Pages

17 Maret 2010

Menerima Kekurangan dalam Diri

Seorang kepala negara berkembang menghadiri konferensi di sebuah negara maju. Karena merasa terhina oleh kata-kata kepala negara tuan rumah yang menyindir bahwa negaranya menyumbang pengangguran terbesar di dunia, kepala negara tamu itu merasa sangat malu. Ia memanggil menteri tenaga kerja yang dibawanya pada konferensi itu. Ia memintanya untuk mencari seorang penganggur di kota di mana konferensi itu dilaksanakan.

Ia berkata kepada menteri itu, “Biar saya bisa mempermalukan presiden sok hebat itu.”

Menteri tenaga kerja itu keluar dan berkeliling kota untuk mencari seorang penganggur. Malam harinya dia menghadap presiden, “Pak, maaf. Saya belum menemukan satu penganggur pun di negeri ini.”

Presiden itu marah besar. Lalu ia berkata, “Tolol! Cari lagi sampai dapat!” Wajahnya memerah.

Besoknya, menteri tenaga kerja itu kembali mencari penganggur, tetapi sia-sia. Pada hari terakhir konferensi, sang presiden harap-harap cemas. Alangkah leganya ketika menteri tenaga kerja berkata kepadanya, “Pak, akhirnya saya menemukan seorang penganggur.”

Dengan wajah berseri-seri, presiden itu berkata, “Cepat bawa ke sini. Biar kutunjukkan kepada presiden tuan rumah yang sok itu.”

Tetapi dengan nada penuh penyesalan, menteri tenaga kerja itu berkata, “Tapi pak, penganggur itu seorang warga negara kita!”

Berani mengakui kekurangan merupakan salah satu keutamaan dalam hidup manusia. Dengan mengakui kekurangan, orang ingin memperbaiki hidup. Orang tidak perlu takut dipermalukan oleh orang lain, karena kekurangan yang ada pada dirinya. Justru orang mesti bersyukur bahwa masih ada orang lain yang mampu melihat kekurangan yang pada dirinya. Hal ini sebagai suatu pemacu semangat yang membantu orang untuk bertumbuh dan berkembang dalam hidupnya.

Karena itu, dibutuhkan suatu kesadaran untuk menerima diri apa adanya. Orang tidak perlu memoles kekurangan yang ada dalam dirinya dengan berbagai hal yang memberi kesan hebat pada dirinya. Menutupi kekurangan dengan polesan-polesan hanyalah membuat hidup semakin terjerumus ke dalam kesulitan baru.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk tampil apa adanya. Orang yang demikian akan mendapatkan perhatian dari Tuhan dan sesama. Orang yang tidak menutup-nutupi kekurangan yang ada pada dirinya menunjukkan bahwa ia seorang yang rendah hati. Ia terbuka untuk suatu kehidupan yang lebih baik.

Setiap hari ini kita mengalami berbagai hal yang baik, meskipun kita banyak memiliki kekurangan. Kita bukan manusia sempurna. Yang sudah sempurna itu sudah tidak hidup di dunia ini lagi. Karena itu, kita ingin tetap bertumbuh dan berkembang melalui kekurangan-kekurangan kita. Untuk itu, dibutuhkan suatu penyerahan hidup kepada Tuhan yang menyenggarakan hidup ini bagi kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com




353

Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.