Pages

05 Maret 2010

Ketika Kita Berani Ubah Diri



Seorang mistikus yang sudah lanjut usia pernah mengatakan tentang dirinya, begini, “Ketika masih muda saya seorang revolusioner dan doaku pada Tuhan adalah Tuhan berilah saya kekuatan untuk mengubah dunia. Ketika saya mencapai usia tengahan dan menyadari bahwa hidup saya sudah setengah lewat tanpa mengubah seorang pun, saya mengubah doa saya sebagai berikut, ‘Tuhan berikan aku rahmat untuk mengubah semua orang yang berkontak dengan saya, anggota keluargaku dan teman-temanku; itu sudah cukup. Sekarang umur saya sudah tua dan hari-hariku sudah dapat dihitung. Saya mulai menyadari betapa bodoh saya. Sekarang saya berdoa sebagai berikut, ‘Tuhan, berikan aku rahmat untuk mengubah diriku sendiri.’ Jika saya berdoa seperti ini sejak awal, saya tentu tidak menyia-nyiakan hidupku.”

Mampukah kita mengubah dunia yang semakin tidak karuan ini? Bayangkan, kini begitu banyak generasi muda yang jatuh ke dalam ketergantuan obat-obat terlarang. Free sex terjadi di mana-mana. Perselingkungan sudah menjadi kisah biasa dalam hidup sehari-hari.

Korupsi bukan hal yang baru lagi. Kurang gizi dan busung lapar masih saja terjadi di banyak tempat di negeri ini. Belum lagi bencana alam yang tiada henti melanda negeri dengan ribuan pulau yang indah-indah. Lalu apa yang mau kita ubah? Jangan-jangan kita yang terperosok ke dalam berbagai bentuk kejahatan yang ada. Jadi apakah kita mesti menyerah terhadap berbagai hal negatif yang ada di negeri kita ini?

Sebagai orang beriman, tentu kita tidak akan dan tidak mau menyerah begitu saja terhadap berbagai kebobrokan yang kita jumpai. Orang beriman itu dipanggil untuk memperbaiki keadaan masyarakatnya yang rusak. Soalnya bagaimana? Mau berjuang dari mana?

Nah, dalam doa sang mistikus itu kita dapat belajar bahwa mengubah dunia itu dilakukan dari dalam diri kita. Kita mau mengubah diri kita sendiri. Dengan demikian, dengan sendirinya dunia ini dapat berubah. Kalau setiap dari kita mulai mengubah sikap-sikap kita yang tidak terpuji, lama-lama dunia ini akan menjadi suatu tempat yang aman dan damai untuk kehidupan manusia.

Ambil saja contoh, setiap dari kita mau tepat waktu. Kita mau masuk kerja di kantor atau tempat kerja tepat waktu. Ini mau kita lakukan setiap hari. Kita mau konsisten dengan komitmen yang kita buat ini. Tetapi ini mesti dilakukan dari kesadaran setiap pribadi. Kiranya dalam waktu singkat banyak pekerjaan kita tidak terbengkalai. Pelayanan kita bagi sesama juga tidak akan tertunda-tunda.

Atau contoh lain, setiap dari kita mau membuang sampai pada tempat yang sudah disediakan. Kalau dalam perjalanan di kota kita tidak menemukan tempat sampah, kita mau bawa pulang sampah kita itu sampai di rumah. Setibanya di rumah kita buang sampah tersebut pada tempat yang sudah disediakan. Kita mau tertib. Kiranya dalam waktu singkat kota kita akan bersih. Kita tidak perlu kuatir lagi, kalau nanti parit-parit tersumbat di musim hujan. Kota kita tidak akan mengalami banjir. Mau coba? Ini mengubah dari dalam diri lalu hasilnya adalah dunia sekitar bisa berubah. Setiap usaha kita untuk mengubah diri kita akan mendapat bantuan dari Tuhan yang kita imani. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

341

Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.