Pages

31 Juli 2009

Menolong Sesama dengan Ikhlas



Adalah seorang anak yang kikir. Ketika ayahnya meninggal, dia segera meminta seorang ulama untuk membacakan doa untuk ayahnya. Namun, kuatir kalau harus memberi upah besar, ia selalu bertanya berapa rupiah harus memberi.

Ulama itu berkata kepada anak itu, “Biaya untuk membacakan doa ialah sepuluh ons perak.”

Anak itu terkejut dan berseru, “Sepuluh ons perak? Itu terlalu mahal. Bagaimana kalau diberi potongan dua ons, sehingga saya membayar delapan ons perak?”

Ulama itu setuju. Maka mulailah ia berdoa “Tuhan yang mahapengasih dan mahapenyayang, kami mohon limpahkanlah semua jasa kebajikan-Mu kepada orang yang meninggal dunia ini sehingga ia bisa tiba di alam baka.”

Mendengar itu si anak memprotes, “Tuan, yang pernah saya dengar adalah orang-orang pergi ke surga setelah mati. Saya tidak pernah mendengar alam baka.”

Dengan enteng, ulama itu menjawab, “Diperlukan dua puluh ons perak untuk mengantar ayah Anda pergi ke surga.”

Ulama itu menjelaskan, “Jasa kebajikan yang didapatkan dari melakukan suatu perbuatan baik bergantung pada tekad pelakunya dan kebajikan dari penerimanya.”

Sering orang merasa bahwa mereka bisa membayar Tuhan dengan doa-doanya. Karena itu, mereka mau bayar apa saja untuk mendapatkan kesuksesan dalam hidup. Tentu saja hal ini menunjukkan suatu iman yang kurang mendalam kepada Tuhan. Orang hanya beriman di permukaan saja. Orang kurang menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup manusia itu gratis. Tuhan tidak pernah menuntut apa-apa dari manusia. Justru Tuhan senantiasa memberikan rahmatNya kepada manusia.

Karena itu, orang mesti mengubah gambaran pandangnya tentang Tuhan yang mahabaik dan mahapenyayang itu. Kasih setia Tuhan selalu hadir dalam hidup manusia. Kasih Tuhan itu tetap menyertai manusia sampai akhir hidupnya. Untuk itu, dibutuhkan suatu keterbukaan hati yang mendalam kepada Tuhan.

Keterbukaan hati itu menunjukkan bahwa orang tidak merasa rugi ketika melepaskan sesuatu untuk berbuat baik bagi sesamanya. Justru orang merasa beruntung dapat melakukan suatu perbuatan baik bagi sesamanya. Kita butuh semangat untuk memberi apa yang kita miliki dengan tidak banyak pertimbangan. Kita tidak menyesal berbuat baik bagi sesama.

Sebagai orang beriman, kita dipanggil untuk senantiasa memberi kepedulian terhadap sesama di sekitar kita. Itulah panggilan iman seorang yang beriman kepada Tuhan. Sama seperti Tuhan yang diimani, kita mau memberi sesama yang membutuhkan bantuan dengan tidak terlalu banyak pertimbangan. Kita mesti merasa bersyukur bahwa kita dapat memberi sesuatu kepada sesama. Mari kita pupuk dan tingkatkan semangat memberi sesama dengan tidak bersungut-sungut. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB. (108)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.