Pages

28 Oktober 2009

Bersama Tuhan dalam Kancah Persaingan


Mei 2008 yang lalu kita semua menyaksikan perjuangan putri-putri Indonesia untuk merebut Piala Uber. Maria Kristin dan kawan-kawan telah berjuang habis-habisan. Babak demi babak telah mereka lewati. Keringat mengguyur seluruh tubuh mereka. Perjuangan keras mereka lakukan demi kebanggaan bangsa kita.

Mereka bahkan tidak takut jatuh dan bangun di atas lapangan disaksikan ribuan mata penonton. Sorak sorai dukungan dari penonton telah mereka dapatkan. Sejak awal mereka didukung oleh rakyat Indonesia untuk kembali merebut Piala Uber dari tangan China. Semangat membara mereka torehkan. Buktinya adalah mereka mampu mengempaskan tim-tim unggulan.

Sayang, di final tim Uber kita kalah dari tim terkuat dunia: China. Kekalahan mereka tidak begitu mengecewakan rakyat. Mereka sudah berjuang habis-habisan. Mereka tidak memiliki rasa takut untuk menghadapi lawan yang begitu tangguh. Kalau mereka sampai kalah, memang sampai di situlah perjuangan mereka.

Ada satu hal yang tampak dari pertandingan final itu, yaitu semangat juang yang ditunjukkan oleh tim Piala Uber kita. Mereka pantang menyerah. Semangat mereka terus berkobar demi Indonesia tercinta ini. Patriotisme mereka sangat tampak dalam pertandingan itu baik di tunggal maupun di ganda.

Setiap orang mesti memiliki semangat juang dalam hidup ini. Semangat juang itu ditunjukkan dengan kerja keras dan pantang menyerah. Orang yang memiliki semangat juang biasanya akan menuai hasil yang menggembirakan.

Di balik semangat juang itu ada semangat berkorban. Orang yang ingin berhasil dalam hidupnya mesti memiliki semangat berkorban. Tidak ada orang yang berhasil dalam hidupnya dengan cara bermalas-malasan. Apalagi dalam dunia persaingan yang semakin kuat sekarang ini. Semangat juang mesti selalu diandalkan dalam menghadapi persaingan-persaingan yang ada. Orang yang tidak memiliki semangat juang dan berkorban tidak akan bertahan dalam hidupnya. Ia akan cepat keluar dari persaingan yang begitu ketat.

Karena itu, orang mesti memiliki iman yang kuat dalam menghadapi persaingan ini. Iman yang kuat itu ditunjukkan dalam semangat juang dan berkorban yang tinggi. Orang yang beriman itu orang yang berani bertarung dalam kancah persaingan. Orang yang pantang menyerah di kala menghadapi tantangan. Orang beriman itu bukan pengecut. Ia terus maju apa pun resiko yang akan dihadapinya.

Orang yang beriman itu tentu sudah siap dengan berbagai strategi untuk menghadapi berbagai persaingan dan tantangan yang akan dihadapinya. Jadi orang beriman itu tidak berjuang dengan tangan hampa. Ia mesti melengkapi dirinya dengan berbagai hal yang menunjang dirinya dalam menghadapi berbagai persaingan itu. ‘Perlengkapan’ yang paling utama adalah Tuhan. Orang beriman selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Ia menyusun strateginya bersama Tuhan. Dengan demikian ia memiliki kekuatan untuk menghadapi berbagai persaingan dan tantangan.

Mari kita berusaha untuk senantiasa menghadapi berbagai persaingan dan tantangan bersama Tuhan. Hanya Tuhanlah yang mampu membantu kita berjuang dalam kancah persaingan ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.


225

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.