Apakah Anda pernah kesasar? Saya rasa semua orang pernah kesasar. Ada seorang teman saya yang sering kesasar. Padahal ia sudah berkali-kali lewat jalan yang sama. Bahkan pulang ke rumah pun beberapa kali ia nyasar. Akibatnya, banyak waktu ia buang untuk mencari jalan yang benar.
Ketika ditanya alasannya, teman saya ini selalu mengatakan bahwa ia lupa jalan. Pengalaman lupa itu sering menyengsarakan dirinya. Ia sering cemas ketika mengadakan suatu perjalanan. Kalau sampai ia nyasar lagi, ia merasa sakit hati. Ia memarahi dirinya sendiri. Ia kesal terhadap dirinya.
Karena seringnya nyasar, teman saya itu membeli peta kota-kota di Indonesia. Ia berusaha untuk mempelajarinya. Ia berusaha untuk menghafal jalan-jalan di kota-kota tersebut. Di dalam kendaraannya, ia memiliki berbagai peta. Menurutnya, dengan cara itu ia dapat mengatasi kebiasaan nyasarnya itu. Hebatnya, ia berhasil. Ia tidak perlu menghabiskan banyak waktu lagi untuk mencapai tujuan.
Tentang keberhasilannya ini, ia berkata, ”Saya berusaha menghafal jalan-jalan dan alamat-alamat. Tetapi saya tidak hanya lihat peta. Saya juga berusaha untuk menandai tempat-tempat yang saya lewati itu.”
Sahabat, kita hidup dalam dunia yang sering tidak punya arah yang pasti. Kita jadi bingung. Kita harus memutuskan untuk memilih arah hidup kita, agar kita tidak nyasar ke arah yang salah. Kita tidak ingin sesat dalam hidup kita. Kita tidak ingin hidup ini berakhir sia-sia.
Karena itu, kita mesti mengatur cara hidup kita. Kita tidak bisa hidup seenaknya saja. Orang yang hidupnya tidak teratur biasanya tidak punya tujuan hidup yang terarah. Orang seperti ini biasanya plin-plan. Sebaliknya, hidup yang teratur akan membantu hidup kita menjadi lebih baik.
Dalam salah satu pengajaran-Nya, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah jalan, kebenaran dan kehidupan. Bagi orang yang beriman kepada Yesus, Yesus adalah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan abadi. Tidak ada jalan lain. Melalui Yesus itu manusia beriman melintasi perjalanannya di dunia ini menuju keselamatan yang abadi.
Yesus tidak hanya memberikan pernyataan bahwa dirinya jalan, kebenaran dan kehidupan. Ia sendiri rela mengorbankan hidupnya bagi manusia. Ia sendiri wafat di kayu salib untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Ia mengajarkan kebenaran kepada manusia. Kebenaran itu ialah bahwa Tuhan senantiasa mengasihi manusia. Tuhan tidak pernah meninggalkan manusia berjuang sendiri di dunia ini. Untuk itu, manusia mesti selalu mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Hanya dengan cara demikian, manusia tidak akan mengalami salah jalan. Manusia akan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya, kalau tetap berpegang teguh pada Tuhan.
Tuhan, bantulah kami untuk senantiasa berpegang teguh pada iman kami akan Dikau. Dengan demikian, kami mengalami kasih setia-Mu. Kami tidak perlu salah jalan untuk mengalami damai dan sukacita di dalam Engkau. Amin. **
Frans de Sales, SCJ
798
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.