Ada seorang perempuan yang begitu bangga terhadap salah seorang anaknya. Pasalnya, anaknya ini sangat peduli terhadap dirinya. Apa saja yang dibutuhkannya dipenuhi oleh sang anak. Ia diajak anaknya berjalan-jalan ke luar negeri untuk menikmati indahnya musim semi. Ia diberi kesempatan untuk mengunjungi beberapa tempat bersejarah di Eropa yang menjadi kerinduannya sejak masih muda.
Namun ibu ini tetap menaruh curiga terhadap kebaikan anaknya. Karena itu, ia bertanya kepadanya, “Nak, apa yang membuat kamu begitu baik kepada mama? Apa karena mama punya warisan untukmu?”
Sang anak terkejut mendengar pertanyaan ibunya. Ia tidak habis pikir, mengapa mamanya sampai bertanya begitu. Dengan wajah yang sedih, sang anak menjawab, “Saya melakukan semua ini dengan setulus hati saya. Mama telah mengandung, melahirkan dan membesarkan saya. Sekarang giliran saya melakukan sesuatu yang terbaik untuk mama.”
Sang mama sangat terharu mendengar kata-kata sang anak. Sejak itu, ia tidak pernah mempertanyakan lagi perbuatan baik yang dilakukan anaknya. Ia berusaha untuk membahagiakan anaknya dengan menerima setiap perbuatan baik anaknya. Baginya, itulah tanda penyertaan Tuhan atas dirinya.
Sahabat, kasih orangtua bagi anak-anaknya begitu besar. Tidak pernah lekang oleh perubahan zaman. Namun tidak berarti kasih yang mereka miliki itu tidak kreatif. Sungguh, kasih mereka bukan kasih yang mati. Kasih mereka terus bertumbuh dan berkembang sesuai dengan perjalanan jaman.
Karena itu, pantaslah seorang anak menunjukkan kasihnya kepada orangtuanya. Bukan berarti mau membalas budi baik orangtuanya. Tetapi itulah hakekat dari setiap orang yang mesti selalu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada orang lain. Mengapa? Karena utang harta dapat dibayar, namun utang budi dibawa mati. Orang tidak dapat membalas kebaikan orang lain secara persis. Perbuatan baik tetaplah suatu perbuatan baik.
Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa orang yang peduli terhadap kebaikan orangtuanya akan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebaikan-kebaikan yang dilakukannya untuk orangtuanya sebenarnya ia lakukan untuk dirinya sendiri. Mengapa? Karena dengan demikian, ia terlahir dari buah kasih sayang orangtuanya. Ia tumbuh dalam kasih sayang orangtuanya.
Untuk itu, orang beriman mesti selalu menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap orang-orang yang dekat dengannya. Orang tidak boleh menciptakan suasana dendam atau iri hati terhadap sesamanya yang baik kepadanya. Hanya dengan menumbuhkan kasih sayang itu, orang dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai orang yang beriman kepada Tuhan.
Mari kita menjunjung tinggi kasih sayang terhadap orangtua kita. Mereka telah mengasihi kita. Mereka telah menanamkan nilai-nilai yang baik dalam diri kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
554
Namun ibu ini tetap menaruh curiga terhadap kebaikan anaknya. Karena itu, ia bertanya kepadanya, “Nak, apa yang membuat kamu begitu baik kepada mama? Apa karena mama punya warisan untukmu?”
Sang anak terkejut mendengar pertanyaan ibunya. Ia tidak habis pikir, mengapa mamanya sampai bertanya begitu. Dengan wajah yang sedih, sang anak menjawab, “Saya melakukan semua ini dengan setulus hati saya. Mama telah mengandung, melahirkan dan membesarkan saya. Sekarang giliran saya melakukan sesuatu yang terbaik untuk mama.”
Sang mama sangat terharu mendengar kata-kata sang anak. Sejak itu, ia tidak pernah mempertanyakan lagi perbuatan baik yang dilakukan anaknya. Ia berusaha untuk membahagiakan anaknya dengan menerima setiap perbuatan baik anaknya. Baginya, itulah tanda penyertaan Tuhan atas dirinya.
Sahabat, kasih orangtua bagi anak-anaknya begitu besar. Tidak pernah lekang oleh perubahan zaman. Namun tidak berarti kasih yang mereka miliki itu tidak kreatif. Sungguh, kasih mereka bukan kasih yang mati. Kasih mereka terus bertumbuh dan berkembang sesuai dengan perjalanan jaman.
Karena itu, pantaslah seorang anak menunjukkan kasihnya kepada orangtuanya. Bukan berarti mau membalas budi baik orangtuanya. Tetapi itulah hakekat dari setiap orang yang mesti selalu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada orang lain. Mengapa? Karena utang harta dapat dibayar, namun utang budi dibawa mati. Orang tidak dapat membalas kebaikan orang lain secara persis. Perbuatan baik tetaplah suatu perbuatan baik.
Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa orang yang peduli terhadap kebaikan orangtuanya akan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebaikan-kebaikan yang dilakukannya untuk orangtuanya sebenarnya ia lakukan untuk dirinya sendiri. Mengapa? Karena dengan demikian, ia terlahir dari buah kasih sayang orangtuanya. Ia tumbuh dalam kasih sayang orangtuanya.
Untuk itu, orang beriman mesti selalu menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap orang-orang yang dekat dengannya. Orang tidak boleh menciptakan suasana dendam atau iri hati terhadap sesamanya yang baik kepadanya. Hanya dengan menumbuhkan kasih sayang itu, orang dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai orang yang beriman kepada Tuhan.
Mari kita menjunjung tinggi kasih sayang terhadap orangtua kita. Mereka telah mengasihi kita. Mereka telah menanamkan nilai-nilai yang baik dalam diri kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
554
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.