Pages

11 November 2010

Menyalurkan Rahmat Kasih kepada Sesama

Seorang profesor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer. Di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit bernama Harry. Ia tidak bisa melupakan nama ini, karena Harry menjemputnya di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju tempat pengambilan koper.

Ketika berjalan keluar, Harry sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya. Misalnya, ia membantu seorang wanita tua yang kopernya jatuh. Atau ia mengangkat seorang anak kecil, agar dapat melihat pemandangan. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali ia kembali ke sisi profesor itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

Melihat tingkah laku Harry, sang profesor bertanya, ”Dari mana Anda belajar melakukan hal-hal seperti itu?”

Sambil tersenyum, Harry menjawab, ”Selama perang.”

Lantas ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau. Saat itu, ia menyaksikan bagaimana satu per satu teman-temannya tewas terkena ranjau di depan matanya.

Ia berkata, ”Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah. Saya tidak pernah tahu, apakah langkah berikutnya merupakan pijakan terakhir. Karena itu, saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap kaki yang saya ayunkan adalah sebuah dunia baru. Saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini.”

Sahabat, pernahkah Anda menyadari saat Anda mengangkat kaki-kaki Anda? Pernahkah Anda merasakan ada sesuatu yang mendorong Anda untuk melakukan sesuatu bagi sesama? Mungkin banyak orang kurang menyadarinya. Mungkin banyak orang melakukan sesuatu secara otomatis saja.

Tetapi ketika orang menyadari apa yang dilakukannya, tentu saja ada rahmat yang mengalir dari hatinya. Setiap langkah yang kita buat dalam hidup ini merupakan rahmat yang berlimpah ruah bagi banyak orang. Ada seorang yang sedang sakit yang kita jamah dengan penuh kasih akan merasakan rahmat itu mengalir ke dalam sanubarinya. Ia merasa damai. Ia merasa tenang. Ia merasa ada sesuatu yang seolah menyembuhkan batinnya yang luka.

Sebagai orang beriman, kita tentu ingin agar sesama kita mendapatkan rahmat kasih yang berlimpah-limpah dari diri kita. Soalnya, apakah kita mau mengalirkan rahmat itu bagi mereka? Atau kita hanya diam saja sementara sesama kita sangat membutuhkan aliran rahmat itu?

Karena itu, kita mesti dengan penuh kerelaan mengalirkan rahmat demi rahmat kepada sesama kita. Hanya dengan cara demikian, kita mampu membahagiakan banyak orang. Hanya dengan cara itu, kita mampu membawa banyak orang kepada kehidupan yang aman dan tenteram. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 20.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

548

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.