Pages

29 Juli 2014

Hati yang Tergerak oleh Sesama yang Membutuhkan

Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda berhadapan dengan sesamas yang sangat membutuhkan bantuan Anda? Anda biarkan begitu saja? Atau Anda mau mengulurkan tangan membantunya?

Seorang pengusaha muda baru saja membeli mobil mewah. Dia mengendarai kendaraan barunya dengan kecepatan tinggi menuju tempat kerjanya yang cukup jauh. Di pinggir jalan tampak beberapa anak sedang bermain, namun ia tidak begitu memperhatikannya. Tiba-tiba ia melihat seorang anak kecil melintas di pinggir jalan, tepat yang dilalui oleh pengusaha muda itu. Anak itu terlihat menggenggam sesuatu di tangannya.

Tak...! sebuah batu melayang dan tepat mengenai mobilnya. Bagian sisi pintu mobilnya tergores. Dengan geram pengusaha muda itu keluar dari mobilnya, lalu ia menarik baju anak itu. Dengan marahnya, ia berteriak seakan hendak menelan anak itu hidup-hidup.

Pengusaha muda itu menyergah anak itu, “Apa yang telah kau lakukan? Kau sangka murah untuk memperbaikinya?”

Sang anak dengan muka pucat pasi, karena ketakutan, memohon-mohon maaf. Ia berkata, “Pak, saya melakukan itu karena saya tidak tahu lagi apa yang harus saya perbuat. Maafkan saya, Pak. Saya terpaksa melemparkan batu itu, karena tidak ada seorang pun yang mau berhenti...”

Air mata anak itu berlinang, menetesi tangan pengusaha itu. Lantas anak itu berkata, “Lihat, Pak. Di sana kakak saya yang lumpuh terjatuh dari kursi roda. Saya tidak kuat untuk mengangkatnya. Tak seorang pun datang menolong saya. Maukah bapak menolong saya untuk mengangkat kakak saya?”

Hati pengusaha muda itu bergetar melihat kenyataan yang ada di hadapannya. Segera dia mengangkat si cacat itu dari kursinya. Ia merelakan sapu tangannya untuk mengusap luka di lutut si cacat. Ia merenungkan peristiwa itu. Ia membiarkan goresan itu membekas di pintu mobilnya, agar ia tetap mengingat pengalaman yang menggores hatinya.

Sahabat, selalu saja ada jalan untuk melihat terang yang besar yang ada dihadapan kita. Peristiwa-peristiwa hidup memberi kita bantuan untuk menemukan kebaikan dalam perjalanan hidup kita. Namun begitu sering banyak orang mengalami kesulitan untuk tergerak oleh belas kasihan.

Kisah di atas mau mengingatkan kita akan tugas dan panggilan kita. Kita semua dipanggil untuk membantu sesama kita yang kurang beruntung dalam hidup ini. Pengusaha muda itu kemudian tergerak hatinya setelah menyaksikan sendiri penderitaan sesamanya. Ia mau membantunya. Ia mau bersusah payah untuk mengangkat sesamanya yang sedang terjerembab. Tentu saja aksinya menjadi sesuatu yang istimewa.

Orang beriman dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam upaya menyelamatkan sesamanya yang sedang menderita. Sesama senantiasa hadir di sekitar kita. Ada sesama yang sudah beruntung yang tidak perlu lagi dibantu. Tetapi ada sesama yang mesti mendapatkan perhatian dari kita.

Soalnya adalah apakah kita senantiasa sadar akan kehadiran sesama kita yang membutuhkan itu? Bukankah kita lebih sibuk dengan diri kita sendiri? Bukankah dalam kehidupan sehari-hari kita sering lupa dengan sesama kita? Kita cenderung berkutat dan asyik dengan dunia kita. Kita diingatkan bahwa kita mesti merubah sikap kita dan sadar bahwa di sekitar kita ada begitu banyak orang yang membutuhkan bantuan kita.

Untuk itu, kita mesti berhenti sejenak dari kesibukan kita. Kita mencoba untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan selama ini. Dengan demikian, kita dapat membawa sesama kepada sukacita dan damai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1123

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.