Anda merasa kurang dipercaya oleh Tuhan untuk mengerjakan hal-hal besar dalam hidup ini? Mengapa? Tentu saja ada banyak alasan.
Seorang karyawan sebuah perusahaan merasa bangga terhadap pimpinan perusahaannya. Pasalnya, ia merasa selalu mendapatkan perhatian melebihi karyawan-karyawati yang lain. Apa saja yang dia butuhkan untuk kemajuan perusahaan selalu dipenuhi oleh pimpinan perusahaan itu. Alasan-alasannya selalu masuk akal.
Namun suatu ketika ia ketahuan menggunakan dana yang ia minta dari pimpinan bukan untuk kepentingan perusahaan. Ia gunakan dana itu untuk dirinya sendiri. Ia mentraktir teman-temannya. Ia berfoya-foya dengan teman-temannya. Padahal dana itu sangat penting untuk ekspansi perusahaan. Akibatnya, perusahaan mengalami kerugian yang sangat besar.
Karyawan itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia mengakui kesalahannya. Namun pemimpin perusahaan mesti menegakkan keadilan. Karyawan itu mesti mengganti dana yang telah ia gunakan. Akibat lanjutnya, karyawan itu tidak lagi menduduki posisi penting dalam perusahaan itu. Ia tidak dipercaya lagi menangani ekspansi perusahaan atau pengembangan perusahaan.
Sahabat, kepercayaan yang diberikan mesti dipertanggungjawabkan melalui kinerja yang jujur dan bersih. Tampaknya dua hal ini bukan hal yang mudah. Banyak orang kurang punya ketahanan mental saat menghadapi godaan-godaan. Mereka mudah tergiur oleh hidup yang enak dan menyenangkan, meski hanya sesaat. Mereka gampang terjerumus ke dalam perbuatan yang tercela.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa orang yang dipercaya akan mendapatkan kebaikan dalam hidup. Bukan hanya ketika ia berhasil lalu mendapatkan bonus. Tetapi lebih-lebih tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan itu menjadi bukti kesetiaan kepada yang memberi kepercayaan itu. Karyawan itu tidak punya ketahanan dalam mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Akibatnya, ia jatuh ke dalam godaan. Ia kurang setia. Ia merasa sepele terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Seorang guru bijaksana mengatakan bahwa orang tidak bisa dipercaya dalam hal-hal besar, kalau ia tidak mampu melaksanakan hal-hal kecil. Langkah besar dicapai setelah orang mengayunkan langkah pertama. Langkah pertama itu tampak kecil dan sederhana. Namun langkah pertama itu sangat menentukan ke mana arah langkah-langkah selanjutnya.
Orang beriman diajak untuk tetap setia dalam melakukan hal-hal yang berguna bagi hidupnya dan sesama. Untuk itu, dibutuhkan ketahanan mental saat menghadapi godaan-godaan. Sekecil apa pun godaan itu mesti dihadapi dengan hati yangg tenang. Mengapa? Karena orang mesti mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Ketika kita setia dalam melakukan hal-hal kecil, kita akan dipercaya untuk melakukan hal-hal besar. Mari kita tetap setia dalam melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepada kita. Dengan demikian, kita dapat menemukan damai dalam hidup bersama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
839
Seorang karyawan sebuah perusahaan merasa bangga terhadap pimpinan perusahaannya. Pasalnya, ia merasa selalu mendapatkan perhatian melebihi karyawan-karyawati yang lain. Apa saja yang dia butuhkan untuk kemajuan perusahaan selalu dipenuhi oleh pimpinan perusahaan itu. Alasan-alasannya selalu masuk akal.
Namun suatu ketika ia ketahuan menggunakan dana yang ia minta dari pimpinan bukan untuk kepentingan perusahaan. Ia gunakan dana itu untuk dirinya sendiri. Ia mentraktir teman-temannya. Ia berfoya-foya dengan teman-temannya. Padahal dana itu sangat penting untuk ekspansi perusahaan. Akibatnya, perusahaan mengalami kerugian yang sangat besar.
Karyawan itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia mengakui kesalahannya. Namun pemimpin perusahaan mesti menegakkan keadilan. Karyawan itu mesti mengganti dana yang telah ia gunakan. Akibat lanjutnya, karyawan itu tidak lagi menduduki posisi penting dalam perusahaan itu. Ia tidak dipercaya lagi menangani ekspansi perusahaan atau pengembangan perusahaan.
Sahabat, kepercayaan yang diberikan mesti dipertanggungjawabkan melalui kinerja yang jujur dan bersih. Tampaknya dua hal ini bukan hal yang mudah. Banyak orang kurang punya ketahanan mental saat menghadapi godaan-godaan. Mereka mudah tergiur oleh hidup yang enak dan menyenangkan, meski hanya sesaat. Mereka gampang terjerumus ke dalam perbuatan yang tercela.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa orang yang dipercaya akan mendapatkan kebaikan dalam hidup. Bukan hanya ketika ia berhasil lalu mendapatkan bonus. Tetapi lebih-lebih tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan itu menjadi bukti kesetiaan kepada yang memberi kepercayaan itu. Karyawan itu tidak punya ketahanan dalam mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Akibatnya, ia jatuh ke dalam godaan. Ia kurang setia. Ia merasa sepele terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Seorang guru bijaksana mengatakan bahwa orang tidak bisa dipercaya dalam hal-hal besar, kalau ia tidak mampu melaksanakan hal-hal kecil. Langkah besar dicapai setelah orang mengayunkan langkah pertama. Langkah pertama itu tampak kecil dan sederhana. Namun langkah pertama itu sangat menentukan ke mana arah langkah-langkah selanjutnya.
Orang beriman diajak untuk tetap setia dalam melakukan hal-hal yang berguna bagi hidupnya dan sesama. Untuk itu, dibutuhkan ketahanan mental saat menghadapi godaan-godaan. Sekecil apa pun godaan itu mesti dihadapi dengan hati yangg tenang. Mengapa? Karena orang mesti mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Ketika kita setia dalam melakukan hal-hal kecil, kita akan dipercaya untuk melakukan hal-hal besar. Mari kita tetap setia dalam melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepada kita. Dengan demikian, kita dapat menemukan damai dalam hidup bersama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
839
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.