Anda punya kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik? Apa yang akan Anda lakukan untuk memiliki hidup yang lebih baik?
Ada seorang gadis ingin mengubah tingkah lakunya. Menurutnya, ia punya tingkah laku yang tidak baik di hadapan sesamanya. Misalnya, ia suka memaksakan kehendaknya kepada teman-temannya. Kalau ia mau meraih keinginannya, ia ingin teman-temannya membantunya. Padahal sering teman-temannya itu tidak bisa melakukannya. Ia ingin menjadi orang yang punya sahabat-sahabat yang baik.
Suatu hari ia mendatangi seorang bijaksana. Ia menceritakan situasi hidupnya. Lantas ia juga mengatakan kepada orang bijaksana itu bahwa ia ingin berubah. Soalnya adalah kehendak dirinya itu sering lebih kuat daripada keinginannya untuk berubah. Ia sudah berusaha, namun selalu saja ada aral yang melintang.
Orang bijaksana itu mengatakan bahwa yang ia butuhkan adalah introspeksi diri. Ia mesti melihat ke dalam dirinya sendiri tentang keberadaan sesamanya dalam hidupnya. Ia berkata, “Kehadiran sesama kita bukan hanya untuk diri kita sendiri. Kehadiran sesama itu sebagai wujud kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Jadi janganlah kita memaksakan kehendak kita kepada orang lain.”
Lantas orang bijaksana itu meminta gadis itu untuk menumbuhkan komitmen dalam dirinya untuk rela berubah. Hal ini membutuhkan korban dari dirinya sendiri. Ia mesti berusaha terus-menerus. Ia tidak boleh berhenti, karena berubah berarti memiliki hidup baru. Hidup yang sungguh-sungguh menghargai kehadiran sesama.
Sahabat, sering kita mengalami hidup yang biasa-biasa saja. Kita sering kurang bergairah dalam menjalani hidup ini. Ibaratnya ada angin ribut yang sedang menerpa rumah kita, namun kita merasa tidak terjadi apa-apa. Kita merasa bahwa hidup biasa-biasa saja sudah cukup.
Kisah tadi mau mengingatkan kita bahwa kita punya kesempatan untuk berubah dalam hidup ini. Kita bisa menjadi orang yang lebih baik daripada sebelumnya. Gadis itu tidak takut untuk berubah. Ia ingin memiliki hidup yang lebih baik lagi. Ia tidak ingin kehilangan sahabat-sahabatnya. Ia ingin membangun komitmen untuk berubah.
Memang, tidak mudah seseorang yang telah menghidupi kebiasaan yang jelek bertahun-tahun untuk berubah. Seseorang yang punya kebiasaan menipu sesamanya sulit melepaskan diri dari kebiasaannya. Ada saja cara-cara untuk menipu sesamanya. Namun kalau ia mau mengadakan introspeksi diri, kiranya ia akan mampu meninggalkan kebiasaan buruknya itu.
Introspeski berarti kita menilai kembali kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam hidup kita. Apakah kebiasaan-kebiasaan itu mengganggu kehidupan bersama? Apakah kebiasaan-kebiasaan itu menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk maju dalam hidup ini?
Introspeksi juga berarti kita mengadakan evaluasi terhadap diri kita sendiri. Kita mesti menyadari bahwa kita bukanlah malaikat yang tak bercacat. Kita adalah manusia yang memiliki keterbatasan dan kekurangan-kekurangan. Karena itu, kita mesti berani mengevaluasi diri kita. Hanya dengan cara ini, kita mampu menjadi orang yang lebih baik lagi. Dengan demikian, kita akan mengalami hidup yang damai dan sukacita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
841
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.