Tidak ada satu pun orang yang ingin mengalami penyakit gagal ginjal. Tapi jika suatu saat Anda divonis secara mendadak menderita penyakit sistem pengolahan limbah tubuh ini, hanya ada dua pilihan solusi. Cuci darah seumur hidup atau cangkok ginjal.
Seorang bernama Afaf Susilawati mengaku sangat senang dan bahagia memberikan satu ginjalnya bagi sang adik tercinta, Huda Rosdiana Biarawati. Ia tidak berpikir dua kali. Padahal keputusannya itu membuat ia harus hidup dengan satu ginjal saja. Tentu saja hal ini sangat beresiko terhadap hidupnya ke depan.
Dengan ginjal pemberian sang kakak itu, akhirnya Huda Rosdiana menjalani transplantasi ginjal dari Afaf pada 2001 silam. Huda divonis mengalami komplikasi ginjal saat berusia 19 tahun. Untungnya Huda hidup di tengah keluarga yang saling menyayangi sepenuhnya. Seluruh kakak bahkan ibunya sampai harus “berebut” untuk mendonorkan ginjal mereka.
Namun tanpa disadari yang lain, Afaf secara diam-diam langsung melakukan pemeriksaan ke dokter. Setelah pemeriksaan, dokter memutuskan ginjal Afaf yang akan dicangkokkan ke Huda tanpa bisa dicegah yang lainnya.
Huda akhirnya sukses menjalani cangkok ginjal. Namun ia hanya mampu bertahan selama 6 tahun saja. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada 2007 lalu. Hal itu terjadi setelah perjuangan kerasnya melawan virus yang menyerang ginjal barunya.
Sahabat, kadang-kadang orang mesti berani memutuskan untuk melakukan sesuatu yang beresiko atas hidupnya untuk keselamatan orang lain. Tentu saja keputusan seperti ini mesti dilandasi oleh semangat cinta dan kepedulian terhadap kehidupan. Dua hal ini mesti selalu menjadi landasan berpikir, ketika orang ingin melakukan sesuatu bagi kebaikan sesamanya.
Kisah di atas mengatakan kepada kita bahwa kehidupan itu memiliki nilai dan makna yang sangat penting. Manusia mesti saling mendukung dalam memperjuangkan kehidupan ini. Tujuannya untuk menciptakan suatu dunia yang lebih baik dan damai. Kasih sayang yang ditunjukkan dengan mengorbankan salah satu organ tubuh yang sangat penting itu merupakan buktinya.
Cinta kasih dan kepedulian terhadap kehidupan mewujud dalam pengorbanan diri dalam kehidupan bersama. Dalam situasi seperti ini, orang menyadari bahwa ia hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri. Ia hidup juga untuk kebahagiaan sesama. Ia hidup untuk memperjuangkan kehidupan banyak orang. Karena itu, korban yang ia lakukan memiliki nilai dan makna yang tinggi pula.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa memberikan hidup kita bagi kebahagiaan sesama. Korban yang kita lakukan itu membantu sesama kita untuk menjalani hidup ini dalam suasana yang damai dan sukacita. Dengan demikian, hidup ini menjadi lebih berguna bagi kehidupan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
697
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.