Ada seorang pemuda yang membenci dirinya sendiri. Pasalnya, ia merasa hidupnya tidak pantas. Ia mengaku selalu jatuh ke dalam dosa yang berat. Ia sudah berjuang habis-habisan untuk melawan dosa-dosanya itu. Namun ia merasa tidak mampu. Sebelum tidur malam, ia sudah berjanji untukk tidak lagi melakukan dosa keesokan harinya. Namun ia masih melakukan dosa yang mengganggu pikirannya.
Karena itu, pemuda itu merasa lebih baik ia mengakhiri hidupnya. Ia merasa tidak kuat menghadapi godaan-godaan. Ia ingin hidup suci, tetapi godaan-godaan untuk melakukan dosa selalu menghantui dirinya. Ia ingin hubungannya dengan Tuhan dan sesama selalu harmonis. Namun yang ia jumpai adalah ia semakin jauh dari Tuhan. Dosa-dosa yang ia lakukan itu membuat relasinya dengan Tuhan dan sesama selalu buruk.
Keputusannya adalah ia membenci dirinya sendiri. Ia merasa bahwa hasrat dirinya untuk melakukan dosa selalu mengalahkan kehendak baiknya. Namun suatu ketika ia disadarkan oleh seorang yang suci. Orang suci itu mengatakan kepadanya bahwa ia tidak perlu membenci dirinya sendiri. Justru ketika ia membenci dirinya itu, ia akan gagal dalam usaha untuk keluar dari dosa-dosanya. Yang mesti ia lakukan adalah menciptakan situasi untuk mencintai dirinya sendiri.
Sahabat, kita hidup dalam dunia yang menggoda kita untuk mengikuti kemauan-kemauan si jahat. Si jahat selalu menawarkan hal-hal yang seolah-olah baik untuk diri kita. Si jahat menawarkan orang untuk meraih kekayaan dalam waktu yang singkat dengan cara yang tidak halal. Si jahat selalu berusaha membuka mata kita untuk menerima dan menghidupi tawarannya. Kalau kita tidak cermat dan kritis, kita dengan gampang akan mengikutinya.
Karena itu, seorang beriman dituntut memiliki hati nurani yang jernih. Artinya, orang beriman selalu cermat dan kritis ketika berhadapan dengan suatu godaan. Orang beriman tidak mudah menyerah terhadap setiap bentuk godaan dari si jahat. Mengapa? Karena apa yang ditawarkan si jahat itu hanya bersifat semu. Apa yang ditawarkan oleh si jahat itu hanya memberikan kebahagiaan sesaat saja. Yang ditawarkan si jahat itu hanya akan menghancurkan hidup kita.
Kita saksikan begitu banyak orang menderita, karena mengikuti tawaran-tawaran si jahat. Orang yang mau menjadi kaya dalam waktu yang singkat kemudian merampok harta kekayaan orang lain dengan kasar. Bahkan orang mengorbankan hidup sesamanya hanya demi kekayaan.
Atau ada orang yang merampas uang rakyat dengan tindakan korupsi. Tindakan korupsi itu dosa yang selalu menghantui dirinya. Akibatnya, ia tidak tenang dalam hidupnya. Ia berusaha untuk menghindar, namun tidak bisa. Sampai suatu saat ia dihadapkan ke pengadilan atas tindakan korupsi itu. Ia akan mengalami hidup yang menderita, kalau ia divonis bersalah. Si jahat telah membawa dirinya kepada kehancuran.
Karena itu, mari kita cermat dan kritis terhadap tawaran-tawaran si jahat. Dengan demikian, hidup kita menjadi damai dan tenteram. Kita dapat bersukacita dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
752
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.