Pages

08 Maret 2010

Ketika Orang Membutuhkan Penghargaan






Suatu hari seorang pemuda datang ke bengkel temannya. Ia sendiri bekerja pada bengkel yang lain. Kepada temannya, ia meminjam telephone. Ia ingin telephone ke bengkel di mana ia bekerja.

Setelah menekan nomor yang dimaksud, seseorang di seberang mengangkat telephone. Managernya sendiri. “Eh, Tuan,” katanya dengan suara dalam, “apakah Tuan bersedia menerima seorang pemuda jujur dan pekerja keras menjadi pegawai?” Temannya itu, yang juga manager, mau tak mau mendengarkan pertanyaan itu.

Setelah beberapa saat pemuda itu berkata, “Oh, tuan sudah memiliki seorang pegawai yang jujur dan suka bekerja keras, ya? Baiklah, kalau begitu. Terima kasih.”

Dengan senyum lebar tersungging di wajahnya, pemuda itu meletakkan telephone dan pulang dengan motornya. Ia bersiul-siul dan tampak sangat gembira.

Temannya merasa heran dan memanggilnya. “Hei, tunggu dulu. Saya tidak sengaja ikut mendengar percakapanmu. Mengapa engkau begitu senang? Kukira orang di telephone itu mengataka bahwa ia sudah punya pegawai, sehingga ia tak membutuhkanmu. Benar?”

Pemuda itu tersenyum menatap mata temannya. Lantas ia berkata, “Ya, memang. Sayalah pemuda jujur dan suka bekerja keras itu. Saya cuma mau mengecek prestasi kerja saya.”

Orang juga butuh diakui dalam pekerjaan-pekerjaannya. Orang akan merasa senang, jika seorang pemimpin mau memberikan pujian atau bahkan hadiah atas prestasi yang telah dicapai. Seringkali hal seperti ini dilupakan. Orang yang jujur dan memiliki dedikasi yang tinggi sering kurang dihargai, kurang diakui. Padahal mereka sudah bekerja habis-habisan untuk perusahaan atau lembaga-lembaga tertentu yang bonafit.

Tentu saja penghargaan itu bukan untuk membuat orang yang bersangkutan menjadi sombong. Tetapi lebih-lebih mau memberikan perhatian bahwa orang itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perusahaan atau lembaga itu. Penghargaan itu juga sebagai suatu ucapan terima kasih atas prestasi dan komitmen orang itu terhadap perusahaan atau lembaga itu. Bayangkan, kalau para pegawai tidak memiliki prestasi atau komitmen yang rendah terhadap perusahaan atau lembaga, akan jadi apa perusahaan atau lembaga itu? Tentu cepat atau lambat akan roboh.

Pemberian penghargaan juga mesti dilihat sebagai suatu rangsangan bagi prestasi yang lebih tinggi. Juga untuk menciptakan suatu suasana kompetitif yang fair yang menghilangkan rasa cemburu. Kalau orang sungguh-sungguh mampu memberikan prestasi, dedikasi, komitmen serta loyalitas yang tinggi, orang tersebut boleh mendapatkan penghargaan. Jangan belum bekerja dengan baik sudah diberi penghargaan setinggi langit. Nanti bukannya memacu pagawai lain untuk memiliki prestasi, tetapi sebaliknya mengundang rasa cemburu dan iri hati dari pegawai-pegawai yang lain. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
344

Bagikan

1 komentar:

Novita Krisnarjanto mengatakan...

Bekerja adalah aktualitas diri, dan kita memang membutuhkan apresiasi dari orang lain terhadap hasil kerja keras kita.

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.