Pages

23 April 2010

Menemukan yang Paling Berharga




Ketika sedang mengantre di kasir untuk membayar belanjaan bersama mamanya, mata seorang gadis kecil menangkap seuntai kalung mutiara putih berkilauan. Sambil menepuk tangan ibunya, jari gadis kecil itu menunjuk untaian kalung mutiara itu. Ia bertanya kepada ibunya, “Mama, bolehkah aku memilikinya? Boleh ya, Ma?”

Ibunya hanya tersenyum menyaksikan tingkah anaknya. Tetapi mata ibu itu cepat menyelidik harga kalung mutiara itu. Cuma dua puluh lima ribu rupiah. Beberapa saat kemudian, ia berkata kepada putrinya, “Nak, ambil mutiara itu. Bawa ke sini, biar dibayar sekalian. Itu untuk hadiah ulang tahunmu minggu depan.”

Gadis kecil itu segera mengambil seuntai kalung mutiara itu. Dengan tersenyum lebar ia mendatangi ibunya. Dalam hatinya, ia berkata, “Aku akan selalu menjaga kalung ini baik-baik. Aku tidak akan menghilangkannya atau memberikannya kepada orang lain.”

Wajah gembira selalu menyelimuti wajah gadis itu sepanjang hari itu. Ia memamerkannya kepada ayah dan kakak-kakaknya. Kalung mutiara ‘palsu’ itu menjadi barang yang sangat berharga bagi gadis kecil itu. Ia melepaskan kalung itu hanya kalau mau mandi atau berenang. Ibunya pernah mengatakan kalau kalung itu kena air, maka lehernya akan menjadi hijau. Gadis itu sangat menyayangi kalung itu, meski kalung itu palsu. Ia mengikuti semua saran dari ibunya.

Ada hal-hal yang begitu berharga yang ada pada diri kita yang sangat kita sayangi. Kita tidak rela kalau hal-hal itu lepas dari diri kita. Kita berusaha menjaganya dengan sebaik-baiknya.

Namun betapa berharganya barang-barang yang kita miliki, semua itu hanya sementara. Semua itu dapat binasa dalam sekejap. Karena itu, kita mesti pandai-pandai memelihara barang-barang itu. Soalnya, apakah perhatian kita hanya tertuju kepada barang-barang berharga itu? Kalau kita tidak punya waktu untuk memperhatikan barang-barang berharga itu, apa yang mesti kita lakukan?

Ada orang mengatakan bahwa ada hal yang lebih berharga yang mesti kita pelihara dalam hidup ini, yaitu hati kita. Kalau hati kita baik, banyak orang akan menyukai kita. Kalau hati kita jahat, banyak orang akan menyingkir dari kita. Orang yang judes yang suka marah-marah biasanya tidak punya banyak sahabat. Ia dianggap sebagai orang yang mudah menyakiti hati orang lain. Akibatnya, ia dianggap sebagai musuh yang berbahaya bagi kehidupan.

Karena itu, sebagai orang-orang yang beriman kepada Tuhan kita mesti memelihara hati yang baik. Hati yang baik itu berkenan kepada Tuhan dan sesama yang hidup bersama kita. Untuk itu, kita mesti memiliki semangat untuk membangun persaudaraan dengan semua orang yang kita jumpai dalam hidup ini. Artinya, kita tidak memilih-milih orang dalam membangun persaudaraan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

357
Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.