Seorang teman merasa beruntung ia dapat memainkan keyboard dengan sangat baik. Bersamaan dengan itu, ia dapat melantunkan lagu-lagu merdu yang dapat dinikmati oleh banyak orang. Karena itu, teman saya itu merasa bersyukur kepada Tuhan atas anugerah bakat yang begitu besar kepadanya. Ia tidak menjadi besar kepala dengan kemampuannya itu. Bahkan ia terus-menerus belajar untuk semakin trampil dalam bermain keyboard.
Waktu-waktu luang selalu ia gunakan untuk bermain keyboard yang ada di rumahnya. Dengan cara itu, ia semakin lancar dan trampil. Tetapi teman saya itu juga sadar bahwa ia hanya dapat bermain keyboard dengan baik kalau listrik tidak menjadi masalah. Menurutnya, alat-alat elektronik seperti yang digunakanya itu sangat tergantung pada listrik. Tanpa listrik, ia tidak dapat bermain keyboard dengan baik.
Karena itu, ia pun merasa bersyukur atas anugerah energi listrik yang tersedia itu. Ia berkata, “Kita manusia mesti selalu bersyukur atas kebaikan Tuhan yang begitu melimpah kepada kita. Tuhan telah menyediakan semua hal untuk kita pakai. Karena itu, kita mesti menggunakannya dengan sebaik-baiknya bagi kemajuan diri kita dan sesama.”
Betapa dalam iman teman saya itu. Segala sesuatu ia lihat dalam kacamata kebaikan Tuhan atas hidup manusia. Ia pasrahkan hidupnya kepada Tuhan. Apa pun yang akan terjadi atas dirinya, ia serahkan kepada Tuhan. Baginya, hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk berbakti kepada Tuhan.
Ketergantungan kepada sesama dan hal-hal yang ada di sekitar kita menunjukkan bahwa manusia itu makhluk yang terbatas. Keterbatasan diri manusia itu mesti selalu menyadarkan kita bahwa kita hanya dapat bertumbuh dan berkembang berkat bantuan orang lain.
Sering banyak orang merasa bahwa mereka hidup tanpa bantuan orang lain. Mengapa? Karena mereka merasa, mereka sendiri dapat melakukan segala-galanya. Mereka merasa, mereka makhluk yang tak terbatas. Tentu saja pandangan seperti ini tidak benar. Sifat makhluk itu terbatas. Kita manusia juga adalah makhluk yang terbatas. Karena itu, kita membutuhkan orang lain dan hal-hal lain untuk melengkapi kekurangan-kekurangan kita.
Karena itu, dibutuhkan suatu kemampuan untuk menyadari keterbatasan kita di hadapan Tuhan dan sesama. Orang yang mampu menyadari keterbatasan dirinya akan dapat menerima kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Orang seperti ini biasanya terbuka kepada kehendak Tuhan. Orang seperti ini mampu membiarkan kehendak Tuhan terjadi dalam dirinya.
Sebagai orang beriman, mari kita berusaha terus-menerus untuk menyadari keterbatasan kita di hadapan Tuhan dan sesama. Dengan demikian, kita dapat menjadi orang-orang yang dapat membuka hati kita terhadap kehendak dan kasih Tuhan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
429
Bagikan
Waktu-waktu luang selalu ia gunakan untuk bermain keyboard yang ada di rumahnya. Dengan cara itu, ia semakin lancar dan trampil. Tetapi teman saya itu juga sadar bahwa ia hanya dapat bermain keyboard dengan baik kalau listrik tidak menjadi masalah. Menurutnya, alat-alat elektronik seperti yang digunakanya itu sangat tergantung pada listrik. Tanpa listrik, ia tidak dapat bermain keyboard dengan baik.
Karena itu, ia pun merasa bersyukur atas anugerah energi listrik yang tersedia itu. Ia berkata, “Kita manusia mesti selalu bersyukur atas kebaikan Tuhan yang begitu melimpah kepada kita. Tuhan telah menyediakan semua hal untuk kita pakai. Karena itu, kita mesti menggunakannya dengan sebaik-baiknya bagi kemajuan diri kita dan sesama.”
Betapa dalam iman teman saya itu. Segala sesuatu ia lihat dalam kacamata kebaikan Tuhan atas hidup manusia. Ia pasrahkan hidupnya kepada Tuhan. Apa pun yang akan terjadi atas dirinya, ia serahkan kepada Tuhan. Baginya, hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk berbakti kepada Tuhan.
Ketergantungan kepada sesama dan hal-hal yang ada di sekitar kita menunjukkan bahwa manusia itu makhluk yang terbatas. Keterbatasan diri manusia itu mesti selalu menyadarkan kita bahwa kita hanya dapat bertumbuh dan berkembang berkat bantuan orang lain.
Sering banyak orang merasa bahwa mereka hidup tanpa bantuan orang lain. Mengapa? Karena mereka merasa, mereka sendiri dapat melakukan segala-galanya. Mereka merasa, mereka makhluk yang tak terbatas. Tentu saja pandangan seperti ini tidak benar. Sifat makhluk itu terbatas. Kita manusia juga adalah makhluk yang terbatas. Karena itu, kita membutuhkan orang lain dan hal-hal lain untuk melengkapi kekurangan-kekurangan kita.
Karena itu, dibutuhkan suatu kemampuan untuk menyadari keterbatasan kita di hadapan Tuhan dan sesama. Orang yang mampu menyadari keterbatasan dirinya akan dapat menerima kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Orang seperti ini biasanya terbuka kepada kehendak Tuhan. Orang seperti ini mampu membiarkan kehendak Tuhan terjadi dalam dirinya.
Sebagai orang beriman, mari kita berusaha terus-menerus untuk menyadari keterbatasan kita di hadapan Tuhan dan sesama. Dengan demikian, kita dapat menjadi orang-orang yang dapat membuka hati kita terhadap kehendak dan kasih Tuhan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
429
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.