Hidup yang damai menjadi dambaan setiap orang. Namun orang sering sulit mengalaminya, karena egoisme yang berlebihan.
Di saat-saat terakhir hidup anaknya, seorang bapak mengunjungi anaknya itu di rumah sakit. Sang anak sedang mengalami penderitaan yang luar biasa. Ia terserang leukimia. Terjadi pembengkakan di levernya. Sudah lama sang ayah tidak bertemu dengan anaknya. Pasalnya, sang ayah sedang merantau.
Lagi pula sang ayah pergi merantau lantaran terjadi percekcokan di antara mereka. Karena itu, beberapa bulan sebelum kematian anaknya ia sudah mendapat kabar. Namun ia tidak mau segera pulang. Ia masih merasakan sakit hati, karena diusir oleh anaknya itu. Tetapi sehari sebelum anaknya itu meninggal, ia tiba-tiba muncul di rumah sakit.
Sial baginya. Hanya lima menit ia berjumpa dengan anaknya. Ia berdoa untuk anaknya. Di ujung doanya, sang anak menghembuskan nafas terakhirnya. Bapak itu tidak habis pikir. Mengapa anaknya begitu cepat pergi sebelum ia sempat mengucapkan kata-kata permohonan maaf?
Ia sangat kecewa. Ia ingin berdamai dengan anaknya. Namun kesempatan itu tidak pernah ia rasakan. Pengampunan tidak pernah meluncur dari mulut anaknya. Semuanya berlalu begitu saja.
Sahabat, kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kita. Kita sepertinya menunggu akhir hidup kita masing-masing. Kapan akhir hidup itu tiba, kita sama sekali tidak tahu. Karena itu, yang dibutuhkan dari kita adalah kita memiliki hati yang bersih. Yang dibutuhkan adalah hidup yang baik dan berkenan kepada Tuhan dan sesama.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa berdamai dengan sesama mesti selalu tercipta dalam hidup ini. Damai itu kunci dari seluruh perjalanan hidup kita. Ketika kita mengalami damai dan sukacita, dunia ini menjadi suatu tempat yang aman bagi kita. Orang akan menyesal, kalau damai dan pengampunan tidak ia temukan dalam hidup ini.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk terus-menerus memperjuangkan hidup yang damai. Hidup dalam damai itu menyadarkan kita akan kasih Tuhan kepada kita. Tuhan mengampuni dosa-dosa kita, karena Tuhan mengasihi kita. Karena itu, ketika kita berani mengampuni dosa dan kesalahan sesama, kita menciptakan damai bagi sesama. Hidup dalam damai akan membawa kebahagiaan bagi diri kita dan bagi semua orang yang ada di sekitar kita.
Mari kita berusaha untuk senantiasa memperjuangkan damai dalam hidup ini. Tuhan yang mahapengasih dan penyayang itu menjadi dasar bagi kita untuk hidup dalam damai. Mengapa? Karena Tuhan itu sumber damai bagi kita. Tuhan memberikan rahmat damai itu bagi kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1159
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.