Jonas Salk, seorang ilmuwan besar dan penemu vaksin polio, adalah orang yang tidak pernah merasa gagal. Padahal baru pada usahanya yang ke-201 ia menemukan vaksin polio. Suatu hari seorang wartawan bertanya kepadanya, “Bagaimana hasil luar biasa yang Anda capai yang bisa menghapus kata polio dari perbendaharaan dunia kedokteran menyebabkan Anda memandang 200 kegagalan Anda sebelumnya?”
Dengan penuh percaya diri, Jonas menjawab, “Saya tidak pernah membuat 200 kegagalan di dalam hidup saya. Keluarga saya tidak pernah menganggapnya sebagai kegagalan. Mereka menyebutnya pengalaman dan apa yang bisa dipelajari dari pengalaman itu. Saya hanya membuat 201 penemuan. Saya tidak akan berhasil menemukan vaksin polio tanpa 200 pengalaman sebelumnya.”
Wartawan itu berdecak kagum mendengarkan penjelasan Jonas. Dua ratus kegagalan justru menjadi 200 pengalaman yang indah untuk menemukan sesuatu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Berkat 201 penemuan itu, anak-anak diberi vaksin polio sejak dini, sehingga mereka tumbuh menjadi anak-anak yang normal.
Jarang kita menemukan orang yang seoptimis Jonas. Ia merasa optimis, karena ia memiliki keyakinan bahwa ilmu yang sedang ia dalami berguna untuk keselamatan umat manusia. Ia merasa bertanggung jawab atas generasi penerus bangsa manusia di muka bumi ini. Karena itu, ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menemukan vaksin polio itu.
Optimisme itu tentu dibarengi juga oleh suatu kerja keras tanpa mengenal lelah. Tidak ada kata gagal dalam kamus hidupnya. Yang ia lakukan adalah bekerja dengan konsistensi yang tinggi. Ia terus-menerus membaktikan diri bagi ilmu itu meski hasil yang akan ia peroleh masih samar-samar.
Dalam hidup ini orang mesti memiliki suatu optimisme. Hal ini akan memberi semangat bagi seseorang untuk terus maju dalam usaha-usahanya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Mengapa orang mudah putus asa ketika suatu usaha belum menampakkan hasil yang diinginkan? Jawabannya adalah orang kurang memiliki sikap optimis. Baru sekali coba, orang sudah mengambil kesimpulan bahwa ia sudah gagal. Setiap percobaan itu tidak dipandang sebagai pengalaman yang memberi sumbangan dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan.
Pengalaman Jonas Salk mengajarkan kepada kita bahwa pengalaman-pengalaman itu adalah guru yang terbaik. Pengalaman-pengalaman itu menjadi bekal langkah kita selanjutnya untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Sebagai orang beriman, kita tidak lupa menyertakan Tuhan dalam setiap usaha kita. Tuhan memberikan semangat kepada kita untuk tetap berjuang dalam hidup ini. Tuhan membantu kita dalam menggapai kesuksesan dalam hidup kita. Karena itu, sambil berusaha kita mesti memasrahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Dialah penyelenggara hidup ini bagi kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
355
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.