Pages

25 November 2010

Hadir untuk Membangun Kedamaian


Ada seorang pemuda yang sangat mengagumi dirinya sendiri. Ke mana pun ia pergi, ia selalu menyombongkan kemampuan beladirinya. Tidak hanya itu. Ia pun menantang orang yang dijumpainya untuk mengetes kemampuannya. Berkali-kali ia dapat mengatasi tes atas kemampuan beladirinya.

Suatu hari ia berjumpa dengan seorang kakek tua. Tampaknya kakek ini tidak punya kekuatan apa-apa. Tubuhnya tampak rapuh. Ia berjalan dengan membungkukkan badannya meski sudah disanggah oleh tongkat. Tanpa pikir panjang, pemuda itu mulai mengganggu kakek tua itu. Ia memukulnya dengan jurus-jurus beladiri yang dimilikinya. Awalnya, kakek tua itu tidak mau membalasnya. Ia hanya menyaksikan ulah pemuda itu.

Namun setelah merasa diperlakukan tidak sopan oleh pemuda itu, kakek tua itu pun mulai mengeluarkan jurus-jurus beladirinya. Dengan bantuan tongkatnya, kakek tua itu membalas pukulan-pukulan pemuda itu. Setiap jurus yang dikeluarkannya ternyata sulit dielakkan oleh pemuda itu. Pemuda itu berusaha membalas, namun tidak satu pun jurus pukulannya mengenai kakek tua itu. Suatu saat, pemuda itu jatuh tersungkur di kaki kakek tua itu. Wajahnya babak belur oleh tongkat kakek tua itu. Ia pun meminta ampun.

Sambil memandang pemuda itu, kakek tua itu berkata, “Anak muda, ilmu beladiri yang kita miliki seharusnya tidak digunakan untuk menyakiti orang lain. Saya terpaksa menggunakan ilmu beladiri saya, karena kamu tidak tahu diri. Baru pertama kali ini saya gunakan untuk menyakiti orang lain. Tetapi ini demi pertobatanmu.”

Sahabat, ada orang-orang yang salah menggunakan kemampuan yang mereka miliki. Padahal kemampuan itu semestinya digunakan untuk kesejahteraan bersama. Orang menggunakan kemampuannya untuk menyombongkan dirinya sendiri. Kekaguman terhadap diri sendiri dapat merusak hidup manusia.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa hidup ini mesti diatur sebaik-baiknya. Kakek tua itu selama hidupnya menggunakan kemampuan dirinya bukan untuk menaklukkan orang lain. Bukan untuk kebanggaan dirinya. Tetapi ia gunakan untuk kesejahteraan bersama. Kalau ia terpaksa menggunakan kemampuannya, itu demi kebaikan sesama juga. Ia gunakan bagi pertobatan sesamanya.

Karena itu, kita mesti menyadari kehadiran kita di tengah-tengah sesama kita. Kita hadir bukan untuk menyombongkan diri kita. Kita hadir untuk membawa kesejahteraan bagi sesama. Tugas kita adalah menggunakan kemampuan yang kita miliki untuk membangun kedamaian dan sukacita bagi sesama kita.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa berusaha membawa damai bagi lingkungan kita hidup. Kemampuan yang kita miliki mesti menjadi sarana untuk membangun relasi yang baik dengan sesama. Dengan demikian, dunia ini menjadi tempat yang aman dan damai bagi semua orang. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


555

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.