Seorang anak laki-laki takut sekali terhadap ulat. Benda-benda yang mirip dengan ulat ia hindari jauh-jauh. Ia tidak mau berhubungan dengan hal-hal seperti itu. Kalau ada orang yang memegang benda-benda yang mirip dengan ulat, ia akan lari terbirit-birit. Ia berteriak-teriak histeris. Ia tidak mau lihat benda tersebut. Situasi seperti ini berlangsung sangat lama sampai ia berusia 19 tahun.
Hal yang membuat ia berhenti dari ketakutan itu sebenarnya sepele saja. Suatu hari ia diajak oleh ayahnya ke kebun binatang. Setelah lelah berkeliling untuk melihat berbagai binatang, sang ayah mengajaknya ke bagian binatang melata. Di sana ia dapat menyaksikan berbagai jenis binatang melata. Ia menyaksikan ular yang bergerak-gerak seperti ulat. Ternyata gerakan-gerakan mereka begitu indah. Beberapa kali ia berusaha menyentuh ekor-ekor ular itu. Tidak terjadi apa-apa. Tidak ada yang membahayakan dirinya.
Sejak itu gambarannya (image) tentang ulat berubah. Ia tidak takut lagi terhadap ulat. Ia berkata, ”Ular saja saya tidak takut. Apalagi ulat yang tidak bisa menggigit dan tidak berbisa. Saya mesti mencoba untuk mendekati ulat dan menjadi teman bagi mereka.”
Sahabat, mengapa kita takut terhadap sesuatu yang tidak membahayakan diri kita? Mengapa orang takut terhadap bayang-bayang? Jawabannya adalah karena gambaran orang terhadap sesuatu yang kecil itu terlalu besar. Orang takut dikuasai oleh sesuatu atau bayang-bayang itu. Orang tidak ingin keberadaannya ditutupi oleh bayang-bayang itu.
Untuk itu, orang mesti berusaha untuk menguasai bayang-bayang yang sebenarnya tidak ada. Orang mesti berani melawan ilusi-ilusi. Orang mesti yakin bahwa keberhasilan itu milik dirinya. Ia mesti bekerja keras untuk meraih keberhasilan itu. Karena itu, orang tidak perlu cemas atau takut. Orang mesti membuang ketakutan itu jauh-jauh dari dirinya sendiri.
Orang mesti berusaha menemukan alasan untuk takut terhadap sesuatu atau bayang-bayang. Ketika orang menemukan alasannya, orang akan merasakan bahwa ternyata sesuatu yang membuat takut itu hanya ilusi kosong. Tidak punya kekuatan apa-apa untuk melawan dirinya.
Sebagai orang beriman, kita mesti belajar untuk mengatasi setiap kesulitan yang kita hadapi. Kita tetap teguh dalam iman kita kepada Tuhan, sehingga apa saja yang kita lakukan akan menemukan kesuksesan. Kalau sekarang kita sedang menghadapi suatu tugas, kita mesti melaksanakan tugas tersebut dengan baik dan benar. Kita mesti berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dengan demikian, kita dapat menjadi orang-orang yang dipercaya oleh Tuhan dan sesama.
Mari kita berusaha untuk menghapus setiap ketakutan yang ada dalam diri kita. Dengan demikian, kita dapat menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh berkenan kepada Tuhan. Kita sungguh-sungguh dipercaya oleh Tuhan untuk mengerjakan sesuatu yang lebih besar. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
517
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.