Suatu hari saya terkesan menyaksikan seorang anak penjual koran di perempatan jalan. Begitu lampu merah menyala, ia langsung mendatangi setiap mobil. Ia menawarkan koran yang dibawanya itu kepada setiap pengendara mobil. Ia berteriak, “Koran... Jangan lewatkan berita hangat hari ini....”
Begitu ia sampai pada saya, saya memberikan senyum manis kepadanya. Ia menyodorkan koran hari itu kepada saya. Ia berkata, “Pak, tolong saya. Buat nambah uang sekolah...”
Saya terkesan mendengar kata-kata yang tulus keluar dari mulut bocah kelas lima SD itu. Saya pun langsung menyodorkan uang lima ribu rupiah untuk koran seharga dua ribu rupiah. Ketika ia hendak mengembalikan sisanya, saya menolaknya. Saya berkata, “Itu untuk tambahan uang sekolahmu. Bekerjalah yang baik, ya...”
Anak itu membalas kata-kata saya dengan senyum lalu melanjutkan pekerjaannya menawarkan koran kepada pengendara berikutnya. Ia mendapatkan apa yang ia harapkan. Ia dapat melanjutkan sekolahnya. Berkat kerja kerasnya itu, anak itu dapat berhasil dalam sekolahnya. Ia mampu membiayai sendiri sekolahnya berkat kerjanya yang tekun itu.
Ketekunan dalam bekerja dapat mendatangkan hasil yang berlimpah bagi kehidupan manusia. Iman yang hidup itu tampak dalam diri orang yang berani bekerja dengan tekun dan penuh pengharapan. Anak dalam kisah di atas berani mempertaruhkan hidupnya untuk masa depannya yang cerah. Ia tidak hanya bermalas-malasan saja. Ia ingin meneteskan keringatnya di perempatan jalan demi hidupnya.
Karena itu, ia berani memohon pertolongan. Ia berani mengungkapkan ketidakberdayaannya kepada sesamanya. Dengan meminta itu, ia mau mengatakan kepada orang lain bahwa ia memiliki ketergantungan kepada orang lain. Orang seperti ini biasanya tidak menyombongkan dirinya ketika ia berhasil dalam hidupnya. Orang seperti ini akan dengan mudah mensyukuri kebaikan Tuhan dan sesama terhadap dirinya.
Untuk itu, orang mesti tetap setia pada komitmen dalam hidupnya. Orang mesti berani bertahan dalam pekerjaannya untuk meningkatkan kualitas hidup. Orang seperti ini orang yang yakin bahwa Tuhan tetap setia dan mengasihi dirinya.
Sebagai orang beriman, kita mesti senantiasa bertekun dalam iman kita kepada Tuhan. Ketekunan itu ditunjukkan dalam karya yang nyata. Ketekunan itu terjadi, ketika orang tidak mudah menyerah pada situasi hidupnya. Orang terus-menerus berjuang untuk menggapai cita-cita yang diinginkan. Mari kita terus berusaha, agar kualitas hidup kita menjadi lebih baik. Dengan demikian, kita menjadi lebih berguna bagi Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
430
Bagikan
Begitu ia sampai pada saya, saya memberikan senyum manis kepadanya. Ia menyodorkan koran hari itu kepada saya. Ia berkata, “Pak, tolong saya. Buat nambah uang sekolah...”
Saya terkesan mendengar kata-kata yang tulus keluar dari mulut bocah kelas lima SD itu. Saya pun langsung menyodorkan uang lima ribu rupiah untuk koran seharga dua ribu rupiah. Ketika ia hendak mengembalikan sisanya, saya menolaknya. Saya berkata, “Itu untuk tambahan uang sekolahmu. Bekerjalah yang baik, ya...”
Anak itu membalas kata-kata saya dengan senyum lalu melanjutkan pekerjaannya menawarkan koran kepada pengendara berikutnya. Ia mendapatkan apa yang ia harapkan. Ia dapat melanjutkan sekolahnya. Berkat kerja kerasnya itu, anak itu dapat berhasil dalam sekolahnya. Ia mampu membiayai sendiri sekolahnya berkat kerjanya yang tekun itu.
Ketekunan dalam bekerja dapat mendatangkan hasil yang berlimpah bagi kehidupan manusia. Iman yang hidup itu tampak dalam diri orang yang berani bekerja dengan tekun dan penuh pengharapan. Anak dalam kisah di atas berani mempertaruhkan hidupnya untuk masa depannya yang cerah. Ia tidak hanya bermalas-malasan saja. Ia ingin meneteskan keringatnya di perempatan jalan demi hidupnya.
Karena itu, ia berani memohon pertolongan. Ia berani mengungkapkan ketidakberdayaannya kepada sesamanya. Dengan meminta itu, ia mau mengatakan kepada orang lain bahwa ia memiliki ketergantungan kepada orang lain. Orang seperti ini biasanya tidak menyombongkan dirinya ketika ia berhasil dalam hidupnya. Orang seperti ini akan dengan mudah mensyukuri kebaikan Tuhan dan sesama terhadap dirinya.
Untuk itu, orang mesti tetap setia pada komitmen dalam hidupnya. Orang mesti berani bertahan dalam pekerjaannya untuk meningkatkan kualitas hidup. Orang seperti ini orang yang yakin bahwa Tuhan tetap setia dan mengasihi dirinya.
Sebagai orang beriman, kita mesti senantiasa bertekun dalam iman kita kepada Tuhan. Ketekunan itu ditunjukkan dalam karya yang nyata. Ketekunan itu terjadi, ketika orang tidak mudah menyerah pada situasi hidupnya. Orang terus-menerus berjuang untuk menggapai cita-cita yang diinginkan. Mari kita terus berusaha, agar kualitas hidup kita menjadi lebih baik. Dengan demikian, kita menjadi lebih berguna bagi Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
430
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.