Asalnya dari negeri Itali. Hidupnya di negeri itu juga. Bertabiat riang Fransiskus itu! Makin banyak keramaian, makin senanglah ia! Pikimya, Tiada yang lebih menyenangkan hati manusia daripada pesta.
Dan pesuruh Raja Besar ini semasa mudanya beruang cukup. Ayah ibunya sangat kaya! Tokonya bagus lagi besar! Penduduk kota Assisi, serta dusun-dusun sekelilingnya semuanya menjadi langganan toko itu!
Oleh sebab itu, Fransiskus berpakaian yang indah-indah dan mahal-mahal.
“Seperti seorang bangsawan,” kata orang bila bertemu di jalan raya.
Pemuda-pemuda di kota Assisi senang melihat Fransiskus. Fransiskus tidak kikir, amat berguna diangkat teman olehnya!
Siang hari Fransiskus menolong ayahnya di toko yang laku itu! Tetapi waktu petang, bila toko ditutup, Fransiskus pesiar. Teman-temannya telah menanti. Ada yang bermain mandoline, ada yang bermain biola. Dan Fransiskus harus menyanyi. Fransiskus pandai sekali benyanyi. Ia bernyanyi bermacam-macam lagu, riang gembira! Sampai jauh tengah malam mereka berpesta dan Fransiskus yang membelikan makanan dan minuman yang lezat!
Pada suatu hari perang pecah. Musuh akan menyerang kota Assisi. Fransiskus bersama-sama teman-temannya mempertahankan kotanya. Tetapi ... tiada berhasil! Mereka tertawan, dikurung dalam bilik penjara kecil lagi gelap, setahun lamanya.
Tentu kalian berpikir, sekarang Fransiskus bersusah hati. O tidak, malah sebaliknya, Fransiskus masih bersuka hati. Sepanjang hari Fransiskus benyanyi sambil mengharap waktu ia bebas pula.
Teman-temannya marah dan berkata, “Heran aku, Fransiskus, kau masih suka bemyanyi!”
Tetapi Fransiskus tertawa dan meniawab, “Jangan putus asa, tuankul”
Sesudah bebas, Fransiskus berpesta pula seperti semula sampai perang berkobar lagi, dan Fransiskus turut berperangkan mencapai gelar “Ksatria.” Ya begitu kehendaknya. Dan begitu cita-cita ayahnya, tetapi tiada begitu Kehendak Tuhan.
Pada suatu malam Fransiskus bermimpi. Ajaib benar mimpinya! Fransiskus melihat sebuah bilik, luas sekali. Pada dindingnya tampak berupa-rupa perisai. Fransiskus sedang asyik melihat perisai itu.
Tiba-tiba terdengar suara, “Fransiskus kembali ke rumah! Mengapa engkau mengabdi pelayan? Bukankah Yang Empunya Tuhan?”
Fransiskus terjaga dan termenung. Keesokan harinya ia berangkat, pulang pula.
Penduduk kota Assisi amat heran! Demikian pula teman-temannya.
“Mengapa lekas sekali kembali, Fransiskus? Sudahkah mencapai gelar “Ksatria” kau? Takutkah engkau, tertawan lagi?”
Fransiskus tidak menjawab sepatah kata jua pun. Apa pula gunanyal Mereka tak akan mengerti. Fransiskus sendiri juga tidak mengerti, mimpi ajaib itul Lagipula, keadaannya berubah! Suara itu tak dapat dilupakannya. Fransiskus telah jemu berpesta. Uang yang dulu dipakainya untuk pesiar, sekarang diberikannya ker kepada yang miskin. Fransiskus, yang dulu gemar mengunjungi keramaian, sekarang mencari tempat sunyi supaya sempat berdoa. Lambat laun teman-temannya pergi.
“Aneh benar si Fransiskus itu!” kata mereka.
Dan Fransiskus, tidak mempedulikan hal itu, karena, suatu malam terdengar lagi suara ajaib itu!
Serunya, “Fransiskus, Fransiskus, jika engkau kasih padaKu, cobalah hidup miskin seperti Aku!”
Keesokan harinya Fransiskus tak mau lagi mengenakan pakaiannya yang indah-indah. Ia memakai baju serupa goni dan di pinggangnya, ialah tali yang diberi simpul. Fransiskus yang dulu memakai sepatunya yang bagus, digantinya oleh sandal yang amat murah harganya. Demikian Fransiskus yang tadinya kaya raya, mengembara.
Berjalan kaki ia pergi ke mana-mana, sambil mengajar tentang Yesus Kristus, yang mati pada kayu salib untuk menebus dosa kita. Teman-temannya, yang dulu mengerumuni sebagai semut, sekarang menertawakan! Kanak-kanak, yang tiada berpikir, melemparinya dengan batu. Ya, tiap-tiap hari Fransiskus dicaci maki tetap tetap sabar. Malahan, hatinya girang karena ia boleh menderita sengsara karena Kristus, Sang Penebus.
Ayahnya, Pietro Bernardone merasa dihinakan. Mula-mula Fransiskus dibujuk, kemudian dipaksa kembali ke rumah. Akhirnya, karena tidak berhasil ia amat sangat marah! Fransiskus disumpahinya. Pietro Bernardone tidak mau mengenal lagi anaknya.
Fransiskus berduka cita, tetapi apa boleh buatl Sudah terang baginya, begitu Kehendak Tuhan, yang telah memanggilnya.
Kalau Fransiskus lapar, ia mengemis sepotong roti dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Uang tidak mau diterimanya. Kalau haus, Fransiskus hanya minum air jernih saja. Tidak karena malas, lebih suka mengemis daripada bekerja! Fransiskus rajin bekerja sebagai tukang batu, memperbaiki gedung-gedung gereja yang rusak, dengan tidak minta upah.
Katanya, “Peluhku sudah kujual kepada Yang Mahamulia!”
Petang, waktu beristirahat, Fransiskus berdoa sampai jauh tengah malam.
Acap kali terdengar keluhnya, “Tuhanku, ya Kaulah kekayaanku!”
Atau di atas sebuah bukit ia berlutut, di bawah kayu salib lengkap dengan patung Sang Penebus.
Berulang-ulang ia menepuk dada, berbungkuk ke tanah sambil berseru, “Ah, Yang Terkasih tidak dikasihi!”
Tidak lama orang insyaf, bahwa Fransiskus itu bukan hendak menarik perhatian orang. Fransiskus itu terdorong sesuatu yang luar biasa. Tuhan sendiri menyuruhnya berbuat demikian, supaya manusia sadar. Sadar akan salahnya! Sadar akan sombongnyal Sadar, dan kembali akan mengabdi Tuhan!
Penduduk kota Assisi datang, mendengarkan khotbah Fransiskus. Pesuruh Raja Besar. Serempak mereka tertarik padanya. Bila Fransiskus bercerita tentang Tuhan di surga, tiada mata yang tinggal kering.
Dan Fransiskus terus berceritera tentang Tuhan yang menciptakan bunga-bunga yang indah-indah. Tentang berupa-rupa burng yang berkicau sepanjang hari, untuk berterima kasih. Berterima kasih kepada Tuhan yang Mahabaik! Akhirnya Fransiskus memohon supaya orang jangan berdosa lagi. Dan para pendengar berjanji. Mereka tak dapat menolak permintaan Fransiskus, Pesuruh Raja Besar! Ada juga yang ingin meniru Fransiskus! Hidup miskin, karena Sang Penebus.
Mereka, yang telah dicoba dan diterima Fransiskus, berbuat seperti Pesuruh Raja Besar.
Kekayaannya diberikan kepada para miskin, lalu mengenakan seragam biarawan Fransiskus. Sejenis baju panjang lagi longgar dibuat daripada goni. Ikat pinggangnya sepotong tali yang bersimpul. Demikian terjadi biara penganut Santo Fransiskus. Sekarang masih terkenal di mana-mana.
Makin lama, makin bertambah kesucian Fransiskus. Dan Tuhan akan menganugerahi kesetiaan abdinya. Fransiskus gemar sekali sembahyang pada malam hari. Acap kali waktu petang ia mendaki gunung Alverna akan berdoa.
Gunung Alverna itu curam, penuh ngarai dan tebing batu. Tiada pemandangan yang menyenangkan, melainkan mengerikan. Jarang seorang manusia datang ke gunung itu. Tetapi oleh karena itu juga, Fransiskus senang berdoa di tempat yang sunyi itu.
Pada suatu malam gelap gulita, sedang Fransiskus berlutut di batu keras, gunung Alverna guncang. Saat itu juga langit terbelah halilintar, yang seakan-akan turun ke puncak gunung Alverna. Fransiskus terkejut ... melihat ke atas, ... dan ... dalam terang halilintar itu tampak olehnya seorang Manusia terpaku pada kayu salib. Tampak sayap yang amat besar bersinar menutupi Badannya.
Sebelum Fransiskus dapat bertanya apa artinya, sejenis api dari dalam kayu salib itu menembus badan Santo Fransiskus. la merasa sakit, sebagai terpaku pula pada kayu salib. Beberapa menit kemudian, pemandangan ajaib itu lenyap. Tetapi sakit itu tinggal. Fransiskus telah tertembus seperti Sang Penebus. Pada kakinya, pada tangannya, pada badannya, kelihatan lubang dalam dan berdarah. Selama hidup, Fransiskus mempunyai tanda salib itu.
Alangkah sakitnya! ... Alangkah sucinya Santo Fransiskus, yang patut menerima tanda luka Sang Penebus!
Barangkali kalian sudah pernah mendengar, bahwa Santo Fransiskus disebut “Pelindung Binatang”.
Kata orang lambangnya, “Akungilah binatangl”
Itu salah sangka, tetapi ada juga sebabnya.
Santo Fransiskus akung kepada Tuhan dan karena ia akung kepada segala makhluk. Berupa-rupa ceriteranya hal itu. Di antaranya salah satu cerita ini.
Dan pesuruh Raja Besar ini semasa mudanya beruang cukup. Ayah ibunya sangat kaya! Tokonya bagus lagi besar! Penduduk kota Assisi, serta dusun-dusun sekelilingnya semuanya menjadi langganan toko itu!
Oleh sebab itu, Fransiskus berpakaian yang indah-indah dan mahal-mahal.
“Seperti seorang bangsawan,” kata orang bila bertemu di jalan raya.
Pemuda-pemuda di kota Assisi senang melihat Fransiskus. Fransiskus tidak kikir, amat berguna diangkat teman olehnya!
Siang hari Fransiskus menolong ayahnya di toko yang laku itu! Tetapi waktu petang, bila toko ditutup, Fransiskus pesiar. Teman-temannya telah menanti. Ada yang bermain mandoline, ada yang bermain biola. Dan Fransiskus harus menyanyi. Fransiskus pandai sekali benyanyi. Ia bernyanyi bermacam-macam lagu, riang gembira! Sampai jauh tengah malam mereka berpesta dan Fransiskus yang membelikan makanan dan minuman yang lezat!
Pada suatu hari perang pecah. Musuh akan menyerang kota Assisi. Fransiskus bersama-sama teman-temannya mempertahankan kotanya. Tetapi ... tiada berhasil! Mereka tertawan, dikurung dalam bilik penjara kecil lagi gelap, setahun lamanya.
Tentu kalian berpikir, sekarang Fransiskus bersusah hati. O tidak, malah sebaliknya, Fransiskus masih bersuka hati. Sepanjang hari Fransiskus benyanyi sambil mengharap waktu ia bebas pula.
Teman-temannya marah dan berkata, “Heran aku, Fransiskus, kau masih suka bemyanyi!”
Tetapi Fransiskus tertawa dan meniawab, “Jangan putus asa, tuankul”
Sesudah bebas, Fransiskus berpesta pula seperti semula sampai perang berkobar lagi, dan Fransiskus turut berperangkan mencapai gelar “Ksatria.” Ya begitu kehendaknya. Dan begitu cita-cita ayahnya, tetapi tiada begitu Kehendak Tuhan.
Pada suatu malam Fransiskus bermimpi. Ajaib benar mimpinya! Fransiskus melihat sebuah bilik, luas sekali. Pada dindingnya tampak berupa-rupa perisai. Fransiskus sedang asyik melihat perisai itu.
Tiba-tiba terdengar suara, “Fransiskus kembali ke rumah! Mengapa engkau mengabdi pelayan? Bukankah Yang Empunya Tuhan?”
Fransiskus terjaga dan termenung. Keesokan harinya ia berangkat, pulang pula.
Penduduk kota Assisi amat heran! Demikian pula teman-temannya.
“Mengapa lekas sekali kembali, Fransiskus? Sudahkah mencapai gelar “Ksatria” kau? Takutkah engkau, tertawan lagi?”
Fransiskus tidak menjawab sepatah kata jua pun. Apa pula gunanyal Mereka tak akan mengerti. Fransiskus sendiri juga tidak mengerti, mimpi ajaib itul Lagipula, keadaannya berubah! Suara itu tak dapat dilupakannya. Fransiskus telah jemu berpesta. Uang yang dulu dipakainya untuk pesiar, sekarang diberikannya ker kepada yang miskin. Fransiskus, yang dulu gemar mengunjungi keramaian, sekarang mencari tempat sunyi supaya sempat berdoa. Lambat laun teman-temannya pergi.
“Aneh benar si Fransiskus itu!” kata mereka.
Dan Fransiskus, tidak mempedulikan hal itu, karena, suatu malam terdengar lagi suara ajaib itu!
Serunya, “Fransiskus, Fransiskus, jika engkau kasih padaKu, cobalah hidup miskin seperti Aku!”
Keesokan harinya Fransiskus tak mau lagi mengenakan pakaiannya yang indah-indah. Ia memakai baju serupa goni dan di pinggangnya, ialah tali yang diberi simpul. Fransiskus yang dulu memakai sepatunya yang bagus, digantinya oleh sandal yang amat murah harganya. Demikian Fransiskus yang tadinya kaya raya, mengembara.
Berjalan kaki ia pergi ke mana-mana, sambil mengajar tentang Yesus Kristus, yang mati pada kayu salib untuk menebus dosa kita. Teman-temannya, yang dulu mengerumuni sebagai semut, sekarang menertawakan! Kanak-kanak, yang tiada berpikir, melemparinya dengan batu. Ya, tiap-tiap hari Fransiskus dicaci maki tetap tetap sabar. Malahan, hatinya girang karena ia boleh menderita sengsara karena Kristus, Sang Penebus.
Ayahnya, Pietro Bernardone merasa dihinakan. Mula-mula Fransiskus dibujuk, kemudian dipaksa kembali ke rumah. Akhirnya, karena tidak berhasil ia amat sangat marah! Fransiskus disumpahinya. Pietro Bernardone tidak mau mengenal lagi anaknya.
Fransiskus berduka cita, tetapi apa boleh buatl Sudah terang baginya, begitu Kehendak Tuhan, yang telah memanggilnya.
Kalau Fransiskus lapar, ia mengemis sepotong roti dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Uang tidak mau diterimanya. Kalau haus, Fransiskus hanya minum air jernih saja. Tidak karena malas, lebih suka mengemis daripada bekerja! Fransiskus rajin bekerja sebagai tukang batu, memperbaiki gedung-gedung gereja yang rusak, dengan tidak minta upah.
Katanya, “Peluhku sudah kujual kepada Yang Mahamulia!”
Petang, waktu beristirahat, Fransiskus berdoa sampai jauh tengah malam.
Acap kali terdengar keluhnya, “Tuhanku, ya Kaulah kekayaanku!”
Atau di atas sebuah bukit ia berlutut, di bawah kayu salib lengkap dengan patung Sang Penebus.
Berulang-ulang ia menepuk dada, berbungkuk ke tanah sambil berseru, “Ah, Yang Terkasih tidak dikasihi!”
Tidak lama orang insyaf, bahwa Fransiskus itu bukan hendak menarik perhatian orang. Fransiskus itu terdorong sesuatu yang luar biasa. Tuhan sendiri menyuruhnya berbuat demikian, supaya manusia sadar. Sadar akan salahnya! Sadar akan sombongnyal Sadar, dan kembali akan mengabdi Tuhan!
Penduduk kota Assisi datang, mendengarkan khotbah Fransiskus. Pesuruh Raja Besar. Serempak mereka tertarik padanya. Bila Fransiskus bercerita tentang Tuhan di surga, tiada mata yang tinggal kering.
Dan Fransiskus terus berceritera tentang Tuhan yang menciptakan bunga-bunga yang indah-indah. Tentang berupa-rupa burng yang berkicau sepanjang hari, untuk berterima kasih. Berterima kasih kepada Tuhan yang Mahabaik! Akhirnya Fransiskus memohon supaya orang jangan berdosa lagi. Dan para pendengar berjanji. Mereka tak dapat menolak permintaan Fransiskus, Pesuruh Raja Besar! Ada juga yang ingin meniru Fransiskus! Hidup miskin, karena Sang Penebus.
Mereka, yang telah dicoba dan diterima Fransiskus, berbuat seperti Pesuruh Raja Besar.
Kekayaannya diberikan kepada para miskin, lalu mengenakan seragam biarawan Fransiskus. Sejenis baju panjang lagi longgar dibuat daripada goni. Ikat pinggangnya sepotong tali yang bersimpul. Demikian terjadi biara penganut Santo Fransiskus. Sekarang masih terkenal di mana-mana.
Makin lama, makin bertambah kesucian Fransiskus. Dan Tuhan akan menganugerahi kesetiaan abdinya. Fransiskus gemar sekali sembahyang pada malam hari. Acap kali waktu petang ia mendaki gunung Alverna akan berdoa.
Gunung Alverna itu curam, penuh ngarai dan tebing batu. Tiada pemandangan yang menyenangkan, melainkan mengerikan. Jarang seorang manusia datang ke gunung itu. Tetapi oleh karena itu juga, Fransiskus senang berdoa di tempat yang sunyi itu.
Pada suatu malam gelap gulita, sedang Fransiskus berlutut di batu keras, gunung Alverna guncang. Saat itu juga langit terbelah halilintar, yang seakan-akan turun ke puncak gunung Alverna. Fransiskus terkejut ... melihat ke atas, ... dan ... dalam terang halilintar itu tampak olehnya seorang Manusia terpaku pada kayu salib. Tampak sayap yang amat besar bersinar menutupi Badannya.
Sebelum Fransiskus dapat bertanya apa artinya, sejenis api dari dalam kayu salib itu menembus badan Santo Fransiskus. la merasa sakit, sebagai terpaku pula pada kayu salib. Beberapa menit kemudian, pemandangan ajaib itu lenyap. Tetapi sakit itu tinggal. Fransiskus telah tertembus seperti Sang Penebus. Pada kakinya, pada tangannya, pada badannya, kelihatan lubang dalam dan berdarah. Selama hidup, Fransiskus mempunyai tanda salib itu.
Alangkah sakitnya! ... Alangkah sucinya Santo Fransiskus, yang patut menerima tanda luka Sang Penebus!
Barangkali kalian sudah pernah mendengar, bahwa Santo Fransiskus disebut “Pelindung Binatang”.
Kata orang lambangnya, “Akungilah binatangl”
Itu salah sangka, tetapi ada juga sebabnya.
Santo Fransiskus akung kepada Tuhan dan karena ia akung kepada segala makhluk. Berupa-rupa ceriteranya hal itu. Di antaranya salah satu cerita ini.
http://sienaviena.multiply.com
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.