Banyak orang mengenal nama Pepeng. Ia seorang presenter kondang di salah satu stasiun televisi. Namun beberapa tahun terakhir ini ia hilang dari peredaran. Ia mengalami sakit yang luar biasa pada tubuhnya. Ia terpaksa tinggal di rumah. Penyakit yang dideritanya adalah penyakit langka bernama multiple schlerosis (MS). Belum ditemukan obat penyembuh untuk penyakit ini.
Penyakit tersebut membuat sekujur tubuh Pepeng sakit. Sedikit saja ia bergerak, ia akan mengalami kesakitan yang luar biasa. Namun Pepeng dapat diacungi jempol. Soalnya adalah ia ingin berdamai dengan penyakitnya. Tentang penyakit yang dideritanya, ia berkata, “Saya berusaha berdamai dengan penyakit saya.”
Pepeng mengaku, rasa nyeri yang menyerang sekujur tubuhnya dalam setiap helaan nafasnya itu, dia kendalikan dengan kesadaran penuh. Dengan penuh semangat, ia berkata, “Saya yang mengambil alih pimpinan. Bukan penyakit saya.”
Pepeng tegar menghadapi penderitaannya. Hebatnya lagi, dalam kondisi seperti itu, Pepeng tetap menyelesaikan kuliah psikologinya untuk meraih gelar S2. Di sela-sela waktunya ia juga masih menyempatkan diri untuk menulis. Termasuk merintis pembentukan komunitas penyandang MS. Komunitas yang dibentuk agar sesama penyandang MS bisa saling memberi info mutakhir tentang penyakit tersebut dan juga saling menguatkan.
Tentang ketegaran dirinya untuk tetap hidup, ia berkata, “Saya pantang mati sebelum ajal.”
Sahabat, kisah Pepeng menyadarkan kita semua tentang makna kehidupan. Kehidupan itu mesti tetap diperjuangkan hingga nafas terakhir. Dalam istilah Pepeng adalah pantang mati sebelum ajal. Orang diajak untuk tidak putus asa menghadapi penderitaan. Orang boleh saja mengalami penderitaan karena penyakit, tetapi orang mesti tetap bertahan sambil mencari cara-cara untuk mengobatinya.
Karena itu, tidak ada jalan pintas untuk mengakhiri hidup ini. Mengakhiri hidup dengan jalan pintas itu menunjukkan ketidakmampuan manusia untuk mengolah hidupnya. Memang, mesti diakui bahwa tidak semua orang mampu menghadapi kondisi sakit seperti yang dialami Pepeng. Namun Pepeng telah menunjukkan kepada kita bahwa ia masih memiliki semangat hidup. Ia masih punya kesempatann untuk menyelesaikan perjalanan panjang hidupnya dengan baik.
Untuk itu, dukungan dari sesama dan orang-orang di sekitar kita sangat dibutuhkan oleh mereka yang sedang sakit. Mereka butuh untuk disapa. Mereka butuh kata-kata peneguhan dari kita. Dengan cara itu, orang-orang yang sedang mengalami penderitaan dapat menjalani hari-hari hidup mereka dengan lebih menyenangkan.
Sebagai orang beriman, ketegaran kita dalam menghadapi penyakit menjadi cerminan iman kita kepada Tuhan. Orang yang gampang putus asa dalam menghadapi penyakitnya adalah orang yang kurang punya iman kepada Tuhan. Mari kita tingkatkan keberimanan kita dengan memiliki ketegaran dalam menghadapi berbagai situasi hidup yang sulit. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
701
1 komentar:
Inspirasi luar biasa...:)
Terima kasih.
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.