Ada seorang anak yang selalu ingin menjadi yang terdepan di mana saja. Karena itu, di kelas ia memilih tempat yang paling depan. Ia tidak mau duduk di belakang temannya yang lain. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru di kelasnya, ia juga selalu mau menjawab lebih dahulu. Padahal jawabannya belum tentu benar. Ia juga ingin meraih rangking terdepan di kelasnya.
Soalnya adalah ia kurang punya kemampuan untuk menjadi yang terdepan. Ia kurang begitu pintar dalam banyak hal. Pelajaran-pelajaran penting di kelas ia tidak mendapatkan nilai yang tinggi. Satu hal yang menjadi penyebab dari semua itu adalah ia hanya ingin menjadi yang terdepan, tetapi malas belajar. Ia merasa sudah pintar. Ia merasa sudah tahu segala-galanya.
Karena itu, ketika mengetahui bahwa ia tidak meraih rangking tertinggi, ia sangat terpukul. Ia menangis. Ia marah terhadap gurunya. Ia menyalahkan orang lain. Ia tidak mau menyalahkan dirinya sendiri. Baginya, semua hasil buruk yang ia peroleh itu karena kesalahan orang lain. Ia menjadi orang yang muram mukanya. Setiap hari ia tidak menampakkan wajah yang ceria. Ia sangat kecewa atas kenyataan yang dihadapinya.
Sahabat, menjadi yang terdepan itu bukan sekedar tanpa usaha. Orang mesti berusaha sekuat tenaga. Orang mesti mengarahkan seluruh kemampuannya untuk merebut tempat yang terdepan dalam hidupnya. Untuk itu, orang mesti berani menjadi pelayan bagi sesamanya.
Artinya, orang mesti berani untuk bekerja keras demi cita-cita menjadi yang terdepan itu. Orang mesti menyiapkan diri sungguh-sungguh dengan berbagai usaha. Usaha itu kadang-kadang membuat orang capek. Orang mesti memeras otaknya untuk meraih cita-cita yang terdepan itu.
Dalam salah satu pengajaranNya, Yesus mengatakan bahwa orang yang ingin menjadi yang terdepan itu harus bekerja keras. Ia berkata, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Artinya, orang yang terdahulu itu mesti berani merendahkan dirinya. Menjadi pelayan berarti orang rela menerima setiap tugas yang diberikan kepadanya. Orang mampu melaksanakan tugas-tugasnya dalam hidup sehari-hari.
Sering orang merasa bahwa menjadi pemimpin terkenal itu enak dan menyenangkan. Padahal sebenarnya tidak sangat menyenangkan. Pemimpin terkenal itu orang yang mampu meninggalkan egoismenya. Orang yang mampu melihat kebutuhan orang lain dan berani untuk memenuhi kebutuhan orang lain itu. Orang yang mampu mendahulukan kepentingan sesamanya.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa berusaha menjadi yang terbaik dalam kata dan perbuatan. Kita diharapkan menjadi pelayan bagi sesama yang membutuhkan. Kita mesti mampu meninggalkan kepentingan diri sendiri dan mengutamakan kepentingan orang banyak. Mampukah kita? Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 20.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
535
Soalnya adalah ia kurang punya kemampuan untuk menjadi yang terdepan. Ia kurang begitu pintar dalam banyak hal. Pelajaran-pelajaran penting di kelas ia tidak mendapatkan nilai yang tinggi. Satu hal yang menjadi penyebab dari semua itu adalah ia hanya ingin menjadi yang terdepan, tetapi malas belajar. Ia merasa sudah pintar. Ia merasa sudah tahu segala-galanya.
Karena itu, ketika mengetahui bahwa ia tidak meraih rangking tertinggi, ia sangat terpukul. Ia menangis. Ia marah terhadap gurunya. Ia menyalahkan orang lain. Ia tidak mau menyalahkan dirinya sendiri. Baginya, semua hasil buruk yang ia peroleh itu karena kesalahan orang lain. Ia menjadi orang yang muram mukanya. Setiap hari ia tidak menampakkan wajah yang ceria. Ia sangat kecewa atas kenyataan yang dihadapinya.
Sahabat, menjadi yang terdepan itu bukan sekedar tanpa usaha. Orang mesti berusaha sekuat tenaga. Orang mesti mengarahkan seluruh kemampuannya untuk merebut tempat yang terdepan dalam hidupnya. Untuk itu, orang mesti berani menjadi pelayan bagi sesamanya.
Artinya, orang mesti berani untuk bekerja keras demi cita-cita menjadi yang terdepan itu. Orang mesti menyiapkan diri sungguh-sungguh dengan berbagai usaha. Usaha itu kadang-kadang membuat orang capek. Orang mesti memeras otaknya untuk meraih cita-cita yang terdepan itu.
Dalam salah satu pengajaranNya, Yesus mengatakan bahwa orang yang ingin menjadi yang terdepan itu harus bekerja keras. Ia berkata, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Artinya, orang yang terdahulu itu mesti berani merendahkan dirinya. Menjadi pelayan berarti orang rela menerima setiap tugas yang diberikan kepadanya. Orang mampu melaksanakan tugas-tugasnya dalam hidup sehari-hari.
Sering orang merasa bahwa menjadi pemimpin terkenal itu enak dan menyenangkan. Padahal sebenarnya tidak sangat menyenangkan. Pemimpin terkenal itu orang yang mampu meninggalkan egoismenya. Orang yang mampu melihat kebutuhan orang lain dan berani untuk memenuhi kebutuhan orang lain itu. Orang yang mampu mendahulukan kepentingan sesamanya.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa berusaha menjadi yang terbaik dalam kata dan perbuatan. Kita diharapkan menjadi pelayan bagi sesama yang membutuhkan. Kita mesti mampu meninggalkan kepentingan diri sendiri dan mengutamakan kepentingan orang banyak. Mampukah kita? Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 20.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
535
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.