Pages

29 November 2010

Membangun Hati yang Tulus dan Murni

Di pusat kota Madrid, Spanyol, ada sebuah stasiun kereta api bawah tanah. Mereka memberinya nama Metro. Dari stasiun ini kita bisa pergi ke berbagai tempat di kota ini, bahkan ke berbagai kota di Spanyol. Misalnya, kalau kita mau pergi ke bandara, kita bisa naik kereta api bawah tanah hingga bandara. Atau kalau kita mau ke Toledo, sebuah kota tua berjarak 50 kilometer dari Madrid, kita juga bisa menggunakan kereta api bawah tanah ini.

Namun di sana tidak hanya terdapat halte-halte kereta bawah tanah itu. Di Metro ini juga terdapat supermarket yang sangat besar. Ada ratusan toko berada di tempat ini. Di dalamnya terpajang ribuan bahkan jutaan barang-barang menarik untuk dibawa pulang oleh para pengunjung. Yang dibutuhkan dari para pengunjung adalah kesabaran untuk memilih barang-barang yang dijajakan di sana. Ada souvenir-souvenir indah yang bisa didapatkan di tempat ini sebagai buah tangan bagi orang-orang yang dicintai.

Suatu hari ada seorang ibu yang membeli banyak sekali anting-anting. Ia sangat kagum terhadap anting-anting tersebut. Menurutnya, ia ingin membagikannya untuk rekan-rekan kerjanya di kantor. Itulah kenang-kenangan yang terindah bagi mereka. Ia tidak peduli harga anting-anting itu. Yang penting baginya adalah ia dapat membangun relasi yang baik dengan teman-temannya. Ia membelinya dengan hati yang tulus. Ia ingin menjadikan anting-anting itu sebagai bingkisan dari lubuk hatinya.

Sahabat, sebuah hadiah atau bingkisan memiliki nilai yang sangat mendalam bagi yang menerimanya. Apalagi kalau bingkisan itu diberikan dengan tulus. Karena itu, persoalannya bukan seberapa mahal harga bingkisan itu. Tetapi seberapa tulus bingkisan itu diberikan kepada orang yang dikenal dan dicintai.

Kalau sebuah bingkisan atau hadiah diberikan dengan wajah yang muram durja, tidak akan memiliki nilai sama sekali. Meski mahal sekalipun harga bingkisan itu, bingkisan itu tidak memiliki sentuhan kasih yang mendalam. Mengapa? Karena bingkisan itu tidak berasal dari hati yang mencintai. Sesuatu yang berasal dari hati yang tulus akan selalu singgah di hati. Tidak ada penolakan. Bahkan akan diterima dengan penuh rasa terima kasih.

Kata orang, hati manusia itu pusat seluruh hidupnya. Perbuatan baik seseorang berasal dari hatinya yang tulus. Demikian pula iri hati, permusuhan dan dendam dapat tercipta dan dapat hidup di dalam hati manusia. Kalau orang dapat mengarahkan hatinya dengan baik, orang akan memetik hal-hal yang berguna bagi hidupnya. Namun kalau orang mengarahkan hatinya untuk kepentingan egoismenya, segala sesuatu hanya ditarik untuk dirinya sendiri.

Karena itu, membangun hati yang tulus dan murni mesti menjadi bagian dari hidup orang beriman. Orang beriman senantiasa menimba kasih Tuhan dalam hidupnya. Tuhan selalu mencintai manusia. Tuhan tidak pernah menarik segala sesuatu untuk kepentinganNya sendiri. Sebaliknya, Tuhan selalu memberikan yang terbaik kepada manusia. Mari kita membangun hati yang tulus dan murni bagi kesejahteraan kita bersama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


559

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.