Suatu hari seorang murid datang kepada gurunya. Ia mengajukan protes terhadap gurunya. Pasalnya, ia melihat seorang yang bukan murid dari gurunya itu sedang mempraktekkan ajaran-ajaran gurunya. Dia berkata, ”Saya baru saja melihat seorang yang bukan pengikut guru sedang mempraktekan ajaran-ajaran guru. Itu kan tidak baik. Bolehkah saya pergi untuk melarangnya?”
Sambil tersenyum, guru itu berusaha untuk menenangkan hati muridnya. Ia berkata kepadanya, ”Biarkan saja dia melakukan kebaikan-kebaikan yang telah saya ajarkan itu. Bukankah orang itu juga punya hak untuk hidup sebagai orang baik?”
Murid itu tidak puas dengan jawaban sang guru. Ia sewot. Ia ingin pergi untuk menghadik orang itu. Tetapi sang guru mencegahnya. Ia berkata, ”Murid-murid saya harus memiliki hati yang besar. Murid-murid saya tidak boleh iri hati terhadap kesuksesan orang lain. Orang itu bukan musuk kita.”
Murid itu terkejut mendengar kata-kata sang guru. Ia tidak bisa mengerti mengapa ada orang yang menjadi kompetitor dibiarkan melakukan ajaran-ajaran sang guru dengan leluasa. Namun murid itu kemudian mengerti tentang pandangan gurunya. Ia menghentikan keinginannya. Ia berusaha untuk memahami maksud sang guru.
Sahabat, sering orang kurang suka menyaksikan kesuksesan orang lain. Orang seperti ini orang yang punya pikiran sempit. Orang yang hanya melihat dari satu sisi saja. Orang tidak memiliki hati yang besar dan lapang. Orang seperti ini biasanya terkungkung dalam keterbatasan pikirannya. Orang seperti ini tidak akan bertumbuh dan berkembang menjadi orang yang maju. Orang seperti ini berhenti pada dirinya sendiri. Orang seperti ini akan mengalami kekerdilan dalam hidupnya.
Orang besar biasanya berpikir besar dan luas. Ia tidak terhimpit oleh pandangan-pandangan yang sempit. Ia memiliki hati dan pikiran yang tidak terbatas yang menembus sekat-sekat kekauan. Orang seperti ini biasanya orang yang mampu membuka hatinya untuk siapa saja yang dijumpai.
Orang besar yang berpikir luas itu biasanya mau menerima pandangan orang lain. Ia tidak gampang iri hati oleh kesuksesan sesamanya. Namun kesuksesan sesamanya itu digunakan untuk kekayaan dirinya. Ia berusaha untuk mengayomi dan membiarkan kreativitas bertumbuh dan berkembang dengan leluasa.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk memiliki hati yang besar dan lapang untuk semua orang. Ketika kita memiliki hati yang besar, kita akan menemukan sukacita dan damai dalam hidup ini. Dengan demikian, kita dapat memberi kesempatan kepada setiap orang untuk bertumbuh dan berkembang. Kita dapat menyelamatkan semua orang yang merindukan kebahagiaan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
529
Sambil tersenyum, guru itu berusaha untuk menenangkan hati muridnya. Ia berkata kepadanya, ”Biarkan saja dia melakukan kebaikan-kebaikan yang telah saya ajarkan itu. Bukankah orang itu juga punya hak untuk hidup sebagai orang baik?”
Murid itu tidak puas dengan jawaban sang guru. Ia sewot. Ia ingin pergi untuk menghadik orang itu. Tetapi sang guru mencegahnya. Ia berkata, ”Murid-murid saya harus memiliki hati yang besar. Murid-murid saya tidak boleh iri hati terhadap kesuksesan orang lain. Orang itu bukan musuk kita.”
Murid itu terkejut mendengar kata-kata sang guru. Ia tidak bisa mengerti mengapa ada orang yang menjadi kompetitor dibiarkan melakukan ajaran-ajaran sang guru dengan leluasa. Namun murid itu kemudian mengerti tentang pandangan gurunya. Ia menghentikan keinginannya. Ia berusaha untuk memahami maksud sang guru.
Sahabat, sering orang kurang suka menyaksikan kesuksesan orang lain. Orang seperti ini orang yang punya pikiran sempit. Orang yang hanya melihat dari satu sisi saja. Orang tidak memiliki hati yang besar dan lapang. Orang seperti ini biasanya terkungkung dalam keterbatasan pikirannya. Orang seperti ini tidak akan bertumbuh dan berkembang menjadi orang yang maju. Orang seperti ini berhenti pada dirinya sendiri. Orang seperti ini akan mengalami kekerdilan dalam hidupnya.
Orang besar biasanya berpikir besar dan luas. Ia tidak terhimpit oleh pandangan-pandangan yang sempit. Ia memiliki hati dan pikiran yang tidak terbatas yang menembus sekat-sekat kekauan. Orang seperti ini biasanya orang yang mampu membuka hatinya untuk siapa saja yang dijumpai.
Orang besar yang berpikir luas itu biasanya mau menerima pandangan orang lain. Ia tidak gampang iri hati oleh kesuksesan sesamanya. Namun kesuksesan sesamanya itu digunakan untuk kekayaan dirinya. Ia berusaha untuk mengayomi dan membiarkan kreativitas bertumbuh dan berkembang dengan leluasa.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk memiliki hati yang besar dan lapang untuk semua orang. Ketika kita memiliki hati yang besar, kita akan menemukan sukacita dan damai dalam hidup ini. Dengan demikian, kita dapat memberi kesempatan kepada setiap orang untuk bertumbuh dan berkembang. Kita dapat menyelamatkan semua orang yang merindukan kebahagiaan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
529
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.