Pages

22 Juli 2009

Mengutamakan Kelemahlembutan


Seorang guru bijak selalu mengajarkan kepada murid-muridnya untuk selalu menggunakan kelemahlembutan. Kekerasan sama sekali tidak boleh digunakan, bahkan terhadap musuh sekalipun. Menurut guru itu, setiap bentuk kekerasan hanya mendatangkan luka yang tak tersembuhkan.

Terhadap pengajarannya ini, salah seorang muridnya protes. Dia berkata, “Bahkan ketika orang itu mengancam hidup kita?”

Guru itu menjawab, “Benar. Berikanlah hidupmu tanpa kekerasan kalau orang meminta.”

Murid itu bertanya, “Juga kepada mereka yang jahat pada kita?”

Dengan singkat guru bijak itu menjawab, “Ya.”

Para muridnya menjadi bingung dan jengkel dengan ajaran guru bijak ini. Sementara mereka mendiskusikan pengajaran guru mereka, pondok mereka diserang dan dibakar oleh musuh. Mereka kalang kabut. Beberapa murid tewas tertikam pedang dan terpanggang.

Ketika penyerang takut dan lari terbirit-birit, karena yang diserang tidak melawan, guru bijak itu berkata kepada yang masih hidup, “Betapa jauh lebuh porak poranda dan makan banyak korban kalau kita angkat senjata.”

Bagi mereka yang mengandalkan balas dendam, pandangan guru bijak ini tentu sangat bodoh. Bagi orang seperti ini, lebih baik yang jahat dibalas dengan kejahatan. Namun yang ditunjukkan oleh guru bijak dalam kisah di atas justru suatu tindakan tanpa kekerasan ketika menghadapi kekerasan.

Dalam hidup kita sehari-hari terjadi banyak kekerasan. Ada kekerasan dalam rumah tangga di mana suami menganiaya istri. Atau ibu menganiaya anak-anak atau pembantu. Ada kekerasan yang dilakukan oleh para preman yang memaksa penduduk untuk menyerahkan milik kepunyaan mereka. Kekerasan itu sering terjadi ketika kebutuhan hidup manusia tidak terpenuhi. Orang mudah melakukan kekerasan terhadap sesamanya.

Sebagai orang beriman, apa yang mesti kita lakukan? Bagi kita, kita mesti mengandalkan kelemahlembutan dalam hidup ini. Kekerasan tidak akan menyelesaikan persoalan. Justru kekerasan akan menimbulkan persoalan-persoalan baru. Banyak korban akan berjatuhan, kalau kita membalas kekerasan dengan kekerasan.

Dalam pengajaran-Nya, Yesus mengajak murid-muridNya untuk tidak membalas kekerasan dengan kekerasan. Tetapi ia menjauhkan hukum balas dendam. Tidak boleh lagi dilaksanakan hukum mata ganti mata, gigi ganti gigi. Orang beriman mesti mengandalkan kasih dalam hidupnya. Kasih mesti menjadi hal yang utama dalam hidup manusia.

Mari kita berusaha untuk selalu hidup dalam suasana kasih. Dengan demikian kita dijauhkan dari tindakan kekerasan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB. (96)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.