Suatu hari, seorang pemuda datang ke sebuah tempat ibadat. Dalam suasana hening, ia berkeluh kesah, “Kami sedang ribut, Tuhan. Mereka menuduh kami kafir, anak setan. Kami marah. Maka kami bakar rumah ibadat mereka.”
Ia pun terdiam beberapa saat. Merasa tidak puas, ia berkata lagi, “Kami tersinggung, karena agama kami dilecehkan, dihina dan dinodai. Tidakkah Engkau juga marah? Kami marah. Kami membela kesucian-Mu.”
Tidak lama kemudian datang pula seorang pemuda lain menghadap Tuhan yang sama. Ia berdoa dengan lantang, “Tuhan, bantulah kami. Rumah kami dibakar, tempat suciMu diinjak-injak musuh. Kini kami telah siapkan sejumlah pedang untuk membela kebenaranMu. Beri aku berkat-Mu.” Tidak lama kemudian, ia ngeluyur keluar tempat ibadat itu.
Baru keluar dari halaman tempat ibadat itu, bertemulah dua pemuda yang saling berseteru itu. Tanpa tegur sapa, mereka saling pasang kuda-kuda dengan senjata masing-masing.
Untunglah seorang ulama penjaga tempat ibadat itu lewat. Begitu melihat kedua pemuda yang siap saling bunuh, ia melepas bajunya dan melemparkannya tepat di tengah antara kedua pemuda yang berseteru itu.
Kaget dengan ulah aneh ulama itu, kedua pemuda itu pun beralih perhatian menatap tajam ulama tua yang mendekat. Ulama itu dengan suara keras berkata sambil menunjuk dengan telunjuknya, “Agama hanyalah baju. Tuhan begitu mencintai kau dan kau.”
Sering orang kurang menyadari prinsip hidup yang dipegangnya. Kita juga menyaksikan orang bertikai atas nama Tuhan. Di jaman dulu hal seperti ini sering terjadi. Padahal Tuhan kita itu satu dan sama. Tuhan yang sama itu menciptakan manusia dengan kemampuan dan kelemahannya. Orang sering lupa bahwa dalam hidup ini orang mesti saling memperhatikan. Orang mesti selalu menyadari bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Di hadapan Tuhan, kita ini sama. Tuhan mengasihi kita semua tanpa memandang seseorang dari suku atau agama mana.
Bagi Tuhan, perbuatan baiklah yang menjadi tolok ukur seseorang yang sungguh-sungguh beriman kepadaNya. Orang yang mengatakan dirinya taat beragama, tetapi dalam hidup tidak menampilkan perbuatan-perbuatan baik, orang itu sama sekali kurang beriman.
Karena itu, kasih dan kesetiaan kepada Tuhan itu mesti ditunjukkan dengan kasih dan kesetiaan kepada sesama. Tuhan itu hadir dalam diri sesama yang kita jumpai sehari-hari. Dengan mengasihi mereka berarti kita mengasihi Tuhan yang telah menciptakan dan mengasihi mereka.
Sebagai orang beriman, kita ingin agar kasih dan kesetiaan Tuhan itu senantiasa berbuah dalam hidup yang nyata. Orang yang berbeda iman itu bukanlah musuh. Tetapi sesama yang di dalam dirinya juga hadir Tuhan. Mari kita meningkatkan kasih dan kesetiaan kita kepada Tuhan dan sesama. Dengan demikian, hidup beriman kita menjadi semakin bermutu. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.(105)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.