Ibu saya suka sekali membuat minyak goreng dari santan kelapa. Suatu siang, ketika pulang dari sekolah, saya mencari-cari ibu saya. Saya mencarinya di dapur, tetapi dia tidak ada di sana. Padahal saya sudah lapar sekali. Yang saya temui di dapur adalah sebuah wajan penuh santan kelapa di atas tungku dengan api yang bernyala. Tiba-tiba saya mengambil kayu bakar yang ada di sebelah tungku lalu memperbaiki api yang tidak sempurna nyalanya.
Apa yang terjadi kemudian? Wajan itu terguling. Santannya tumpah menggenangi dapur itu. Ibu saya yang mendengar bunyi wajan yang jatuh, cepat-cepat mendatangi dapur. Dengan wajah yang sedih ia menatap wajah saya yang ketakutan. Setelah beberapa saat ia memeluk saya. “Tidak apa-apa, nak. Tidak usah takut. Ibu tidak marah padamu,” bisik ibu saya.
Saya merasakan kehangatan pengampunan dari seorang ibu. Kasihnya begitu tulus. Meski anaknya melakukan kesalahan, ia tidak peduli. Yang dia punyai hanyalah kasih yang mampu memaafkan kesalahan anaknya.
Meski begitu, dalam hati saya tetap merasa bersalah. Siang itu juga, setelah makan siang, saya pergi ke kebun untuk mengambil kelapa. Saya ingin mengganti santan yang sudah hilang lenyap itu. Sekitar satu jam kemudian saya pulang membawa enam buah kelapa, ibu malahan mencemaskan saya. Ia berkata, “Mengapa kamu lakukan ini? Kalau kamu jatuh dari pohon kelapa, bagaimana? Yang sudah terjadi, terjadilah. Ibu tidak ingin kamu mengganti santan yang sudah tumpah itu.”
Saya kembali merasakan besarnya kasih seorang ibu. Saya menatap wajah itu saya dalam-dalam. Air mata membasahi wajah saya sebagai ungkapan keterharuan saya atas kasih ibu saya. Saya pun memeluknya dan menangis dalam pelukannya.
Pernahkah Anda mengalami kasih seorang ibu yang sedemikian besar? Saya kira setiap ibu yang normal akan memiliki kasih yang besar kepada anak-anaknya. Ia tidak menghitung untung atau rugi dalam mengungkapkan kasih sayangnya. Meski anaknya melakukan suatu kesalahan yang fatal, ia tetap mengasihinya. Sebab hanya kasihlah yang ia miliki. Seorang ibu yang baik tidak memiliki rasa benci terhadap buah hatinya yang pernah tinggal di dalam rahimnya.
Karena itu, kita patut bersyukur memiliki ibu yang mempunyai kasih yang besar kepada kita. Hidup seorang ibu selalu dibaktikan untuk anak-anak yang dilahirkannya. Seorang ibu rela menderita bagi hidup anak-anaknya. Ketika hidung seorang anaknya tersumbat, seorang ibu rela menyedot cairan yang menyumbat hidung anaknya dengan mulutnya. Ia melakukannya dengan penuh kasih sayang. Yang ia miliki hanyalah kasih yang tulus bagi anak-anaknya.
Sepanjang hidup ini kita telah mengalami kasih sayang yang begitu besar dari ibu atau orang-orang yang dekat dengan kita. Itu adalah rahmat Tuhan yang boleh kita alami bagi hidup kita. Tetapi kita juga dituntut untuk membagikan pengalaman kasih itu kepada sesama yang kita jumpai. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
358
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.