Pages

16 Maret 2010

Pentingnya Komitmen




Sebuah keluarga baru saja merayakan empat puluh tahun perkawinan mereka. Mereka dikaruniai empat orang anak dengan sekian banyak cucu dan cicit yang tersebar di berbagai tempat di Tanah Air. Pasangan suami istri ini sangat berbahagia pada perayaan pesta empat puluh tahun perkawinan mereka itu. Anak-anak yang sukses dalam pekerjaan dan cucu-cucu yang juga mulai beranjak dewasa menjadi salah satu kebahagiaan pasangan suami istri ini.

Kehidupan keluarga ini selama empat puluh tahun tampak tidak ada masalah. Karena itu, ketika ditanya tentang rahasia panjangnya usia perkawinan mereka, sang suami menjawab, “Kami masing-masing setia pada komitmen kami. Kami bertahan pada komitmen kami untuk saling mencintai sampai ajal menjemput kami.”

Sang suami mengaku bahwa dalam membangun bahtera perkawinan itu juga terjadi persoalan-persoalan. Namun bagi mereka, persoalan-persoalan itu menjadi kekuatan untuk tetap setia pada komitmen untuk saling mencintai sampai ajal menjemput. Bagi suami istri ini, persoalan-persoalan yang dihadapi itu menjadi tantangan bagi mereka untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia. Jadi mereka tidak pernah melarikan diri dari persoalan-persoalan.

Untuk itu, pasangan suami istri mengaku membutuhkan semangat iman kepada Tuhan. Menurut mereka, semangat iman itu telah menggerakkan mereka untuk tetap setiap satu sama lain. Mereka mengalami bahwa selama usia perkawinan mereka, Tuhan tetap menyertai mereka. Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka berjuang sendiri dalam untung dan malang. Karena itu, berserah diri kepada Tuhan menjadi salah satu cara keluarga ini menghayati hidup berkeluarga mereka.

Kesetiaan pada komitmen akan melestarikan suatu bangunan relasi yang telah dijalani bertahun-tahun. Kesetiaan itu mesti ditampakkan dalam hidup yang nyata. Untuk itu, orang mesti memiliki semangat kasih. Dalam kasih, orang mampu untuk menerima sesama apa adanya. Orang tidak terlalu banyak menuntut dari sesamanya secara berlebihan.

Semangat kasih ini mesti dikembangkan terus-menerus dalam hidup yang nyata, karena hanya dengan demikian orang mampu setia satu sama lain. Ketidaksetiaan itu bermula dari kurangnya semangat kasih. Kalau tidak ada kasih, orang mudah menyalahkan dalam kehidupan bersama. Orang merasa diri selalu benar dan menuntut orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Karena itu, kasih mendorong siapa pun yang membangun relasi untuk tetap setia pada komitmen yang telah dibuat. Pasangan suami istri, misalnya, mesti tetap setia pada komitmen yang telah mereka buat. Kesetiaan itu akan mampu membimbing mereka untuk saling mencintai sampai ajal menjemput mereka. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com


352

Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.