Ada dua orang yang lahir kembar. Sejak kecil mereka selalu bertengkar. Bahkan menurut pengakuan ibu mereka, keduanya sudah berkelahi sejak berada dalam kandungan. Ibu mereka merasakan hal itu di kala keduanya saling menendang. Karena itu, ketika bertumbuh pun mereka selalu bertengkar bahkan berkelahi. Tidak ada yang mau kalah. Keduanya bersaing untuk menang.
Suatu hari anak yang lahir kemudian sedang memasak makanan yang sangat enak. Tiba-tiba kakaknya datang. Ia ingin mencicipi makanan itu. Namun sang adik tidak mau memberikannya, kalau sang kakak tidak mau menyerahkan hak anak sulung kepadanya. Setelah bertengkar beberapa saat, sang kakak mengalah. Ia rela menyerahkan hak kesulungannya kepada adiknya. Ia boleh mencicip bahkan boleh menghabiskan satu piring makanan tersebut.
Bagi sang adik, ia boleh berbangga karena semua hak atas warisan akan jatuh ke tangannya. Tidak hanya itu. Ia punya hak atas diri kakaknya yang lahir beberapa menit setelah dirinya. Hak kesulungan itu ia gunakan sebaik-baiknya untuk kemajuan dirinya. Hak kesulungan itu ia pakai sedemikian rupa untuk kemajuan dirinya. Sedang sang kakak? Ia kemudian menyadari dirinya. Ia telah menjual hak kesulungannya dengan sepiring makanan yang enak. Begitu bodohnya ia. Begitu lemahnya dia. Ia merelakan hak kesulungan yang begitu berharga hanya demi sepiring makanan enak.
Sahabat, banyak orang merelakan hal-hal yang sangat bernilai dan berharga untuk hal-hal yang sepele. Banyak orang berani meninggalkan budayanya yang begitu bernilai tinggi hanya untuk menggapai sesuatu yang bernilai rendah. Banyak orang menjual harga dirinya dengan segepok uang panas. Korupsi yang marak terjadi di negeri ini menjadi salah satu contoh. Orang tega menjual harga dirinya untuk mendapatkan kekayaan dan kesejahteraan dalam waktu yang singkat. Benarkah hal yang demikian?
Tentu saja orang yang beriman teguh akan menentang tindakan seperti ini. Orang yang beriman teguh akan memelihara dan memperjuangkan harga dirinya. Ia tidak tergoda oleh berbagai bujuk rayu yang mengenakkan dirinya hanya untuk sesaat itu. Orang beriman mesti lebih bertahan dalam kejujuran daripada mengorbankan sesuatu yang sangat berharga untuk kepentingan sesaat.
Melalui kisah tadi kita diajak untk senantiasa memelihara, menjaga dan menumbuhkembangkan hal-hal yang baik untuk kehidupan kita. Untuk itu, dibutuhkan suatu ketahanan diri. Dibutuhkan suatu konsistensi dalam hidup ini untuk bertahan terhadap godaan-godaan. Mari kita terus-menerus memperjuangkan hal-hal yang berharga dalam hidup kita. Nilai-nilai yang kita miliki tidak dapat dijual dengan materi. Hal-hal berharga yang kita miliki tidak bisa ditukar dengan hal-hal instan yang sering menyesatkan hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 20.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
532
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.