Pages

23 April 2013

Bersandar pada Kebaikan Tuhan

 
Kalau Anda berhadapan dengan kesulitan-kesulitan hidup, kepada siapa Anda akan memohon bantuan? Kepada orang-orang yang terdekat dengan Anda? Atau kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang? Tentu Anda punya keyakinan bahwa Tuhan hadir dalam diri sesama Anda. Karena itu, melalui sesama itu Tuhan mengalirkan kasih sayangnya.

Ada seorang ibu yang rajin berdoa untuk adiknya yang sedang menderita penyakit gagal ginjal. Sudah enam tahun ini adiknya itu bergantung pada obat-obatan. Dua tahun terakhir ini adiknya itu mesti menjalani cuci darah. Ia berdoa agar adiknya diberi kekuatan untuk menjalani hidupnya. Pasalnya, sang adik sudah mulai putus asa. Ia tidak ingin adiknya mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak wajar. Ia ingin adiknya itu menemukan damai dalam hidupnya.

Karena itu, tak henti-hentinya ibu itu berdoa bagi kesembuhan adiknya, kalau Tuhan berkenan menyembuhkannya. Ia menyerahkan sang adik sepenuhnya pada penyelenggaraan Tuhan. Ia yakin, Tuhan yang mahabaik dan mahapenyayang itu akan memperhatikan adiknya. Ia mau, agar sang adik juga menyerahkan hidupnya pada penyelenggaraan Tuhan.

Doa-doa ibu itu berbuah. Sang adik kembali menemukan kekuatan untuk setia menjalani proses penyembuhan. Selain obat-obatan yang ia perloleh dari dokter, sang adik juga menjalani pengobatan alternatif. Hasilnya, tidak sering lagi ia menjalani proses cuci darah. Wajahnya semakin berseri-seri. Ia menemukan bahwa doa ternyata mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa. Ibu itu tetap setia berdoa. Baginya, berdoa berarti menyerahkan seluruh hidup kepada Tuhan. Berdoa berarti ungkapan iman yang mendalam kepada Tuhan.

Ibu itu berkata, “Saya selalu sadar bahwa saya harus selalu bersandar pada Tuhan. Dialah kekuatan bagi hidup saya dan adik saya.”

Sahabat, banyak orang berteriak-teriak kepada Tuhan, namun Tuhan seolah-olah tuli. Tuhan tidak mendengarkan doa-doa mereka. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi, karena orang berteriak tanpa punya iman yang mendalam. Orang berteriak bahkan sampai memarahi Tuhan, tetapi tidak menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan.

Tentu saja kalau kita mengaku bahwa Tuhan adalah penolong kita, kita tidak hanya berteriak-teriak memohon bantuanNya. Kita juga mesti membuktikan pengakuan iman kita itu melalui hidup kita sehari-hari. Iman yang mendalam itu menjadi tampak melalui penyerahan diri yang tulus kepada Tuhan.

Sayang, banyak orang hanya mengaku dengan mulut bahwa Tuhan itu pedoman hidupnya. Dalam hidup sehari-hari, mereka tidak tunjukkan dengan sikap dan tingkah laku yang baik dan benar. Perbuatan mereka jauh dari kehendak Tuhan. Mereka melakukan sesuatu hanya demi memenuhi keinginan diri sendiri.

Karena itu, kita diajak untuk senantiasa menyerahkan hidup ke dalam kuasa Tuhan. Bersandar pada Tuhan merupakan pilihan utama kita baik dalam untung maupun malang. Kita tetap setia kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

966

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.