Suatu hari, seorang bapak ingin menagih utang kepada temannya sebesar lima juta rupiah. Sudah beberapa kali ia menagih, namun temannya itu tidak mau mengindahkannya. Karena itu, kali ini ia mendatangi rumah temannya dengan membawa seekor King Cobra.
Melihat King Cobra yang diacung-acungkan kepadanya, pengutang itu lari terbirit-birit. Ia sangat ketakutan. Ia bahkan menggigil karena takut. Ia bersembunyi tidak jauh dari rumahnya. Namun bapak itu tidak mau pergi juga. Ia tetap menunggu temannya itu.
Dalam hati, bapak itu berkata, “Barang-barang di rumah ini kan bisa saya ambil. Saya akan hitung sampai seharga lima juta. Saya akan bawa pulang ke rumah.”
Bapak itu kemudian mulai mengangkat sebuah televisi layar datar. Ia memasukkannya ke mobilnya. Lantas ia masuk ke dalam rumah lagi untuk mengambil beberapa barang lagi. Begitu ia keluar dari rumah dengan sebuah DVD player, temannya itu keluar dari persembunyiannya. Ia langung berteriak, “Maling.... maling.... “
Kontan saja tetatangga-tetangganya langsung keluar dari rumah mereka. Dengan beramai-ramai mereka menangkap bapak itu. Mereka menggebukinya hingga babak belur. Lalu mereka menyerahkan bapak itu kepada polisi.
Bolehkah kita membalas kejahatan dengan kejahatan? Bolehkah kita main hakim sendiri tanpa tahu apa persoalan yang sebenarnya? Dalam kehidupan kita sehari-hari aksi main hakim sendiri sering terjadi. Para pencuri ayam yang kepergok sering menjadi bulan-bulanan massa. Orang berpikir bahwa kalau seorang pencuri dihukum secara beramai-ramai itu suatu tindakan yang baik. Padahal menyiksa orang lain, apa pun bentuknya, merupakan suatu perbuatan yang tidak berkenan di hati Tuhan.
Yang dikehendaki Tuhan adalah pengampunan. Yang dikehendaki Tuhan dari manusia adalah kasih satu terhadap yang lain. Kekerasan yang dilakukan bukan suatu jalan baik yang mesti ditunjukkan oleh orang-orang yang beriman kepada Tuhan.
Karena itu, sebagai orang beriman, kita ditantang untuk meninggalkan kekerasan dalam bentuk apa pun. Kekerasan yang dilakukan hanya menumbuhkan balas dendam dalam diri sesama kita.
Mari kita berusaha untuk selalu menempatkan pengampunan di atas segala-galanya. Hanya dengan kerelaan hati untuk mengampuni sesama, kita dapat menciptakan suatu suasana hidup yang lebih baik. Dunia menjadi lebih damai, kalau ada pengampunan dan cinta kasih di antara kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
211
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.