Pages

04 Oktober 2009

Mengolah Pengalaman Hidup

Suatu Pagi yang cerah, ada seorang penganggur yang sedang duduk-duduk di tepi jalan di antara dua kota. Tak lama kemudian, lewatlah seorang turis di jalan itu. Wajahnya tampak kusut. Ketika melintas di hadapan sang penganggur, berhentilah sang turis dan bertanya kepadanya, “Pak, numpang tanya. Orang-orang macam apa yang tinggal di kota di depan itu?”

Tanpa memandang sang turis, sang penganggur balik bertanya, “Orang-orang macam apa yang Anda temui di kota yang baru saja Anda tinggalkan?”

Sang turis menjawab, “Oh, sangat mengerikan. Mereka egois dan kurang ajar.”

Mendengar jawaban itu, sang penganggur mendongakkan kepalanya. Lalu ia berkata, “Kalau begitu, di kota depan itu pun Anda akan menjumpai orang-orang yang sama.”

Tak lama setelah itu, seorang turis lain juga lewat di jalan itu. Wajahnya tampak riang gembira. Ketika melintas di hadapan sang penganggur, berhentilah sang turis dan bertanya kepadanya, "Pak, numpang tanya. Orang-orang macam apa yang tinggal di kota di depan itu?”

Tanpa memandang sang turis, sang penganggur balik bertanya, “Orang-orang macam apa yang Anda temui di kota yang baru saja Anda tinggalkan?”

Sang turis menjawab, “Oh, menyenangkan sekali. Mereka amat baik dan bersahabat.”

Sang penganggur mendongakkan kepalanya. Sambil tersenyum ia berkata kepada sang turis, “Kalau begitu, di kota depan itu pun Anda akan menjumpai orang-orang yang sama.”

Turis itu membalas senyum si penganggur, lalu berjalan menuju ke kota di depannya dengan gembira.

Pengalaman hidup kita dapat mempengaruhi cara pandang kita terhadap orang lain atau suatu masyarakat tertentu. Orang yang memiliki pengalaman indah tentang orang lain atau suatu masyarakat akan menyimpan dalam hatinya hal-hal yang baik. Orang yang punya pengalaman masa lalu yang jelek tentang orang lain atau suatu masyarakat akan menyimpan memori yang jelek pula.

Untuk itu, orang mesti mampu mengolah pengalaman masa lalu itu. Kisah tadi menunjukkan bahwa turis kedua dapat mengolah pengalaman masa lalunya. Ia memiliki suasana gembira dalam hatinya, karena ia memiliki pengalaman yang indah. Namun semestinya setiap orang mampu memiliki kegembiraan dalam hidupnya, meski memiliki pengalaman masa lalu yang kurang begitu baik.

Orang mesti berani menerima pengalaman jelek masa lalunya dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna bagi hidupnya. Pengalaman masa lalu yang jelek itu mesti mengalami proses daur ulang. Hal ini membutuhkan suasana batin yang baik dan menyenangkan.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa mampu mengolah pengalaman-pengalaman hidup kita. Hanya dengan mengolahnya dengan baik, kita akan menjadi orang-orang yang senantiasi menghiasi hidup kita dengan suasana kegembiraan. Mari kita pandai-pandai mengolah pengalaman hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.


187

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.