Apa yang Anda lakukan ketika Anda jatuh ke dalam dosa? Anda mau berbalik lagi kepada Tuhan? Atau Anda tetap berada dalam kuasa dosa itu?
Zaman sekarang menawarkan pesona untuk tampil beda. Berbagai teknologi dan kemudahan ‘operasi plastik’ membuat banyak orang berubah hingga sulit dikenali. Tak jarang orangtua sendiri tidak mengenali anaknya yang sudah lama pergi dan sekarang pulang kembali.
Bisa saja cerita yang beredar dulu, sekarang menjadi berubah pula. Misalnya, cerita tentang anak durhaka yang sudah hilang lalu pulang kembali ke rumah setelah menghambur-hamburkan harta orangtuanya. Ia pulang karena ia mengalami penderitaan hidup yang pahit.
Bapa yang mendapat SMS bahwa anaknya mau pulang sudah menunggu penuh harap sedari pagi. Setiap kali orang datang dari kejauhan, ia berlari menyongsong dengan penuh semangat. Tetapi ia tidak mendapatkan putranya itu, sampai ia lelah dan putus asa. Lalu pada senja hari, seseorang tiba-tiba memeluknya malah dari arah yang lain, dari belakang.
“Bapa, ini saya. Anakmu!” kata orang itu.
Sayang, sang ayah tidak mengenalinya lagi. Mengapa? Karena orang yang memeluknya itu kurus kering. Tinggal kulit pembalut tulang. Tubuhnya lemas dan berbau busuk.
“Kamu itu siapa? Kok berani-beraninya panggil saya bapak? Anak saya tidak seperti kamu…” Tanya bapak itu dengan suara bergetar.
Sang anak menjadi sedih, karena tidak dikenali sebagai anak bapak itu. Namun ia tidak mau menyerah. Ia berusaha untuk meyakinkan bapaknya bahwa dialah anak yang pernah sangat dikasihinya.
“Kalau bapak tidak yakin, saya ini anak bapak, silahkan pegang dagung saya. Dulu bapak sangat suka memegang dagu saya, karena ada tahi lalat yang besar. Tahi lalat itu masih ada, bapak,” kata anak itu.
Setelah memegang dagu anaknya, ia merasakan hadirnya tahi lalat itu. Ia pun memeluk anaknya dengan penuh sukacita. Bukan lagi sang anak yang memeluk, tetapi inisiatif diambil alih oleh sang ayah. Suatu kemesraan bapak terhadap anak ia temukan kembali. Ia merasakan kehadiran anaknya itu begitu dekat.
Sahabat, dunia memang berubah. Artinya, manusia pun berubah setiap saat sesuai dengan perjalanan zaman. Namun perubahan itu semestinya membuahkan hal-hal yang berguna bagi kehidupan bersama. Yang mesti kita yakini adalah Tuhan yang tidak pernah berubah dalam mencintai kita. Tuhan mengasihi kita tanpa memikirkan perubahan yang terjadi dalam diri kita.
Kisah di atas menjadi inspirasi bagi kita untuk menjalani hidup bersama Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Tuhan tidak pernah melupakan kita. “Bahkan seorang ibu melupakan anak kandungnya, tetapi Tuhan tidak akan pernah melupakan ciptaan-Nya,” kata Nabi Yesaya.
Keyakinan ini yang semestinya kita bawa dalam seluruh hidup kita. Tuhan selalu menyayangi kita, apa pun yang terjadi atas diri kita. Tuhan bahkan selalu setia kepada kita meskipun kita mengingkari diri-Nya. Cinta Tuhan itu total. Cinta Tuhan itu untuk kita tidak terbagi-bagi. Bahkan Tuhan mengasihi setiap kita sesuai dengan kemampuan dan segala yang kita punya.
Karena itu, orang beriman mesti memasrahkan seluruh dirinya kepada penyelenggaraan Tuhan. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin bermakna. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.