Pages

23 Juli 2010

Butuh Korban untuk Mengubah Kebiasaan Jelek




Suatu hari seorang ibu menyekap anaknya di salah satu kamar rumahnya. Persoalan yang dihadapi oleh ibu itu adalah anaknya sulit diatur. Anaknya itu seringkali bolos. Ia malas belajar. Ia hanya mau duduk di depan televisi sepanjang hari. Ia sudah memberikan berbagai nasihat baik kepadanya, tetapi rupanya nasihat-nasihat itu tidak mempan. Ibu itu kesal. Karena itu, ia menyekap anaknya pada hari itu. Ia menguncinya dari luar, sehingga anaknya tidak bisa keluar.

Lantas ibu itu mencari cara-cara, agar anaknya dapat bertobat. Ia ingin agar anaknya menjadi orang yang rajin. Ia mengundang guru les untuk memberikan pelajaran-pelajaran yang baik bagi anaknya. Namun usaha-usahanya itu sia-sia. Bagi anak itu, yang lebih menarik adalah duduk di depan televisi dan menonton acara-acara di televisi. Karena itu, setelah ia mengeluarkan anaknya dari sekapan, anak itu tetap kembali ke depan televisi dan mulai menonton acara-acara televisi. Ia tidak peduli akan hal-hal lain.

Akhirnya ibu itu punya cara yang sangat cespleng. Ia menjual televisi itu. Ia tidak mau beli yang baru lagi. Nah, setelah ia menjual televisi itu, anaknya berubah total. Anaknya tidak duduk manis di depan televisi lagi. Ia mulai mengambil buku-buku pelajarannya. Tanpa disuruh, ia mulai belajar. Ia menjadi anak yang baik yang disukai oleh ibunya.

Berbagai cara mesti dilakukan untuk mengubah kebiasaan orang yang jelek. Orang tidak boleh putus asa untuk mencari cara-cara untuk menghentikan kebiasaan yang jelek itu. Mengapa? Karena imbas dari suatu kebiasaan jelek tidak hanyak mengena pada orang tersebut. Imbas kebiasaan jelek itu juga mengena pada orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini sebagai konsekuensi dari manusia sebagai makhluk sosial. Manusia yang selalu saling mempengaruhi di dalam hidup bersama.

Ibu dalam kisah di atas punya banyak cara untuk menghilangkan kebiasaan jelek anaknya. Ia berhasil, meskipun ia mesti berkorban untuk tidak mendapatkan informasi-informasi yang aktual dari siaran televisi. Namun korbannya itu menghasilkan sesuatu yang menggembirakan hatinya. Lebih-lebih korban itu membantu anaknya berubah menjadi anak yang lebih baik.

Tentu saja korban seperti ini akan mendatangkan kebahagiaan dalam hidup. Ibu itu mengalami sukacita, karena anaknya yang dulu sulit diatur kini dapat menjadi anak yang lebih baik. Ia bergembira, karena ia boleh menyaksikan suatu masa depan yang cemerlang dari anaknya. Ibu itu berhasil dalam tugasnya sebagai seorang ibu yang baik. Seorang ibu yang selalu peduli terhadap kemajuan buah hatinya.

Kita semua dipanggil untuk menjadi orang yang baik bagi sesama kita. Kita mesti memiliki berbagai usaha untuk memajukan sesama kita. Tentu saja ada kalanya kita merasa sedih, karena kita kurang berhasil. Namun situasi seperti itu mesti mendorong kita untuk semakin maju dalam usaha-usaha memperbaiki situasi yang jelek yang ada di sekitar kita. Kita mesti tetap optimis. Kita mesti tetap memiliki kekuatan untuk mengubah hidup sesama kita yang jelek. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
447
Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.