Pages

11 April 2013

Nasionalisme sebagai Penghayatan Iman


Apa yang akan Anda lakukan kalau Anda sedang berada di suatu negara yang memberikan jaminan hidup yang lebih bagi Anda? Apakah Anda akan mengganti warga negara Anda?

Nelson Tansu adalah profesor termuda di Lehigh University, Betlehem, Pennsylvania, Amerika Serikat. Ia menjadi profesor saat berusia 26 tahun. Dia bukan seorang warna negara Amerika Serikat. Tetapi dia adalah seorang berwarga negara Indonesia. Dia termasuk ilmuwan yang mulai naik daun dengan tiga hak paten di tangannya.

Sebagai dosen muda, para mahasiswa dan bimbingannya justru rata-rata sudah berumur. Sebab, dia mengajar tingkat master (S-2), doktor (S-3), bahkan post doktoral. Prestasi dan reputasi Nelson cukup berkibar di kalangan akademisi Amerika Serikat. Puluhan hasil risetnya dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional.

Dia sering diundang menjadi pembicara utama dan penceramah di berbagai seminar. Paling sering terutama menjadi pembicara dalam pertemuan-pertemuan intelektual, konferensi, dan seminar di Washington DC. Selain itu, dia sering datang ke berbagai kota lain di AS. Bahkan, dia sering pergi ke mancanegara seperti Kanada, sejumlah negara di Eropa, dan Asia.

Yang mengagumkan adalah sudah ada tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan
di AS, dua di antaranya bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. Di tengah kesibukannya melakukan riset-riset lainnya, dua buku Nelson sedang dalam proses penerbitan. Bukan main!! Kedua buku tersebut merupakan buku pegangan wajib mahasiswa S-1 di Negeri Paman Sam.

Meski namanya mengangkasa, ia tetap mencintai tanah kelahirannya, Medan. Nelson lahir di Medan, 20 Oktober 1977 lalu. Sampai sekarang ia masih memegang paspor hijau berlambang garuda. Kendati belum satu dekade di AS, prestasinya sudah segudang. Ke mana pun dirinya pergi, setiap ditanya orang, Nelson selalu mengenalkan diri sebagai orang Indonesia.

Ia berkata, "Saya sangat cinta tanah kelahiran saya. Saya selalu ingin melakukan yang terbaik untuk Indonesia.. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan merupakan bangsa yang mampu bersaing dengan bangsa-bangsa besar lainnya. Tentu saja jika bangsa kita terus bekerja keras.”

Sahabat, nasionalisme memang penting bagi setiap orang. Bagaimana pun setiap orang dilahirkan di suatu tempat tertentu di negara tertentu. Nasionalisme itu mesti ditumbuhkan meski orang berada jauh dari negeri di mana ia dilahirkan. Ada banyak cara untuk mengekspresikan nasionalisme kita itu.

Nelson Tansu telah menunjukkan kecintaannya terhadap bangsa dan negara di mana ia dilahirkan. Ia tetap bertahan menjadi warga negara Indonesia, meski banyak kemudahan baginya untuk mengubah warga negaranya. Ia tetap mencintai tanah kelahirannya.

Namun sering banyak orang malu mengungkapkan identitas dirinya. Orang merasa malu mengakui diri punya warga negara tertentu. Mereka lebih memilih menjadi warga negara yang lebih kaya atau terkenal.

Sebagai orang beriman, nasionalisme itu menjadi bagian dari penghayatan iman kita kepada Tuhan. Orang yang beriman itu orang yang mampu mengaktualisasikan imannya dalam hidup sehari-hari. Karena itu, iman menjadi iman yang hidup. Bukan hanya sebagai rumusan kata-kata yang kurang bermakna. Iman yang hidup itu diungkapkan dengan menjadi seratus persen warga bangsa ini.

Mari kita tumbuhkan semangat nasionalisme sebagai penghayatan iman kita kepada Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT

959

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.