Pernahkah Anda mendengungkan lagu Diane Worwick berikut ini: Keep smiling, keep shining, showing you can always count on me for sure, that’s what friend are for…? Lagu ini berkisah tentang indahnya persahabatan. Persahabatan yang baik selalu mendatangkan kebahagiaan lewat senyum yang selalu lepas bebas diberikan kepada sahabat.
Beberapa waktu lalu saya berjumpa lagi dengan teman kuliah saya dulu. Sudah dua puluh tahun lebih kami tidak bertemu. Akhirnya, dalam suatu pertemuan di kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, kami berjumpa kembali. Ia sendiri yang menjemput kedatangan saya di bandara. Senyumnya masih seperti dulu seperti ketika kami membangun persahabatan. Senyum itu begitu tulus. Saya merasakan sangat istimewa berjumpa kembali teman lama itu. Kami boleh bercerita tentang banyak hal. Ia bercerita tentang istri dan anak-anaknya. Tetapi kami juga bercerita tentang kampus di mana kami pernah bersama-sama kuliah. Kami sama-sama mengalami rasa bahagia. Setelah beberapa hari berjumpa, saya diantar lagi ke bandara dengan senyum yang masih sama. Sebuah senyum yang tulus yang datang dari hati yang dalam.
Suatu persahabatan yang baik biasanya selalu bertahan lama. Persahabatan yang sudah dibumbui oleh maksud-maksud negatif tidak akan bertahan lama. Karena persahabatan seperti ini hanya mengutamakan keuntungan sepihak. Kalau tidak menguntungkan lagi, kawan menjadi lawan. Sahabat menjadi musuh.
Memelihara persahabatan tidak segampang memulainya. Ibadat tanaman, persahabatan itu mesti selalu dirawat, dipupuk dengan cinta kasih dan disiram dengan perhatian. Dalam keadaan apa pun kita dapat tetap tersenyum, karena ada sahabat yang bisa diandalkan.
Di jaman kini ada fenomena banyaknya persahabatan yang tidak tulus. Persahabatan hanya sering kali bersifat fungsional. Orang menggunakan persahabatan itu untuk tujuan-tujuan yang menguntungkan bagi diri sendiri. Apakah yang akan terjadi dengan persahabatan model ini? Yang terjadi adalah orang dengan mudah mencampakkan sahabat yang tidak memberi keuntungan bagi dirinya. Orang begitu mudah lari dari sahabatnya yang jatuh miskin, karena tidak bisa diandalkan lagi.
Sebagai orang beriman, kita mesti membangun suatu persahabatan yang baik. Artinya, kita tidak hanya mencari keuntungan pribadi dari sahabat-sahabat kita. Membangun persahabatan yang baik itu menuntut suatu korban. Mesti ada semangat berkorban, kalau orang ingin memiliki sahabat yang baik. Semangat berkorban itu tampak dalam sikap-sikap hidup sehari-hari. Misalnya, mampu mengampuni sahabat yang berbuat salah. Mampu mengingatkan sahabat yang melanggar aturan-aturan dan norma-norma dalam masyarakat. Sahabat yang baik itu tetap bertahan, ketika temannya mengalami penderitaan.
Hari ini mungkin kita sudah menjalin suatu persahabatan dengan orang-orang yang kita jumpai. Kita syukuri itu. Kita tetap memelihara persahabatan itu. Kita serahkan usaha-usaha kita dalam memelihara persahabatan kita kepada Tuhan. Dengan demikian, rahmat Tuhan selalu menaungi kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
346
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.