Pernahkah Anda merasa bahwa Tuhan tidak adil terhadap hidup Anda? Apa yang Anda lakukan. Anda mencari kehendak Tuhan atau Anda melakukan pemberontakan terhadap Tuhan?
Suatu hari seorang suami mesti menghadapi saat-saat terakhir hidup istrinya. Ia merasa sangat sedih. Ia memberontak. Ia merasa masa hidupnya bersama sang istri tercinta hanya sebentar saja. Padahal duapuluh empat tahun telah mereka jalani hidup ini bersama. Mereka telah berbagi suka dan duka.
Suami itu merasa bahwa waktu 24 tahun itu masih sangat kurang. Ia ingin membahagiakan istrinya. Ia ingin agar sang istri yang sakit kanker dapat sembuh kembali. Namun mengapa Tuhan begitu cepat mengambil hidup sang istri? Ia sangat bersedih hati oleh kepergian sang istri tercinta itu.
Suami itu berkata, “Tuhan, mengapa Engkau tega mengambil istri saya? Saya masih ingin membahagiakan dirinya. Saya masih ingin dia sembuh dari sakit kankernya. Tetapi mengapa Engkau mengambilnya begitu cepat?”
Orang boleh berseru-seru kepada Tuhan. Ternyata Tuhan punya kehendak lain. Kehendak Tuhan bukan kehendak manusia. Karena itu, yang mesti dilakukan oleh sang suami itu adalah menyerahkan sang istri ke dalam kehendak Tuhan.
Sahabat, banyak orang lebih suka kehendak dirinya terjadi dalam hidupnya. Mereka memaksakan kehendak diri itu meskipun tidak akan tercapai. Akibatnya, banyak manusia mengalami frustrasi dalam hidup ini. Manusia tidak mengalami bahagia dan damai dalam hidup ini.
Kisah tadi mengatakan kepada kita bahwa kehendak pribadi mesti kalah oleh kehendak Tuhan. Kehendak pribadi yang sering menguasai hidup manusia menjadi penghalang bagi terjadi kehendak Tuhan dalam hidup ini. Padahal hidup ini adalah milik kepunyaan Tuhan. Manusia tidak punya hak atas hidup ini. Tuhan yang punya hak penuh atas kehidupan manusia.
Manusia yang menyerahkan hidup kepada kehendak Tuhan akan menemukan bahwa hidup ini sungguh-sungguh memiliki makna. Manusia tidak perlu berontak, ketika hidupnya diambil yang empunya. Manusia tidak perlu menolak, ketika hidup yang fana ini diambil oleh Tuhan untuk hidup dalam keabadian.
Justru dengan diambil oleh yang empunya hidup ini, orang mengalami paripurnanya kehidupan. Perjalanan dalam dunia yang penuh dengan dukacita diganti dengan kebahagiaan yang terus-menerus dalam keabadian. Manusia tidak perlu menderita lagi. Kekekalan menjadi bagian yang sempurna dari jiwa manusia.
Karena itu, orang beriman mesti senantiasa berpasrah diri kepada Tuhan. Orang beriman tidak boleh memberontak terhadap Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan selalu menginginkan yang terbaik bagi hidup manusia. Tuhan selalu membimbing langkah hidup manusia. Tuhan selalu menyediakan kebutuhan hidup bagi manusia.
Mari kita mendekatkan hidup kita kepada Tuhan. Kita biarkan kehendak Tuhan terjadi atas diri kita. Dengan demikian, hidup kita menjadi semakin bermakna di hadapan Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
899
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.