Ada seorang pemimpin yang suka bicara. Ia juga suka memerintah anak buahnya untuk melakukan hal-hal yang diinginkannya. Kalau ia sudah berkata, semua yang lain mesti mengikuti kata-katanya. Soalnya, ia sendiri tidak bisa melakukan apa yang diucapkannya.
Ia sering mangkir dari pekerjaan utamanya. Ia lebih suka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang disukainya. Kalau ia tidak suka berada di kantor, ia akan pergi untuk memancing di sungai. Atau ia akan bermain golf seharian penuh. Ia tidak peduli dengan pekerjaan utamanya.
Kondisi seperti ini sering membuat para pegawainya mengeluh. Mereka tidak begitu suka menyaksikan tingkah laku pimpinan mereka. Yang mereka kehendaki adalah seorang pimpinan yang setia melaksanakan tugas-tugas utamanya. Bukan hanya sekedar memerintahkan para pegawainya mengerjakan pekerjaan mereka. Mereka membutuhkan seorang pemimpin yang sungguh-sungguh menjadi panutan. Mereka butuh seorang pemimpin yang sungguh-sungguh memberikan teladan bagi mereka.
Akibat dari situasi seperti ini adalah pekerjaan para pegawai menjadi amburadul. Mereka bekerja sesukanya mereka. Kalau ada pimpinan, mereka akan melaksanakan tugas-tugas mereka dengan sungguh-sungguh. Namun kalau pimpinan lagi tidak ada di tempat, mereka ogah-ogahan dalam bekerja. Akibat lanjutnya adalah perusahaan bertumbuh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Lama-kelamaan perusahaan itu hancur berantakan. Perusahaan mengalami kebangkrutan.
Sahabat, dalam hidup ini tidak hanya kata-kata yang dibutuhkan. Yang juga sangat dibutuhkan adalah perbuatan nyata. Teladan menjadi penting dalam kehidupan bersama. Mengapa? Karena melalui teladan itu orang akan mengalami kesuksesan dalam hidupnya. Contoh itu menjadi sangat penting, karena contoh itu cerminan hidup manusia. Refleksi hidup yang nyata itu hadir dalam contoh dan teladan hidup.
Santo Yakobus mengaitkan contoh dan teladan itu dengan iman. Menurutnya, iman yang tidak disertai dengan perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Iman itu mesti menjadi hidup dalam perjalanan hidup manusia. Iman itu bukan hanya pengakuan yang ada di bibir saja.
Ia berkata, ”Apakah gunanya, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”
Iman itu sungguh-sungguh menjadi hidup ketika dilaksanakan dalam hidup ini. Mari kita mewujudnyatakan iman kita, agar Tuhan berkenan kepada kita. Dengan demikian, kita akan mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 20.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
533
Ia sering mangkir dari pekerjaan utamanya. Ia lebih suka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang disukainya. Kalau ia tidak suka berada di kantor, ia akan pergi untuk memancing di sungai. Atau ia akan bermain golf seharian penuh. Ia tidak peduli dengan pekerjaan utamanya.
Kondisi seperti ini sering membuat para pegawainya mengeluh. Mereka tidak begitu suka menyaksikan tingkah laku pimpinan mereka. Yang mereka kehendaki adalah seorang pimpinan yang setia melaksanakan tugas-tugas utamanya. Bukan hanya sekedar memerintahkan para pegawainya mengerjakan pekerjaan mereka. Mereka membutuhkan seorang pemimpin yang sungguh-sungguh menjadi panutan. Mereka butuh seorang pemimpin yang sungguh-sungguh memberikan teladan bagi mereka.
Akibat dari situasi seperti ini adalah pekerjaan para pegawai menjadi amburadul. Mereka bekerja sesukanya mereka. Kalau ada pimpinan, mereka akan melaksanakan tugas-tugas mereka dengan sungguh-sungguh. Namun kalau pimpinan lagi tidak ada di tempat, mereka ogah-ogahan dalam bekerja. Akibat lanjutnya adalah perusahaan bertumbuh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Lama-kelamaan perusahaan itu hancur berantakan. Perusahaan mengalami kebangkrutan.
Sahabat, dalam hidup ini tidak hanya kata-kata yang dibutuhkan. Yang juga sangat dibutuhkan adalah perbuatan nyata. Teladan menjadi penting dalam kehidupan bersama. Mengapa? Karena melalui teladan itu orang akan mengalami kesuksesan dalam hidupnya. Contoh itu menjadi sangat penting, karena contoh itu cerminan hidup manusia. Refleksi hidup yang nyata itu hadir dalam contoh dan teladan hidup.
Santo Yakobus mengaitkan contoh dan teladan itu dengan iman. Menurutnya, iman yang tidak disertai dengan perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Iman itu mesti menjadi hidup dalam perjalanan hidup manusia. Iman itu bukan hanya pengakuan yang ada di bibir saja.
Ia berkata, ”Apakah gunanya, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”
Iman itu sungguh-sungguh menjadi hidup ketika dilaksanakan dalam hidup ini. Mari kita mewujudnyatakan iman kita, agar Tuhan berkenan kepada kita. Dengan demikian, kita akan mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 20.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
533
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.