Beberapa tahun lalu seorang pembunuh akan dihukum mati di salah satu negara bagian di Amerika Serikat yang memberlakukan hukuman mati. Kakak dari pembunuh itu, yang pernah berjasa besar bagi negara, memohon kepada gubernur negara bagian untuk mengampuni adiknya itu.
Permohonannya dikabulkan. Lantas ia mengunjungi saudaranya di penjara dengan surat pengampunan di sakunya. Setelah diijinkan untuk menemui adiknya, ia bertanya, “Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu menerima pengampunan?”
Tanpa basa-basi, adiknya itu menjawab, “Hal pertama yang akan saya lakukan adalah melacak hakim yang menghukum saya. Kalau sudah ketemu, saya akan membunuhnya.”
Kakaknya terkejut, katanya, “Kamu sudah gila!”
Adiknya tidak peduli dengan kata-kata kakaknya. Ia melanjutkan, “Hal kedua adalah saya akan melacak saksi-saksi yang memberatkan saya. Kalau sudah ketemu, saya akan membunuh mereka juga.”
Kakaknya tidak bisa mengerti ungkapan hati adiknya. Serentak ia berdiri lalu meninggalkan ruangan sel itu dengan surat pengampunan di sakunya.
Apakah yang jahat selalu jahat? Semestinya tidak. Orang jahat bisa menjadi orang baik, kalau ia bertobat. Kalau ia mengakui semua kejahatan yang pernah dilakukannya dan mau kembali ke jalan yang benar. Tetapi pembunuh dalam kisah di atas tetap memendam kebencian di dalam hatinya. Ia merasa bahwa orang yang berlaku tidak adil terhadapnya mesti dilenyapkan. Padahal seandainya ia mau bertobat, ia tidak perlu mendapatkan hukuman mati. Ia dapat bebas dan melanjutkan hidup ini secara normal.
Seringkali dendam itu terjadi karena orang dikuasai oleh emosi yang tidak tertahankan. Emosi seperti ini dapat membawa bencana bagi hidup sendiri dan bagi hidup banyak orang. Karena itu, orang mesti menyadari bahwa ketika ia sedang dilanda emosi, ia mesti hati-hati. Ia tidak boleh mengambil keputusan dalam keadaan seperti itu. Setiap keputusan yang diambil ketika orang dikuasai oleh emosi akan berakibat fatal bagi hidupnya.
Sebenarnya emosi dalam diri kita itu bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat positif bagi hidup kita. Pertama-tama orang mesti berusaha meredam emosinya dan mengalihkannya ke sesuatu yang bersifat positif. Dengan demikian orang akan menghasilkan sesuatu yang baik bagi hidupnya.
Emosi yang diolah itu akan membawa keuntungan-keuntungan bagi hidup bersama juga. Orang tidak mudah membalas dendam terhadap orang yang melakukan kesalahan terhadapnya. Orang mudah untuk memaafkan sesamanya. Orang juga mudah untuk bertobat atas segala perbuatan jeleknya terhadap sesama.
Setiap hari kita selalu menimba kebaikan-kebaikan dari sesama. Mari kita bawa semua kebaikan itu dalam hidup ini. Kita tetap membuka hati kita terhadap Tuhan yang begitu mengasihi kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
360
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.