hati yang keras. Hati yang membatu dapat menjadi sumber matapetaka bagi hidup bersama. Karena itu, tersenyumlah dalam hidup ini. Tersenyumlah lima kali sehari kepada orang-orang yang Anda cintai. Yakinlah bahwa senyum Anda akan mengubah suasana yang beku. Seutas senyum Anda akan membawa sukacita bagi sesama Anda.
Ada pepatah Latin yang berbunyi, ‘Si vis pacem, para belum’. Artinya, kalau Anda ingin damai, siapkan perang. Bagi orang beriman, ungkapan ini tidak berlaku. Orang beriman mesti mengandalkan kelemahlembutan untuk menciptakan damai. Karena itu, seutas senyum yang tersungging di bibir kita menjadi awal damai. Mulailah hari-hari Anda dengan senyum. Hanya dengan cara itu, Anda akan merasakan kasih Tuhan yang hidup dalam diri Anda. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
448
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.