Apa yang akan terjadi ketika di sekitar Anda berhimpun orang-orang yang memerlukan bantuan Anda? Anda mengusir mereka pergi? Atau Anda tergerak hati untuk membantu mereka?
Beberapa waktu lalu terjadi penangkapan Bupati Bogor Rachmat Yasin oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal ini menambah daftar kepala daerah yang tersangkut kasus hukum. Hampir sebagian besar kasus yang melibatkan gubernur dan wali kota atau bupati terkait dengan korupsi.
"Posisinya sekarang sudah 325 kepala daerah yang terjerat hukum. Baik masih berstatus tersangka atau sudah menjadi narapidana," kata Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri Djohermansyah Djohan.
Tentu saja jumlah ini sangat besar. Begitu banyak kepala daerah yang ternyata bertindak tidak jujur terhadap rakyat yang telah memilih mereka. Padahal rakyat sangat berharap bahwa pilihan mereka itu akan memimpin mereka dengan penuh kejujuran. Para pemimpin itu semestinya menjalankan tugas sebaik-baiknya demi rakyat. Bukan demi diri mereka sendiri. Sayang, harapan seperti ini tidak terjadi.
Djohermansyah kuatir, kalau tidak ada perubahan sistem, jumlah kepala daerah yang terkena kasus hukum pasti bertambah banyak. Faktor mahalnya biaya kampanye pemilukada juga turut menyumbang kepala daerah untuk balik modal.
Alhasil, mereka ada kecenderungan untuk berupaya mencari uang dengan cara apa pun, hingga akhirnya harus berurusan dengan aparat hukum. "Nah, jadi kita mengkaji bahwa salah satu faktor penyebab dari proses hukum tersangkut korupsi itu suap adalah karena besarnya kewenangan kepala daerah," katanya.
Sahabat, ketika sebuah kasus korupsi terkuak, hati kita semestinya merasa sakit. Peristiwa seperti ini merupakan suatu ledakan dari penipuan terhadap hati nurani yang terjadi selama ini. Seorang pemimpin yang melakukan korupsi sebenarnya membunuh banyak rakyat yang dipimpinnya. Semestinya anggaran digunakan untuk pembangunan bagi kesejahteraan rakyat banyak. Namun anggaran itu ternyata hanya dipakai untuk diri sendiri.
Dalam berbagai berita, kita masih menyaksikan begitu banyak rakyat yang hidup dalam keterbatasan. Ada orang yang sulit sekali mendapatkanya makanan hanya untuk makan sekali sehari saja. Ada sekolah-sekolah yang lebih layak disebut sebagai kandang ayam. Ada banyak gelandangan yang begitu banyak di kota-kota. Mereka tidur di emperan took, ketika malam menjelang.
Namun di sisi lain, ada orang yang merampok uang rakyat untuk berfoya-foya. Mereka melakukan korupsi demi memenuhi keinginan diri mereka. Sungguh tragis situasi seperti ini. Hati mereka keras dan beku. Tidak punya ketergerakkan hati untuk berbagi hidup dengan sesamanya.
Orang beriman tentu saja mesti memiliki hati yang lebih peduli terhadap sesamanya. Orang beriman itu orang yang selalu mengutamakan kejujuran dalam kehidupan. Orang yang senantiasa peduli terhadap sesamanya. Orang yang selalu bekerja bagi kepentingan hidup sesamanya.
Mari kita memupuk hati kita, agar memiliki kepedulian terhadap sesama. Dengan demikian, semakin banyak orang memiliki harapan akan masa depan yang lebih baik. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
1163
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.