Ada seorang pemuda yang sudah lama lulus dari perguruan tinggi. Ia sudah mendatangi berbagai perusahaan untuk melamar pekerjaan. Namun tidak ada yang mau menerimanya. Pasalnya, pemuda itu dinilai kurang kreatif dalam berbagai hal. Yang ia tahu hanya ilmunya sendiri. Padahal perusahaan-perusahaan mengharapkan dia memiliki kemampuan di bidang lain juga. Tambahan lagi, pemuda itu pun tetap berteguh pada pendiriannya. Akhirnya, ia memutuskan untuk menganggur.
Namun dalam situasi seperti itu ia justru mulai kreatif. Ia mulai membuka sebidang tanah peninggalan ayahnya di desa. Tanah seluas dua hektar itu ia tanami sayur-sayuran. Modal ia peroleh dari ibunya yang membuka warung di kota. Setiap bulan ia dapat menghasilkan jutaan rupiah dari jualan sayur-sayuran. Ia mengembangkan sayuran organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia.
Dengan sayur organik, banyak orang mengincar hasil kebunnya. Ia tidak perlu membawanya ke kota. Banyak orang kota mendatangi kebunnya. Mereka membelinya langsung di kebunnya. Harganya pun lebih mahal daripada sayur-sayuran yang menggunakan bahan-bahan kimia. Dengan hasil kebun seperti itu, ia dapat membiaya hidupnya. Ia juga dapat membantu adik-adiknya melanjutkan sekolah mereka.
Ia juga memiliki beberapa pegawai yang membantunya mengelola kebun sayurnya. Ia merasa gembira atas sukses yang telah ia raih. Seandainya dulu ia diterima di perusahaan, tentu saja ia masih tetap menjadi pegawai. Tetapi sekarang ia bukan sekadar pegawai. Ia seorang bos yang berhasil.
Sahabat, sering orang berpikir bahwa kesuksesan itu mendatangi dirinya. Tidak perlu mengejar kesuksesan itu. Orang cukup duduk dan menunggu kesuksesan itu bagai durian yang matang yang akan jatuh dari pohonnya. Yang dilakukan cukup berpangku tangan.
Tentu saja sikap seperti ini bukan sikap yang benar. Orang mesti mengejar dan merebut kesuksesan itu. Orang tidak bisa berpangku tangan begitu saja menunggu kesuksesan menghampirinya. Ada begitu banyak kesempatan di sekeliling kita. Bahkan kesempatan emas yang sering diidam-idamkan itu ada di dalam diri kita sendiri. Tinggal bagaimana kita membuka pintu diri kita untuk kesempatan itu.
Kesempatan itu ada di dalam diri kita. Tidak bergantung pada lingkungan, keberuntungan atau pertolongan orang lain. Kisah tadi menegaskan hal ini. Pemuda itu mesti memulai dari dirinya sendiri, kalau ia mau sukses. Dan ketika ia memulainya, ia berhasil dengan baik. Ia meraih kesuksesan itu bagi dirinya. Ia tidak perlu mengemis pekerjaan ke mana-mana untuk diberi pekerjaan.
Karena itu, orang mesti memulai merebut kesempatan itu. Orang mesti mengubah dirinya, kalau suatu kesempatan mengalami jalan buntu. Orang tidak bisa memaksakan prinsip-prinsip hidupnya yang justru menghambat dirinya dalam meraih sukses. Karena itu, kreativitas menjadi salah satu alat bantu untuk meraih kesuksesan itu.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk berusaha menemukan kesempatan-kesempatan yang ada dalam diri kita. Kesempatan emas mesti kita olah menjadi kesuksesan-kesuksesan yang membantu kita bertumbuh dan berkembang. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
Namun dalam situasi seperti itu ia justru mulai kreatif. Ia mulai membuka sebidang tanah peninggalan ayahnya di desa. Tanah seluas dua hektar itu ia tanami sayur-sayuran. Modal ia peroleh dari ibunya yang membuka warung di kota. Setiap bulan ia dapat menghasilkan jutaan rupiah dari jualan sayur-sayuran. Ia mengembangkan sayuran organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia.
Dengan sayur organik, banyak orang mengincar hasil kebunnya. Ia tidak perlu membawanya ke kota. Banyak orang kota mendatangi kebunnya. Mereka membelinya langsung di kebunnya. Harganya pun lebih mahal daripada sayur-sayuran yang menggunakan bahan-bahan kimia. Dengan hasil kebun seperti itu, ia dapat membiaya hidupnya. Ia juga dapat membantu adik-adiknya melanjutkan sekolah mereka.
Ia juga memiliki beberapa pegawai yang membantunya mengelola kebun sayurnya. Ia merasa gembira atas sukses yang telah ia raih. Seandainya dulu ia diterima di perusahaan, tentu saja ia masih tetap menjadi pegawai. Tetapi sekarang ia bukan sekadar pegawai. Ia seorang bos yang berhasil.
Sahabat, sering orang berpikir bahwa kesuksesan itu mendatangi dirinya. Tidak perlu mengejar kesuksesan itu. Orang cukup duduk dan menunggu kesuksesan itu bagai durian yang matang yang akan jatuh dari pohonnya. Yang dilakukan cukup berpangku tangan.
Tentu saja sikap seperti ini bukan sikap yang benar. Orang mesti mengejar dan merebut kesuksesan itu. Orang tidak bisa berpangku tangan begitu saja menunggu kesuksesan menghampirinya. Ada begitu banyak kesempatan di sekeliling kita. Bahkan kesempatan emas yang sering diidam-idamkan itu ada di dalam diri kita sendiri. Tinggal bagaimana kita membuka pintu diri kita untuk kesempatan itu.
Kesempatan itu ada di dalam diri kita. Tidak bergantung pada lingkungan, keberuntungan atau pertolongan orang lain. Kisah tadi menegaskan hal ini. Pemuda itu mesti memulai dari dirinya sendiri, kalau ia mau sukses. Dan ketika ia memulainya, ia berhasil dengan baik. Ia meraih kesuksesan itu bagi dirinya. Ia tidak perlu mengemis pekerjaan ke mana-mana untuk diberi pekerjaan.
Karena itu, orang mesti memulai merebut kesempatan itu. Orang mesti mengubah dirinya, kalau suatu kesempatan mengalami jalan buntu. Orang tidak bisa memaksakan prinsip-prinsip hidupnya yang justru menghambat dirinya dalam meraih sukses. Karena itu, kreativitas menjadi salah satu alat bantu untuk meraih kesuksesan itu.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk berusaha menemukan kesempatan-kesempatan yang ada dalam diri kita. Kesempatan emas mesti kita olah menjadi kesuksesan-kesuksesan yang membantu kita bertumbuh dan berkembang. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.